Aylin meletakkan alat makannya, dia ingin menjawab pertanyaan itu dengan sungguh-sungguh."Sebenarnya nggak ada seorang pun yang bisa memastikan akan menjalani sisa hidup dengan siapa."Sementara itu, Jason menyimak jawaban Aylin dalam diam.Mendengar Aylin berbicara seperti itu, dia juga tidak merasa heran. Bagaimanapun juga, bagi Aylin, cinta dan kasih sayang tidak bisa diandalkan selamanya.Dia tidak pernah merasakan keamanan dan kenyaman dari orang tua kandungnya. Jangankan Jason yang merupakan orang asing baginya, lalu perlahan-lahan saling mengenal dan jatuh cinta satu sama lain, orang tua kandungnya saja tidak bisa diandalkan.Jason tidak merasa sedih. Dia hanya merasa Aylin membutuhkan curahan kasih sayang yang lebih besar lagi, agar perlahan-lahan dia bisa merasa aman dan nyaman."Tuan Jason, apa kamu juga berpikir demikian?"Selina benar-benar terkejut. Dia mengira pasangan yang sedang dimabuk cinta seperti Jason dan Aylin tidak akan mengucapkan kata-kata menyedihkan seperti
"Dasar wanita jalang! Kamu nggak lebih dari seorang pengganti! Hehe."Walaupun dia sangat tidak ingin mengungkit wanita itu, tetapi demi memberikan pukulan mental untuk Aylin, Veren bersedia mengeluarkan foto tersebut."Kakakku oh kakakku, tolong bantu aku sekali lagi."Setelah mengantar kepergian Veren dan Selina, Aylin baru merasa rileks. Dia langsung berjalan kembali ke kamar dan bersandar di kepala tempat tidur. Sementara itu, Jason mengikutinya dari belakang dengan membawa segelas susu."Akhirnya aku sudah bisa beristirahat dengan baik. Sungguh melelahkan ...."Jason langsung duduk di sampingnya dan berkata, "Maaf, ya. Lain kali aku nggak akan membiarkan orang lain mendatangi rumah kita sesuka hati mereka lagi. Aku sama sekali nggak tahu bagaimana mereka bisa tahu alamat rumah kita ini.""Lupakan saja! Lagi pula, aku nggak marah padamu!"Aylin tidak ingin membicarakan tentang Veren. Dia merilekskan pikirannya, memikirkan pekerjaannya. Situasi sekarang sudah berbeda dengan dulu. Sa
"Eh? Bukankah ini adalah Veren? Kenapa fotonya ada di sini?"Jason juga mengerutkan keningnya.Aylin merasa sedikit keheranan. Hari ini, hanya ada orang-orang itu yang datang berkunjung. Selain Veren, siapa lagi yang akan meletakkan foto wanita itu di bawah bantalnya?Jason hendak menyingkirkan foto itu, tetapi tiba-tiba Aylin menghentikannya."Tunggu dulu, biarkan aku mengamati foto itu sejenak. Kenapa aku merasa wajah wanita dalam foto ini nggak mirip sama persis dengan Veren?"Sambil mengerutkan keningnya, dia mengamati foto itu dengan saksama. Foto itu sudah terlihat cukup lama, bahkan sudah sedikit robek."Coba kamu lihat, wanita di dalam foto ini ada sebuah tahi lalat di sisi wajahnya, tapi di wajah Veren nggak ada. Apa kamu yakin wanita ini adalah Veren?"Jason mendekati Aylin, mengamati foto itu dengan saksama. Dia menganggukkan kepalanya dengan sangat yakin. "Hmm, ini adalah kakaknya."Aylin tertegun sejenak. Saat itu juga, perasaannya terasa campur aduk. Kakak Veren adalah wa
Aylin sedang hanyut dalam pemikirannya sendiri, saat itu juga Jason menggenggam dagunya dan berkata, "Hmm? Ada apa denganmu?""Saat berada di sisiku, kamu nggak boleh memikirkan pria lain."Aylin terkekeh pelan dan berkata, "Sekarang Hendro sudah berusia lebih dari lima puluh tahun, apa kamu bahkan cemburu padanya?"Jason tidak berpikir sebanyak itu. Jelas-jelas dia sedang duduk di hadapan Aylin, tetapi wanitanya malah melamun memikirkan tentang pria lain."Sudah, sudah, kita berdua nggak perlu membahas tentang orang lain lagi. Cepat beristirahatlah, besok kamu masih harus pergi latihan menari."Jason adalah orang yang paling tahu jelas jadwal Aylin.Benar saja, begitu mendengar Jason mengatakan dia harus pergi latihan menari lagi besok, dia langsung berbaring di tempat tidur.Walaupun dia ingin menunjukkan penampilan paling sempurna untuk para penggemarnya, tetapi berlatih di ruang latihan selama berjam-jam setiap hari benar-benar melelahkan.Jason tidak menganggap remeh sesuatu yang
