"Dia nggak bilang apa-apa," jawab Agam dengan cuek. Tatapan Agam melewati Justin dan tertuju pada bayangan Pamela yang belum pergi jauh di luar kamar ini.Justin membuang napas dengan agak kesal dan berkata, "Kakak selalu bilang bahwa dia akan segera pulang, tapi sudah selama ini dan dia belum juga pulang! Kalau Kakak nggak berada di rumah, nggak ada orang di rumah yang melindungiku. Semuanya nggak menyukaiku, terutama Kak Jason. Tiap melihatku, dia selalu mengkritikku dan membuatku merasa tertekan sepanjang hari!""Kalau kamu mau tahu kapan dia pulang, kamu bisa tanya sendiri padanya," kata Agam."Sudahlah, sebaiknya Kakak merawat diri dengan tenang di luar negeri, aku juga nggak ingin membuatnya merasa tertekan," kata Justin.Agam menurunkan tatapannya. Dengan ekspresi cuek, dia berkata, "Karena kaki Stevi sudah sembuh, kamu saja yang temani dia, ya. Antarkan dia pulang rumah."Justin mengangguk dengan patuh dan berkata, "Baik, aku mengerti! Kak Agam mau ngapain?"Sambil berjalan ke
Hanya Adsila yang terkadang-kadang berbicara dengan Ervin untuk meringankan suasana yang dingin dan canggung ini....Mobil ini pergi ke vilanya Keluarga Andonis terlebih dahulu. Karena Adsila duduk di tengah, Pamela pun turun dari mobil untuk membiarkan Adsila turun.Setelah Adsila turun dari mobil, dia menawarkan pada Pamela dan Agam untuk masuk sebentar ke vilanya.Namun, kedua orang ini menolak tawarannya. Bedanya, Agam langsung menolak, sedangkan Pamela menolak dengan sopan.Adsila pun hanya bisa berpisah dengan bibinya dengan tidak rela, lalu masuk ke rumahnya dengan patuh.Pamela naik kembali ke mobil, tetap duduk di samping jendela. Dia kembali memakai penyuara telinga dan memejamkan matanya untuk beristirahat."Lagi dengar apa?"Akhirnya, pria ini bersuara, nada bicaranya cuek."Lagu," jawab Pamela dengan mata yang masih terpejam."Lagu apa?" tanya Agam lagi."Lagu pop," jawab Pamela dengan singkat lagi.Tatapan Agam menggelap. Dia mengernyit dan tidak lagi berbicara.Pamela j
Ucapan gadis ini sangat sinis, nada bicaranya juga terdengar kesal.Ada apa sebenarnya?Agam mengernyit dan bertanya, "Coba katakan, kenapa kamu kesal padaku?"Pamela membentangkan kedua tangannya sambil berseru, "Paman, aku nggak kesal! Aku hanya merasa, saat nggak ada orang lain, kita nggak perlu bersandiwara, juga nggak perlu bermesraan. Pria dan wanita seharusnya bisa sadar diri dan jaga jarak!"Sepertinya wanita idamannya Agam akan segera pulang.Agam juga tampaknya tidak melepaskan wanita idamannya itu.Oleh karena itu, Pamela tidak tertarik untuk ikut campur dalam hubungan orang lain, dia juga tidak mau disalahpahami sebagai seorang selingkuhan!Seperti sekarang, Justin dan Stevi menganggapnya sebagai selingkuhan, sehingga mereka terus mencari masalah dengannya!Adapun kejadian beberapa malam yang lalu, hal itu terjadi karena Agam keracunan dan mereka tidak punya cara lain lagi. Pamela sendiri akan menghapus ingatan itu selamanya dan menganggap bahwa hal itu tidak pernah terjadi
Mendengar ucapan keponakannya yang seakan-akan membaca isi hatinya, Agam berdeham dan berkata, "Kalau bahkan kamu pun bisa melihatnya dengan jelas, memangnya hal ini masih perlu diucapkan lagi?"Adsila berkata dengan yakin, "Tentu saja! Wanita paling membenci hubungan yang nggak jelas! Kalau kamu nggak menjelaskan perasaanmu, tapi kamu bersikap sangat akrab dengannya, wanita itu akan merasa bahwa kamu menggodanya tanpa ingin bertanggung jawab, sehingga dia merasa bahwa dirinya nggak dihargai, jadi tentu saja dia marah!"Agam terdiam sesaat, lalu bertanya, "Kalau dia sudah marah, apa yang harus kulakukan?"Adsila tercengang untuk sejenak. Pamannya sedang menanyakannya cara menyelesaikan masalah ini?Adsila tiba-tiba merasa sangat bangga karena ini pertama kalinya pamannya yang berkuasa ini menanyakan pendapatnya."Tentu saja harus minta maaf sebisanya! Cari waktu yang cocok untuk menyatakan perasaanmu padanya, biar dia tahu bahwa dia adalah orang yang dipilih, supaya dia merasa aman! Pe
Setelah mematikan panggilan ini, Pamela bersandar di sofa dengan malas dan terus menonton televisi sambil memakan keripik kentang.Dua puluh menit kemudian, Adsila datang ke Kediaman Dirgantara dengan terburu-buru. Dia menyeret Pamela ke mobil dan bersikeras agar Pamela pergi jalan-jalan dengannya untuk membeli hadiah ulang tahun Agam.Pamela merasa tidak berdaya. Mengapa dia harus membeli hadiah ulang tahun untuk Agam?Dia hanyalah seorang aktris untuk sementara yang bersandiwara sebagai istrinya Agam dengan sukarela. Sekarang, dia masih harus membeli hadiah ulang tahun untuk Agam?Dia merasa bahwa hal ini sangat tidak masuk akal....Di distrik komersial di pusat kota.Di Mal VK.Di dalam sebuah toko merek terkenal, Adsila berjalan ke depan sebuah lemari kaca dan memilih perhiasan yang indah dan berkilau dengan sungguh-sungguh."Bibi, menurutmu, hadiah seperti apa yang akan disukai oleh Paman?" tanya Adsila.Pamela berdiri di satu sisi dengan acuh tak acuh sambil mencoba sebuah kacam
"Di dunia ini, ada dua hal yang nggak bisa ditangkap selamanya, yaitu waktu dan hati orang," kata Pamela."Kalau hati seseorang sudah nggak berada padamu, apa pun yang kamu lakukan untuk menyenangkan dirinya, hatinya juga bukan milikmu lagi selamanya.""Jadi, kenapa kita harus menghabiskan tenaga kita untuk melakukan hal-hal yang nggak berguna seperti itu? Sebaiknya kita mengurus karier kita dengan baik dan meningkatkan kualitas diri kita supaya kita bisa menjadi pihak yang berkuasa."Adsila tercengang. Tatapannya yang kesal berubah menjadi kagum. "Bibi, ucapanmu sangat logis! Aku juga mau belajar darimu. Kelak, aku nggak akan memedulikan pria lagi dan akan fokus pada karierku!"Pamela mencubit bagian tengah dahinya. Dia takut Adsila salah pengertian, jadi dia menjelaskan ulang dengan sabar. "Bukan itu masalahnya. Pacaran dan memperkaya perasaanmu juga merupakan hal yang sangat indah. Tapi, kita nggak boleh memberikan diri kita dengan mudah, apalagi menggantungkan seluruh masa depan ki
Manor Sinar Rembulan.Adsila buru-buru menyerahkan mobil kepada penjaga pintu, lalu mengangkat kamera untuk merekam Pamela di sepanjang jalan.Pamela tak berdaya ketika menghadapi situasi seperti ini. "Bukankah kamu sedang membuat vlog keseharianmu, ngapain terus merekamku?"Adsila berkata sambil tersenyum, "Karena Bibi terlalu cantik, jadi aku nggak bisa mengendalikan diri untuk berhenti merekammu."Adsila mau merekam seluruh proses bibinya dari turun mobil sampai bertemu dengan pamannya, lalu mendengar pamannya mengungkapkan rasa cinta pada bibinya. Hal terpenting adalah harus merekam semua ini seperti film pendek, lalu diunggah ke Twitter, pasti akan membuat banyak orang iri!"..."Pamela mengerutkan alisnya, lalu membiarkan Adsila merekamnya. Sementara dirinya berjalan masuk ke manor, sebelum masuk ke Manor Sinar Rembulan, harus melewati pintu batu berbentuk bulat.Setelah masuk, angin sepoi-sepoi bertiup, lalu tercium aroma harum ....Pamela menatap adegan di taman dengan mata mem
Keempat dinding kertas terbuka di tanah, lalu seorang gadis kurus berpakaian cantik melompat keluar di sertai kupu-kupu berwarna-warni, sehingga terlihat sangat indah ....Wanita itu berlari ke arah Agam dengan senang, lalu memeluknya sambil bersandar di pelukannya dengan mesra. "Agam, akhirnya aku sudah kembali! Terima kasih atas semua persiapanmu untukku, aku sangat suka, juga sangat terharu!"Pamela berdiri di sana dengan ekspresi dingin, bahkan menatap mereka dengan tenang.Rasa gugup dan senang tadi tampak konyol.Kalana sudah kembali.Hari ini, setiap bunga tulip di Manor Sinar Rembulan mekar untuk Kalana.Sementara Paman menyuruhnya kemari, mungkin untuk memberi tahu dirinya kalau wanita tercintanya sudah kembali, jadi dirinya harus tahu diri, bahkan pada saat berakting juga harus tahu batas, tak boleh membuat wanita tercintanya salah paham. Apa maksudnya seperti ini?Ternyata seperti itu, Pamela sudah mengerti.Pamela hampir saja mengira Paman mau mengungkapkan rasa cinta pada
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen