Pamela memicingkan matanya. Lagi-lagi!Pamela secara refleks merentangkan kedua tangan untuk melindungi pria tua itu di belakangnya, lalu ingin menendang selebriti wanita itu ....Tepat saat itu, sekelompok pria berpakaian hitam datang!Mereka membentuk lingkaran untuk melindungi Pamela dan pria tua itu, sedangkan dua pengawal yang lain pergi menangkap selebriti itu yang agresif itu!Selebriti itu terkejut, lalu berteriak sekencang-kencangnya, "Siapa kalian? Kenapa kalian tangkap aku? Lepaskan aku ...."Ketua pengawal hanya memelototinya. Kemudian, dia berjalan ke tengah lingkaran yang dibuat oleh anak buahnya. Dia membungkuk hormat pada pria tua itu, lalu berbicara dengan ekspresi cemas."Tuan, akhirnya kami menemukanmu! Apa Tuan baik-baik saja? Bagaimana bisa Tuan keluar sendirian? Tuan Muda sudah mengirim kami ke semua tempat untuk mencari Tuan. Tuan Muda sangat khawatir!"Pria tua itu mendengus kesal, lalu dia berkata, "Setiap hari kurung aku di rumah, memangnya aku nggak boleh jal
Pria itu dengan acuh tak acuh menoleh pada gadis yang berdiri di samping kakeknya.Ketenangan gadis itu membentuk perbandingan kontras dengan keterkejutan para pejalan kaki, sangat berbeda.Bahkan tidak ada rasa takjub terhadap ketampanannya di dalam tatapan gadis itu.Sebenarnya, Pamela ingin pergi saat melihat keluarganya pria tua itu sudah datang. Akan tetapi, dia tidak bisa pergi karena dikelilingi oleh sekelompok pria berpakaian hitam itu.Pria itu mengangguk padanya dengan sopan, lalu menyapa, "Halo."Pamela juga mengangguk dan menyapa, "Halo."Pamela yang memiliki pandangan estetika normal tentu merasa pria di depannya sangat tampan.Namun, pria ini memberinya kesan yang khusus. Senyuman pria itu hanya dibuat-buat dan hatinya cuek, tidak cocok untuk berteman dekat.Pria ini sangat berbeda dengan pamannya yang angkuh. Paman tampak galak dan memancarkan aura berbahaya yang kuat.Pria ini tampak lembut, tetapi sikapnya cuek. Pria ini cukup memesona.Pria itu berkata lagi, "Terima k
Begitu mobil Marlon melaju pergi, sebuah mobil hitam berhenti di tempatnya tadi.Justin buru-buru turun dari kursi belakang dan berlari ke depan pria tampan berjas abu-abu, lalu bertanya dengan waswas."Kak, bagaimana? Kakek sudah ketemu?"Pria itu baru saja membujuk kakeknya untuk masuk ke mobil. Melihat adiknya terengah-engah, dia melirik Justin sekilas dan bertanya balik, "Dari mana kamu?"Di depan Jason, Justin sama sekali tidak berani bersikap ugal-ugalan seperti biasanya. Dia menundukkan kepalanya dengan patuh, seperti tikus yang takut pada kucing."Kak ... aku dari Manor Sinar Rembulan ...."Tatapan Jason menjadi tegas. "Sudah mau mulai sekolah, kamu masih main sembarangan di luar? Sudah tahun ke-3 kamu mengulang SMA. Kamu nggak mau melengser dari julukan pangeran SMA Angsana?"Justin merasa sangat malu karena disindir kakaknya.Justin dijuluki pangeran oleh siswi-siswi karena tampan.Namun, dia harus duduk di bangku SMA lagi karena tidak lolos ujian nasional. Jadi, dia menjadi
Di Tepi Kahyangan.Perumahan dengan pemandangan sungai di pusat Kota Marila, hanya ada satu unit per lantai dan harganya sangat mahal.Di lantai 28 gedung 8.Begitu masuk ke rumah, Pamela langsung berbaring di sofa. Saking lelah dan mengantuknya, dia tidak ingin bergerak lagi.Seekor kucing gemuk berwarna putih melompat ke badannya dan merengek minta digendong.Pamela akhirnya duduk dengan malas-malasan dan menggendong kucing gemuk itu.Namanya Mimi, ia dipungut oleh Marlon di pedesaan ketika masih kecil. Tahun ini, Mimi sudah berusia 8 tahun.Mimi tampak gemuk, seperti kucing mahal yang dipelihara dengan baik dari kecil. Sebenarnya, Mimi dari dulu hanya makan makanan sisa dari mereka bertiga dan tinggal bersama mereka di ruang bawah tanah yang gelap dan sempit. Setelah bertahun-tahun, barulah ada lingkungan hidup yang tenteram seperti sekarang, serta makanan kucing lezat yang tak ada habisnya.Ariel sedang memanaskan susu di dapur terbuka. Dia menoleh ke arah ruang tamu dan bertanya,
Sepertinya Pamela sedang jengkel hari ini.Menyadari dirinya sembarangan berbicara dan membuat Pamela marah, Marlon segera mendekat untuk meminta maaf, "Bos, maafkan aku. Nggak akan kuulangi lagi ...."Pamela hanya merasa jengkel, tetapi bukan jengkel pada Marlon. Dia memutar matanya dengan tak berdaya, lalu berkata, "Sudah, jangan sok kasihan! Akhir-akhir ini, apa ada karya Berenice yang dipasarkan?"Marlon menjawab dengan serius, "Nggak ada. Semua karya lukis yang dipasarkan akhir-akhir ini adalah karya pelukis luar negeri. Jarang ada karya pelukis dalam negeri."Pamela memicingkan matanya dan tatapannya menjadi suram. "Ya, bantu aku pantau terus.""Baik, Bos!"Sejak tahu dirinya bukan anak kandung Darius, Pamela makin tidak sabar ingin menemukan petunjuk tentang ibunya.Pamela ingin tahu siapa dirinya.Siapa ayah kandungnya? Mengapa pria itu meninggalkan dia dan ibu?Mengapa ibu meninggalkannya di rumah sakit dan tidak pernah kembali? Mengapa ibu menyuruh pria yang tidak memiliki ik
Ariel sibuk mengambil gelas susu yang ada di tangan Pamela dan meletakkannya di samping. Setelah itu, dia pun mengambil selembar tisu dan menyerahkannya kepada Pamela. Ariel juga membantu memijat punggung Pamela dengan lembut.Setelah batuk sejenak, napas Pamela akhirnya menjadi lebih stabil. Wanita itu pun berkata, "Ariel, benar sekali yang kamu katakan. Hari ini suasana hatiku memang lagi nggak bagus."Ariel mengangguk, lalu mengikuti alur pembicaraannya. "Benar! Kenapa suasana hati Bos bisa jadi buruk?"Begitu membahasnya, mata Pamela tiba-tiba saja seperti ada kobaran apinya ketika berkata, "Karena Paman telah melakukan hal yang sangat aneh. Padahal hari ini semuanya baik-baik saja. Dia malah menyuruhku ke sana untuk menyaksikan pertemuan kembali mereka. Dia nggak peduli bagaimana situasi yang sesungguhnya, lalu kenyataannya aku masih adalah istri sahnya. Mau taruh di mana mukaku ini?"Ariel pun cemberut dan berkata, "Kalau seperti ini ... memang agak keterlaluan."Pamela mengerutk
Ariel pun mengangkat pundaknya dengan santai. Kekurangan kecilnya itu bukan hal yang penting. Dia tidak ingin bosnya mengkhawatirkannya.Jadi, wanita itu pun tidak menggubris Pamela dan melanjutkan topik sebelumnya, "Oh, ya! Bos, Marlon juga memiliki penampilan yang lumayan. Dia adalah berondong yang memiliki tinggi 180 cm lebih dengan pundak yang lebar serta pinggang yang kecil. Dia juga memiliki otot perut. Apa menurutmu dia juga seksi?"Pamela, "..."Tidak sama sekali!Meskipun Marlon adalah tipe pria yang bisa membuat banyak wanita jatuh cinta kepadanya, di mata Pamela, Marlon tetap sama dengan Marlon yang masih kecil. Dia adalah pria bodoh yang tidak pernah bisa bersikap serius.Ariel pun meremas pundak Pamela dan berkata, "Bos, di sinilah letak perbedaannya. Bukan semua lelaki tampan bisa membuatmu merasa mereka seksi, bukan? Kesimpulannya, kamu sudah memiliki perasaan untuknya."Apa maksud Ariel?Apa Ariel mengatakan bahwa dirinya memiliki perasaan untuk Paman?Pamela langsung m
Kalana memiliki postur yang sedikit lebih pendek jika dibandingkan dengan Pamela. Wanita itu memiliki kulit yang sangat putih seolah-olah dia itu sedang sakit.Alis matanya terlihat sangat halus, lembut dan penuh perasaan seperti lukisan realitas barat yang terkenal. Di antara alisnya terdapat sebuah tahi lalat kecil.Wanita itu juga memiliki mata yang bundar dengan sudut mata menukik ke bawah dan terkesan seperti rusa riang yang sama sekali tidak peduli dengan dunia.Kalana sangat cantik dan kecantikannya termasuk kecantikan yang tidak mengancam. Penampilan Kalana membuat orang-orang tidak sadar jadi ingin melindunginya ketika melihatnya.Hanya saja, wanita ini memakai piama dan turun membuka pintu tanpa memakai alas kaki.Kelihatannya, semalam dia sudah bermalam di tempat ini.Begitu menyadari hal tersebut, Pamela pun mengangkat sudut bibirnya dengan sinis.Untung saja semalam Pamela juga tidak pulang. Kalau tidak, situasinya tentu akan sangat canggung.Pamela lantas mengejek bahwa P