Jason menolaknya, "Nggak perlu. Aku hanya ingin memberitahumu, jangan membuat trik seperti itu lagi.""Sekarang, aku masih berbicara denganmu baik-baik, karena aku memikirkan persahabatan kita selama bertahun-tahun.""Kalau kamu benar-benar ingin kita memutuskan hubungan, terus lakukan ini."Setelah Jason selesai berbicara, dia bahkan tidak menoleh ke belakang. Jason menekan tombol lift tanpa memberi Veren kesempatan untuk menjelaskan."Kak Jason! Kak Jason, Jason ...."Tidak peduli seberapa keras Veren berteriak, Jason tidak menoleh ke belakang.Melihat Jason berjalan pergi begitu saja, Veren tidak bisa menahan diri untuk melemparkan sarapan yang dibawa Jason ke pintu."Jalang! Aylin si perempuan jalang itu harus mati!"Mata Veren penuh dengan kebencian.Jika bukan karena Aylin, kapan Jason akan begitu acuh padanya?Veren tidak tahu apa yang Aylin katakan hingga membuat Jason mendengarkannya dengan sepenuh hati.Mungkinkah Veren tidak sebaik Aylin? Betapa indahnya saat-saat mereka ber
Aylin mengikuti pengumuman dan pergi berlatih menari."Berhenti ....""Aylin, gerakanmu salah lagi. Ada apa denganmu hari ini?""Kamu selalu melamun. Kalau kamu terlalu lelah, istirahatlah sebentar.""Awalnya, kamu sudah hafal gerakan ini. Kamu datang ke sini untuk berlatih, karena kamu takut nggak bisa mengutarakan perasaanmu."Aylin meminta maaf kepada gurunya dengan ekspresi malu. "Maaf, aku mungkin benar-benar nggak sehat hari ini ....""Nggak masalah. Apakah kamu ingin pulang sekarang? Tapi, Pak Jason belum datang ...."Aylin langsung mengenakan mantelnya. Kemudian, dia mengucapkan selamat tinggal kepada gurunya dan bersiap untuk pergi. "Jangan khawatir, aku akan memberitahunya terlebih dahulu."Aylin perlu mengonfirmasi beberapa hal dengan Veren.Saat menerima telepon Aylin, Veren terkejut. Kemudian, dia menunjukkan senyum main-main di wajahnya."Oh? Kamu mau datang menemuiku?"Suara Aylin terdengar dingin."Yah, kamu sengaja meletakkan foto itu di bawah bantalku hari itu, bukan
Veren jelas terkejut. "... Apa kamu bercanda? Atau kamu menerima naskah baru?""Kenapa kamu ragu?""Aku hanya bertanya padamu, bagaimana kakakmu meninggal? Kenapa kamu panik?""Atau kamu tahu di dalam hati bahwa kakakmu bukan mati karena Jason. Kamu takut setelah kebenaran terungkap, kamu nggak bisa memanfaatkan Jason untuk bertanggung jawab padamu?"Setelah mendengar perkataan Aylin, Veren hanya mengucapkan dua kata, "Dasar gila.""Apa Kak Jason tahu kamu begitu curiga terhadap kakakku?""Oh, nggak heran kamu mencariku secara diam-diam hari ini. Kalau Kak Jason tahu kamu gila, dia pasti akan putus denganmu!"Meskipun Veren berpura-pura tenang, tangannya sudah tergenggam erat di bawah meja.Mengapa Aylin tiba-tiba menanyakan hal ini padanya?Selama bertahun-tahun, penyebab kematian kakaknya tidak pernah dicurigai. Bahkan tidak ada mencurigai foto yang disimpan di bawah bantal malam itu.Bertahun-tahun telah berlalu, tidak ada seorang pun mengetahui hal ini!Setelah Veren terus mengulan
"Aku masih menyesuaikan waktu setempat. Bukankah kamu menyuruhku kembali untuk merebut Kak Jason?""Tapi, melihat cara dia menggoda Aylin sekarang. Apakah kamu pikir dia akan berubah pikiran dan bersamamu?""Aku sudah menasihatimu jangan hanya bergantung pada seorang pria. Sekarang, kamu masih nggak mendengarkan aku. Cepat atau lambat kamu akan menyesalinya ...."Veren berdiri tegak. Tatapannya yang masam itu membuat Selina berhenti bicara."Bukankah kamu mengatakan di telepon bahwa nggak ada pria yang nggak bisa kamu goda?""Kenapa kamu nggak bisa menggoda Jason?""Ah? Kalau kamu benar-benar nggak dapat membantuku sama sekali, sebaiknya kamu kembali ke Negara Muriana.""Lagi pula, kamu nggak takut diburu oleh putri bos mafia, 'kan?" kata Veren dengan acuh tak acuh, seolah dia benar-benar tidak peduli dengan hidup dan mati Selina.Veren tidak ingin menghidupi orang yang tidak berguna, bahkan orang itu adalah teman baiknya.Jika bukan karena Selina mengatakan bisa membantunya, Veren tid
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen