Dia bahkan ingin bertanya pada Jason. Mengapa pria itu menilainya seperti itu? Apa mungkin setelah Veren kembali semuanya telah berubah?Namun, dalam lubuk hatinya, dia mengetahui dengan sangat jelas. Begitu dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, maka dia akan kalah sepenuhnya. Tidak akan ada orang yang jauh lebih menyedihkan dibandingkan dirinya.Di dalam sebuah hubungan, orang yang mencintai cenderung berada di posisi pasif. Sekarang dia sudah terjebak dalam situasi yang sulit, dia tidak ingin memperburuk situasinya, dia tidak ingin membuat dirinya terlihat makin menyedihkan.Namun, saat dia sedang seorang diri, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk meringkuk sambil menangisi ketidakpercayaan Jason terhadap dirinya.Andaikan waktu bisa diulang kembali, Aylin sangat ingin semua ini terulang dari awal lagi. Dia bersedia kembali pada waktu di mana dia masih belum menaruh perasaan pada Jason.Di dalam bangsal rumah sakit.Veren memiringkan tubuhnya ke samping, dia masih marah pada J
"Eh, dasar kamu ini. Kenapa aku malah merepotkannya?""Aku ingin menjaga Aylin, oke? Aku hanya ingin melihat bagaimana kondisinya, tapi kalian berdua malah selalu menghalangiku.""Apa kalian berdua nggak khawatir apakah dia baik-baik saja tinggal di luar sana?"Membayangkan Aylin harus memasak dan mencuci baju sendiri, Anisa merasa sangat simpati pada cucu menantunya itu."Aylin hanya pindah tinggal di luar untuk sementara waktu, dia bukan sepenuhnya meninggalkan rumah kita, kenapa kalian malah bersikap acuh tak acuh seperti ini padanya?""Jason, katakan padaku dengan jelas. Sebenarnya apa yang telah terjadi hari ini? Kalau nggak, bagaimana mungkin kamu nggak mengizinkanku bertemu dengan Aylin walau hanya sebentar saja?"Intuisi Anisa selalu tepat. Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh neneknya, Jason benar-benar tidak bisa berkata-kata. Awalnya dia sudah berencana untuk mengatur panggilan video Aylin dengan Anisa nanti. Kalau bisa, sebaiknya dengan menggunakan ponselnya.Dengan begi
Aylin ingin membukakan pintu untuk Anisa, tetapi dia lupa dia meletakkan tongkatnya di dekat pintu.Karena berdiri secara tiba-tiba, dia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh ke lantai. Suara benturan di dalam sangat kontras dengan suasana heningnya malam. Saking kerasnya suara benturan itu, sampai-sampai membuat jantung Anisa yang berdiri di luar pintu berdegap dengan kencang."Ya ampun, apa yang telah terjadi? Apa kamu terluka?""Pelan-pelan saja, ya. Aku akan menunggumu di luar sini. Kamu nggak perlu terburu-buru."Lutut Aylin membentur lantai dengan keras. Setelah berlutut selama beberapa detik, dia baru tersadar kembali. Kemudian, dia berusaha menopang tubuhnya untuk bangkit."Nenek, aku baik-baik saja, aku hanya terbentur lantai. Nenek tunggu aku, ya. Aku akan segera membukakan pintu untuk Nenek."Dengan bersusah payah, Aylin bertopang pada dinding untuk membuka pintu. Melihat rambut Aylin tampak berantakan dan berdiri dalam kondisi kaki pincang, kesedihan yang mendalam l
Melihat Aylin tampak senang memakan sup burung walet yang dibawakannya, Anisa tidak bisa menahan diri untuk membujuknya."Aylin, bagaimana kalau kamu ikut pulang denganku? Aku nggak tenang membiarkanmu tinggal sendirian di sini.""Apalagi, asrama ini begitu kecil. Setiap hari, kamu harus meminta bantuan temanmu untuk membelikan makanan untukmu, tentu saja nggak sepraktis di rumah. Kalau di rumah, aku bisa meminta pelayan untuk memasakkan untukmu makanan apa pun yang ingin kamu makan ...."Pergerakan tangan Aylin terhenti setelah mendengar ucapan Anisa. Pada akhirnya, dia baru mengangkat kepalanya, lalu tersenyum dan berkata, "Nenek, nggak apa-apa, tinggal di sini juga cukup praktis bagiku."Sebenarnya asrama yang disediakan oleh pihak kru film tidak terbilang kecil, ada tiga kamar, dua kamar mandi dan satu dapur. Aylin sama sekali tidak membutuhkan ruang seluas ini. Namun, kalau dibandingkan dengan kediaman Keluarga Yanuar yang megah, tentu saja jauh berbeda.Wajar saja Anisa tidak pua
"Harus kuakui ini adalah salah kami. Dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sehat, anak ini lebih penyendiri.""Sebelumnya, aku juga sempat berpikir apakah dia kekurangan kemampuan untuk mencintai orang lain. Tapi, dia sangat berbakti padaku dan kakek kalian ....""Kalau dilihat dari situasi sekarang, mungkin dia sangat kesulitan untuk menyadari siapa yang dicintainya.""Tapi, dari sudut pengamat, aku bisa melihatnya dengan jelas. Aylin, kamu harus percaya padaku. Kalau Jason nggak memiliki rasa padamu, aku juga nggak akan memaksakan kalian untuk bersama."Setelah mendengar ucapan Anisa, Aylin menjadi bertambah sedih. Dia dan Jason sudah terlalu sering berakting di hadapan Johan dan Anisa. Dia tidak menyangka dua lansia itu malah menganggap serius akting mereka.Makin mendengar ucapan Anisa, kesedihan yang menyelimuti hatinya makin mendalam. Sepertinya Jason sama sekali tidak mencintainya."Nenek, aku mengerti maksud Nenek. Nenek dan Kakek begitu menyayangiku. Ak
Setelah mendengar cerita Anisa, Aylin juga menyadari adanya sedikit keanehan."Sayangnya, setelah mengirim foto itu, Nona Veren segera menariknya. Kalau aku sempat menyimpannya, seharusnya Nenek bisa mengetahui apakah foto itu diambil pada malam itu."Anisa menepuk-nepuk punggung tangan Aylin dan berkata, "Aylin, aku tahu kamu sedih. Kamu pasti sudah memendam kesedihanmu sendirian selama berhari-hari ini, 'kan?""Nggak ada seorang pun yang datang untuk menghiburmu.""Gadis bodoh, seharusnya kamu memberitahuku lebih awal. Paling nggak, aku juga bisa memberitahumu apa yang terjadi hari itu."Aylin kembali meneteskan air mata karena perhatian yang dicurahkan oleh Anisa padanya.Dulu, saat dia merasa sedih, dia juga tidak pernah dihibur seperti ini oleh orang tuanya.Sementara itu, setiap kali merasa sedih di sekolah, sepulang ke rumah Levina selalu membanting pintu kamarnya.Lalu, pada saat itu, ibunya akan mengetuk pintu kamar Levina dengan sangat lembut.Biarpun Levina selalu menanggapi
"Levina benar-benar pengertian, mengerti betapa sulitnya kami sebagai orang tua. Levina nggak pernah mengajukan permintaan nggak masuk akal seperti Aylin.""Setelah Aylin besar, dia juga akan mengerti."Ditutup oleh pernyataan Levina, mereka bertiga menikmati suasana makan mereka dengan hangat.Amarah yang ditujukan pada Aylin tadi hanya seperti terpaan angin.Hanya Aylin seorang yang menundukkan diri, dia bahkan kesulitan untuk menelan makanannya.Dia hanya mengutarakan pemikirannya, tetapi dia langsung dicap sebagai seorang putri yang tidak berbakti. Memangnya apa salahnya?Mengapa dia harus bersabar menghadapi penindasan teman-teman sekelasnya?Orang tuanya bahkan tidak menanyakan padanya mengapa dia mengajukan untuk pindah sekolah.Sebelumnya, setiap kali pindah sekolah, dia tidak pernah mengeluh.Saat Levina tidak ingin pindah sekolah, mereka akan berusaha yang terbaik untuk mengatur tempat tinggal dan makan Levina.Setelahnya, Levina berubah pikiran. Begitu Levina berubah pikiran
Dulu, Aylin mengira dia tidak cukup baik. Karena itulah, orang tuanya lebih menyukai Levina.Namun, setelahnya dia baru menyadari pilih kasih sama sekali tidak membutuhkan alasan apa pun.Saat dia benar-benar merasa putus asa, dia merasakan kasih sayang tanpa batas dari dua lansia Keluarga Yanuar itu. Tentu saja hal itu membuat Aylin merasa sangat tersentuh.Ternyata di dunia ini benar-benar ada orang yang bisa merasakan kesedihannya dan bisa menepuk-nepuk punggung tangannya dengan sedemikian lembutnya.Bahkan bisa merasa bersalah karena selama beberapa waktu ini telah mengabaikannya. Sejak kecil hingga dewasa, Aylin tidak pernah merasakan kelembutan seperti ini.Sorot mata kesedihan tampak jelas di mata Anisa. Dia menyeka air mata di wajah Aylin dan berkata, "Gadis yang baik, maaf sudah membiarkanmu bersedih.""Jangan khawatir, aku pasti akan mempertanggungjawabkan hal ini padamu.""Kamu hanya perlu mengingat satu hal, kamu adalah cucu menantu Keluarga Yanuar. Selama aku masih hidup,