Setidaknya, ke depannya, Aylin tidak perlu khawatir dia perlu menyelesaikan masalah yang dibuat oleh keluarga itu lagi.Terkadang, Aylin juga penasaran, mungkinkah dia bukan anak kandung mereka dan sebenarnya dipungut dari tong sampah.Kalau tidak, bagaimana mereka bisa begitu membencinya?Ibunya bahkan lebih baik pada Levina daripada pada dirinya.Bagi keluarga itu, mereka hanya memikirkannya saat mereka memerlukan orang untuk menyelesaikan masalah yang mereka buat. Sedangkan saat mereka sedang bersenang-senang, mereka sama sekali tidak mengingat bahwa mereka masih memiliki seorang putri lagi.Ekspresi Aylin makin masam. Begitu dia teringat akan keluarga itu, suasana hatinya menjadi sangat buruk.Setelah meninggalkan keluarga itu pun dia tidak bisa sepenuhnya melupakan hal-hal yang terjadi sebelumnya. Bagaimanapun, dia dibesarkan dan hidup selama 20 tahun di keluarga itu.Saat perselisihan mereka sudah mencapai kebuntuan, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu ruang istirahat ini.Jason m
"Duduklah. Sudah lama kita nggak jumpa. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?" tanya Aylin.Phillip belum menyapa Jason. Jadi, setelah menyapa Jason, dia baru tersenyum dan menjawab pertanyaan Aylin."Semuanya berjalan dengan baik. Kasus yang sebelumnya kubilang kurang yakin itu juga sudah kami dapatkan."Mendengar kabar baik dari Phillip, Aylin tentu saja merasa senang untuknya."Baguslah. Pesanan itu sangat susah untuk didapatkan. Sudah kubilang, jumlah orang di perusahaan kalian banyak, jadi kalian sangat kuat. Terlebih lagi, dengan keterlibatanmu sendiri, mana ada klien yang akan menolak lagi?" kata Aylin.Phillip tersenyum lebar dan mengulurkan tangannya dengan sangat alami untuk mengelus kepalanya Aylin. Aylin dan Jason pun sama-sama tercengang.Aylin langsung menyusutkan lehernya, dia tidak mengerti mengapa Phillip tiba-tiba melakukan gerakan seakrab itu.Terlebih lagi, dengan keberadaan Jason, suasananya menjadi makin aneh."Emm ... terima kasih, Kak Phillip. Aku baru selesai pere
Jason menunduk sambil membaca dokumen di ponselnya. Dia tidak menyangka bahwa Phillip dan Aylin bisa berbicara selama ini.Mereka mengobrol hingga Veren mengetuk pintu ruangan.Aylin menatap ke arah pintu dengan penasaran. Hari ini, mengapa ada banyak sekali orang yang datang mencarinya?Hanya saja, orang yang berjalan memasuki ruangan ini malah membuat senyuman di wajahnya menjadi kaku."Halo, Kak Aylin. Maaf, aku mengganggumu lagi. Semoga kedatanganku di sini nggak terlalu mengganggumu. Kak Jason mau mengantarkanku pulang, jadi aku langsung datang mencarinya di sini," kata Veren.Aylin tidak ingin perhitungan dengan Veren, jadi dia hanya tersenyum kecil."Ternyata begitu, ya. Tentu saja kamu nggak mengganggu, perekamanku sudah berakhir.""Karena kalian mau pulang, kalian bisa pulang dulu."Veren menatap Jason dengan tatapan lembut, tetapi mendesak.Namun, Phillip tidak bermaksud untuk pergi, jadi bagaimana mungkin Jason bisa pergi dengan tenang?"Kami nggak buru-buru. Sudah hampir ja
"Hei, Kak Jason, kenapa kamu begitu terburu-buru?""Bukankah adik sepupumu juga ada di sini? Kamu juga harus dengar pendapat Kak Aylin, dong! Mungkin saja dia ingin tetap berada di sini!" kata Veren.Dengan ekspresi dingin, Jason berkata, "Dia sudah bilang dia lelah."Karena dia sudah lelah, pendapat apa lagi yang harus didengar? Aylin harus cepat pulang dan istirahat.Veren selalu menjadi penghalang. Tentu saja Aylin memahami apa maunya.Aylin juga tidak ingin membawa orang-orang ini ke asramanya karena tempat itu adalah tempat dia berdiam diri."Karena Nona Veren ingin sekali makan bersama, ayo kita pergi makan di luar lokasi perekaman. Setelah makan, aku baru pulang istirahat," kata Aylin.Kedua pria ini sepertinya tidak setuju, tetapi Veren langsung menyetujui ucapan Aylin."Baguslah kalau begitu. Meskipun lelah, kita tetap harus makan! Dengan begitu, kaki Kak Aylin baru bisa lebih cepat pulih!" kata Veren.Kemudian, mereka pun bersiap-siap untuk keluar.Jason dan Phillip berjalan
Aylin hanya tersenyum. Dia bisa mengerti mengapa Veren merasa geram.Pria yang semalam masih seintim itu dengannya malah mengkhawatirkan wanita lain di hadapannya. Jika itu Aylin, Aylin juga akan sangat marah."Nggak apa-apa."Suasana di dalam mobil lebih canggung. Phillip pun berusaha untuk memecahkan keheningan ini.Phillip bertanya, "Sudah sampai mana perekaman filmnya Pak Teguh?""Berapa lama lagi aku harus menunggu sebelum menonton hasil karyamu di layar besar? Aku sudah nggak sabar."Ucapan Phillip juga merupakan harapan Aylin.Sejak perekaman dimulai, dia terus menerima pujian dari orang-orang di sekitarnya. Namun, mereka belum menonton film aslinya.Hanya setelah film ini tayang di bioskop barulah orang-orang bisa mengetahui bagaimana film mereka sebenarnya.Meskipun kualitas sebuah film tidak bisa langsung ditentukan oleh penjualan tiketnya, tingkat penjualan ini juga bisa membuktikan ketertarikan orang-orang terhadap film ini.Aylin menjawab, "Sekarang, perekamannya sudah leb
Setibanya di restoran, Veren sudah langsung duduk di dalam. Saat Jason hendak duduk di sisi Aylin, Veren langsung menarik lengan bajunya dan berkata, "Kak Jason, apa yang kamu tunggu di sana? Cepat duduk."Jason berkata, "Aku duduk ...."Sebelum Jason bisa menyelesaikan ucapannya, Phillip sudah memapah Aylin dan duduk dengan Aylin. Dia bahkan mengangkat kepalanya dan menatap Jason dengan tatapan tidak bersalah sambil bertanya, "Kak Jason, kenapa kamu masih berdiri?"Jason pun hanya bisa duduk di samping Veren dengan ekspresi dingin."Selamat siang. Apakah Bapak Ibu sudah mau pesan?""Apakah saya perlu merekomendasikan menu spesial restoran ini?"Pada saat ini, seorang pelayan wanita berjalan menghampiri mereka. Saat dia melihat beberapa pria tampan dan wanita cantik ini, matanya seketika berkilau. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan rasa semangat dalam hatinya.Wanita yang duduk di dalam itu sepertinya adalah aktris yang akhir-akhir ini sangat terkenal. Sahabatnya sangat menyukai a
Aylin benar-benar terkejut. Selama beberapa hari terakhir, Veren selalu berpura-pura baik padanya di hadapan Jason. Sekarang, di belakang yang lainnya, dia tiba-tiba menunjukkan sifat aslinya!"Nona Veren nggak salah, ya?""Seharusnya kamulah yang mengganggu hubungan aku dengan Jason. Kenapa? Setelah diam-diam mengirimkan foto semalam ke aku, kamu masih merasa nggak cukup, ya?""Sekarang, kamu masih mau memperingatkanku secara langsung?"Semalam, sebesar apa pun amarah Aylin, dia juga bisa menebak bahwa Veren pasti sengaja mengirimkan foto itu padanya. Kalau tidak, bagaimana mungkin Veren bisa salah kirim karena tangannya tergelincir?Terlebih lagi, mereka hanya berteman dan sama sekali belum pernah bertukar pesan. Artinya, Veren secara khusus mencari kontaknya Aylin, lalu mengirimkan foto tersebut pada Aylin.Kemudian, Veren menghitung waktu untuk membatalkan pengiriman foto itu dengan alasan dia salah kirim. Aylin tidak percaya Veren akan mengirimkan foto itu pada Jason."Kak Aylin j
"Maaf, kakiku nggak nyaman bergerak. Bisakah kamu membantuku memanggil ambulans?" tanya Aylin.Wanita itu tercengang sesaat. Di bawah desakan Aylin, dia baru tersadar."Oh, oh, baiklah, ck ... sial sekali.""Aku keluar untuk makan, tapi malah terkena masalah seperti ini."Setelah dia memanggil ambulans, dia langsung meninggalkan tempat ini.Mendengar keributan di tempat ini, manajer restoran ini menyuruh bibi petugas kebersihan untuk memastikan tidak ada orang lain di dalam sebelum masuk ke dalam."Ada apa? Mereka sudah pergi sangat lama, kenapa belum kembali juga?" tanya Phillip dengan cemas.Hubungan antara Aylin dengan Veren tidak jelas. Melihat mereka berdua berinteraksi, Phillip bahkan menyadari bahwa mereka tidak cocok.Namun, tadi, tak disangka, Veren malah memanggil Aylin untuk pergi dengannya. Phillip pun merasa bahwa hal ini agak aneh."Sepertinya terjadi masalah di kamar mandi, coba aku pergi lihat," kata Jason.Jason melihat beberapa orang berlari ke arah kamar mandi, jadi
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen