Anisa segera berbalik dan menyuruh Johan diam, "Jangan bicara dulu, aku merasa ada yang nggak beres dengan Veren.""Aku mau lihat apa lagi yang akan dia lakukan."Johan terdiam. Veren memang sangat suka membuat masalah.Sejak Veren datang ke rumah mereka, serangkaian masalah terjadi, bahkan timbul masalah dalam hubungan Jason dan Aylin.Dia dan Anisa bahkan berencana mengunjungi Aylin di lokasi syuting besok.Aylin sendirian dan kakinya terluka. Meski banyak aktris yang menemaninya di asrama, mereka tetap merasa khawatir.Setelah memastikan tidak ada pergerakan dari kamar Anisa, Veren mematikan lampu utama di aula dan mengendap-endap ke lantai dua.Dia tidak langsung membuka pintu ruang kerja Jason. Sebaliknya, dia bersandar di pintu ruang belajar dan mendengarkan sebentar.Hanya saja ruang kerja ini khusus dibangun untuk kantor Jason, sehingga fungsi kedap suaranya sangat bagus.Dia berdiri diam beberapa saat, tidak terdengar adanya gerakan di dalam.Setelah sekitar lima menit, Veren
Butuh banyak usaha untuk memindahkan Jason ke sofa dan membaringkannya. Setelah mengatur posisi, Veren duduk di pelukan Jason dengan hati-hati.Jason ditarik oleh Veren dan dibaringkan ke bahunya, sementara Veren tersenyum manis ke arah kamera, keduanya mengambil foto yang sangat intim."Sayang sekali. Akan lebih baik kalau kamu dalam keadaan sadar, tapi kamu dibingungkan oleh rubah betina itu, jadi kamu nggak sadar siapa yang sebenarnya kamu sukai.""Nggak masalah, aku akan selalu menemanimu, sampai kamu menyadari kalau orang ada di hatimu adalah aku."Veren mengambil banyak foto secara berturut-turut, melihat Jason seperti ini, dia perlahan mendekat ...."Aku harap kamu nggak terlalu menyalahkan aku ketika bangun nanti, Kak Jason!""Kamu seharusnya mengesampingkan Aylin sejak dulu. Aku kembali ke sini untuk membereskan wanita itu.""Aku pasti akan membantumu menyingkirkan wanita merepotkan itu.""Selamat malam, tidurlah yang nyenyak, berhentilah mengerutkan kening dan memikirkan wani
"Nenek nggak bisa menganggapku wanita sembarangan hanya karena berprasangka buruk padaku.""Aku dan Kak Jason sudah berteman selama bertahun-tahun. Sebelum ke ruang kerja untuk mengambil buku, aku nggak tahu dia akan tertidur di sini.""Nenek sudah memfitnahku.""Lagi pula, aku hanya menyelimuti Kak Jason karena mengkhawatirkannya sebagai teman. Apakah aku akan membiarkan sahabatku membeku di sofa ini sepanjang malam?""Tadi Nenek bilang sudah mau istirahat, kalau nggak, aku pasti akan turun untuk memanggil Nenek."Penjelasan Veren masuk akal dan sempurna, Anisa tahu, untuk saat ini dia tidak akan bisa menemukan kesalahannya, jadi memutuskan menyerah."Benarkah? Kalau begitu aku salah menyalahkanmu. Nona Veren, ini sudah larut malam, istirahatlah," kata Anisa."Ada aku yang menjaga Jason."Foto yang diinginkan sudah didapatkan, Veren tidak ingin berlama-lama, dia berpura-pura sedih, menggigit bibir bawahnya, meninggalkan ruang kerja dengan membawa ponsel serta buku di tangannya.Sebelu
Veren mengirim pesan seperti itu dengan maksud yang tidak jelas dan melampirkan foto ke ponsel Aylin.Aylin sedang memegang ponselnya untuk menonton plot keesokan hari yang dikirimkan sutradara padanya.Terkadang dia harus mendiskusikan ide naskahnya dengan sutradara. Dia mungkin tidak akan melihat foto yang dikirim Veren jika tidur lebih awal malam ini, tapi dia sedang berkomunikasi dengan sutradara.Dia penasaran pesan apa yang akan dikirimkan Veren padanya, tetapi ketika mengklik kotak dialog, dia melihat foto Veren dan Jason!Aylin tidak berani memercayai matanya, dia memperbesar foto dan itu memang Jason, sementara Veren tersenyum begitu ceria.Mengapa Veren tiba-tiba mengiriminya foto itu?Aylin menekan tombol kembali, saat hendak melihatnya sekali lagi, Veren sudah menarik kembali kedua pesannya."Maaf, salah kirim."Setelah mengirim pesan itu, Veren mematikan ponselnya dengan penuh kemenangan.Intinya, orang yang tidak bisa tidur malam ini bukan dirinya.Membayangkan kemarahan
Sebenarnya Aylin sudah bersiap untuk menjauh dari Jason secara bertahap dengan kepindahannya kali ini.Namun, ketika melihat foto mesra Jason dan Veren, dia masih sangat patah hati.Ternyata cinta atau tidak, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan logika. Logika memintanya untuk sadar dan cukup menjaga hubungan kontrak dengan Jason.Namun, dia menyaksikan tanpa daya saat keseimbangan perasaannya condong ke arah Jason.Bahkan sekarang, hatinya sakit karena Jason, bukankah artinya dia masih menyukai pria itu?Alangkah baiknya jika dia tidak berperasaan seperti Jason, berkata mengkhawatirkannya tinggal sendirian di luar, tapi begitu cepat dekat dengan wanita lain.Lagi pula, dia baru bertemu Jason. Mungkin Jason dan Veren sebenarnya memang sedekat itu.Ada jadwal syuting pagi keesokan harinya. Pagi-pagi sekali Maria telah mengetuk pintu kamar Aylin, bermaksud sarapan bersamanya.Namun, begitu pintu dibuka, dia dikagetkan oleh wajah Aylin. "Eh!""Ada apa dengan matamu? Kenapa bengkak seka
Bukannya dia seharusnya berbaring di meja?Saat hendak keluar di pagi hari, Anisa meminta Jason menemuinya di kamar sepulang kerja nanti. Tidak tahu apa yang terjadi tadi malam, tapi samar-samar Jason merasa ada yang tidak beres."Pak Jason, Aylin dimarahi Pak Teguh dengan sangat menyedihkan, cepat datang selamatkan dia!"Maria mengambil foto Aylin, dia tampak kurus.Hati Jason tiba-tiba menegang. Bukankah dia bilang bisa menjaga dirinya sendiri? Mengapa dia jadi sekurus ini hanya dalam beberapa hari?Rambut Aylin acak-acakan karena angin, wajahnya pucat, seolah tidak ada darah sama sekali, lingkaran hitam terlihat di bawah matanya.Jason segera mengambil jaketnya dan bersiap untuk keluar.Calvin sedang memegang dokumen dan hendak mengetuk pintu ketika Jason membuka pintu. Sebelum dia berbicara, Jason sudah pergi dengan tergesa-gesa, seolah sesuatu yang besar telah terjadi."Aneh, nggak ada masalah penting hari ini ...."Sejak Aylin bersikeras untuk pindah ke asrama, Jason telah menamb
"Kak Sari, hari ini harus mengandalkan tangan ajaibmu."Sari melambaikan tangan sambil berkata, "Huh, ini cuma masalah kecil.""Biasanya wajahmu sudah banyak menghemat tenagaku.""Ckckck .... Wajah dan kulitmu yang sudah bergadang ini masih membuat kami iri.""Lihat wajah dan kulitmu masih begitu berkilau. Sekarang aku paham gen apa yang menentukan kecantikan.""Berapa banyak pun operasi yang dilakukan, belum tentu bisa mendapatkan wajah seperti ini."Aylin tersenyum malu-malu. Sari adalah wanita muda yang sangat ceria. Setiap kali melihatnya, dia akan memuji wajah Aylin dengan penuh semangat.Dia pun menerimanya dengan rendah hati.Saat Jason tiba, riasan Aylin hampir selesai.Dia muncul di lokasi syuting tanpa suara. Para kru tidak menyangka Jason muncul tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.Mereka yang jeli segera melaporkannya kepada Teguh, sementara Jason menangkap orang secara acak dan bertanya di mana Aylin sekarang."Kak Aylin sedang merias wajah di ruang gantinya."Jason segera
"Kita sudah nggak bertemu beberapa hari, apa kamu sama sekali nggak ingin bertemu denganku?"Jason menatap lurus ke arah Aylin. Wanita itu tidak lagi mengangkat kepalanya setelah pertama kali tadi.Mendengar ucapan tak tahu malu dari Jason, dia begitu marah hingga gemetaran.Jason masih berani bertanya apakah dia merindukannya?Kemarin malam dia bermesraan dengan Veren, hari ini datang mencarinya, bukankah dia playboy?Aylin mengangkat kepalanya dengan marah dan menatap mata Jason di cermin."Aku baru pertama kali melihat sisi nggak tahu malu Pak Jason.""Meski hubungan kita hanya sekadar kontrak, mohon tetap dihormati. Aku bukan wanita murahan.""Kalau kamu terus seperti ini, aku terpaksa mengakhiri kesepakatan kita lebih awal."Jason mengerutkan kening, tidak dapat memahami ucapan Aylin, dia hanya memahami Aylin bertekad untuk mengakhiri hubungan ini dengannya.Dia meraih dagu Aylin dengan marah dan memaksanya untuk berbalik, "Apa katamu? Berani kamu mengatakannya sekali lagi?""Apa
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen