Dia menyiapkan begitu banyak makanan karena khawatir Aylin akan lapar di tengah hari akibat beban kerja yang berat."Makanlah saat lapar, jangan kerja dengan perut kosong, oke?" pesan Anisa."Nenek tahu, kalian para aktris sangat memperhatikan penampilan di kamera dan harus menjaga postur, tetapi sekarang kamu sudah cukup kurus, jadi jangan menyiksa diri, hm?" sambungnya."Terima kasih, Nek .... Aku mengerti," jawab Aylin.Anisa meraih tangan Aylin, berbicara lama sekali di depan pintu.Intinya adalah meminta Aylin jangan terlalu lelah bekerja, kesehatan adalah yang terpenting."Sudahlah, lihat, semakin bertambah usiamu, kamu jadi sering mengomel. Mendengarnya saja membuat telinga Aylin mati rasa, " kata Johan.Johan memegang tangan Anisa dan melambai pada Aylin, "Aylin, jangan dengarkan omelan nenekmu. Pergilah, jangan lupa pulang dengan mobil kita."Aylin tidak merasa terganggu. Dia tidak pernah merasakan kehangatan dari perhatian seperti ini.Jadi, dia selalu bersabar mendengarkan o
Membayangkan Aylin tidak akan pernah berdiri di antara dia dan Jason lagi, tiba-tiba Layla merasa segar.Bahkan espresso di mulutnya tidak terasa begitu pahit lagi.Hanya saja syuting akan segera dimulai, bahkan Pak Teguh sudah bergegas ke lokasi, tapi Aylin belum terlihat.Layla bertanya dengan santai, "Di mana pemeran utama kita? Kenapa sampai sekarang belum kelihatan?"Beberapa anggota kru di dekatnya juga menaikkan leher mereka untuk mencari.Biasanya di waktu seperti ini Aylin sudah duduk di bangku kecil dan membaca naskahnya.Hari ini memang agak aneh."Nggak tahu, tapi nggak ada kabar cuti juga, mungkin terjebak macet?"Layla segera mengambil kopi untuk menyembunyikan tawanya yang tak terkendali."Mungkin juga."Lebih bagus lagi kalau dia tidak datang!Sebaiknya jangan datang lagi selamanya, dengan begitu dia bisa mengambil alih pemeran utama film itu.Tidak ada orang yang lebih cocok untuk peran ini selain dia!Namun, Aylin hanya terjebak kemacetan, sehingga menghabiskan lebih
Aylin tiba-tiba tersenyum, "Baguslah kalau begitu. Aku pasti akan memainkan peran ini dengan baik, supaya mereka yang berniat jahat nggak memanfaatkannya."Layla mengangguk, berpura-pura tenang, "Baguslah kalau kamu berpikir seperti itu. Ah .... Aku hampir lupa, manajerku mencariku, aku pergi dulu ya!"Layla melarikan diri tanpa menunggu jawaban Aylin.Punggungnya tampak goyah ketika berjalan pergi, sangat berbeda dari ketika dia melangkah maju untuk membagikan sarapan kepada semua orang."Huh ...."Aylin mendengus dingin.Takutnya hati Ratu film tidak sebaik yang dia katakan.Setelah keluar dari pandangan Aylin, Layla melihat sekeliling dengan rasa takut ....Tidak mungkin!Mengapa dia bisa muncul di sini tanpa luka sedikit pun?Atau mungkin wanita ini luar biasa, dia mampu berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa meski sudah dilecehkan?Layla menggigit kukunya dengan cemas ....Itu juga bukan tidak mungkin. Bukankah wanita jalang itu juga mengandalkan trik untuk mengikat Jason di si
Petugas lapangan kesulitan, dia tidak berwewenang memberikan cuti."Sebaiknya kamu beri tahu Pak Teguh, tugas syuting hari ini sudah cukup berat. Lihat, kamu punya banyak adegan pagi ini ...."Layla mengangguk, kemudian berbalik menemui Pak Teguh.Namun, sebenarnya dalam hati dia memaki petugas lapangan itu.Biasanya petugas lapangan memamerkan kekuatannya di lokasi syuting, tapi sekarang dia bahkan tidak bisa memberikan cuti.Apa gunanya dia?Pak Teguh juga terlihat tidak senang ketika mendengar dia ingin meminta izin.Namun, dia terlihat kalang kabut, wajahnya merah, bengkak, serta dia berkeringat.Pada akhirnya, dia melambaikan tangan sebagai bentuk kompromi, "Oke, pergilah, aku akan menggeser adeganmu.""Tapi hal seperti ini jangan sampai terjadi lagi. Kalau semua orang datang untuk meminta cuti, apa film ini masih bisa dilanjutkan?" sambungnya.Layla berulang kali mengangguk, tidak lupa berbohong, "Jangan khawatir, aku akan kembali segera setelah masalah perusahaan selesai. Maaf,
Di sudut yang tidak terlihat oleh Levina, Layla mengepalkan tangannya.Kemudian dia tersenyum.Layla mendekati Levina, senyuman di wajahnya membuat orang merasa tidak nyaman."Kamu benar-benar naif, kalau aku nggak ingin melihat berita itu, menurutmu siapa yang berani menyebarkannya? Sebaliknya, dengan reputasimu saat ini, kamu harus mempertimbangkannya dengan hati-hati," kata Layla.Dia menyilangkan tangan, menatap Levina di hadapannya.Tadinya dia tidak ingin melakukan apa pun, mungkin orang ini masih memiliki nilai tertentu dan dapat digunakan untuk menghadapi Aylin.Akan tetapi, dia tidak menyangka Levina begitu ambisius dan ingin mengancam dirinya dengan hal-hal sepele itu.Karena dia yang menyerang tanpa malu-malu, bagaimana mungkin Layla melepaskannya begitu saja?".... Kamu mau apa! Anggota keluargaku nggak bersalah, kamu seperti ini, nggak takut aku bicara sembarangan di luar?" kata Levina.Mata Levina tiba-tiba melebar, dia tidak terlalu peduli dengan keluarganya, tapi sekara
"Jangan terlalu dekat, yang penting nggak ketinggalan."Awalnya Aylin mencurigai dirinya menjadi paranoid setelah ditakuti oleh para gangster.Bisa jadi Layla hanya dalam suasana hati yang buruk ....Namun, semua itu lenyap setelah melihatnya berbelok ke kantor polisi yang dia datangi kemarin.Uh, masalah apa yang mengharuskan Layla ke kantor polisi?Wanita itu sangat cermat dan berhati-hati.Entah kapan dia menghubungi Levina.Levina si idiot itu dengan mudahnya dihasut orang lain untuk mencelakai adiknya sendiri.Uh, Aylin duduk diam di dalam mobil, memilah pikirannya.Kemarin, selain Jason, hanya kru yang tahu dia akan pergi membeli buku.Dia benar-benar tidak mengerti, bagaimana ketiga gangster itu berhenti di tempat yang tepat dalam perjalanan pulangnya membeli buku.Para kru tidak akan terlibat dalam hal ini, dia sama sekali tidak percaya.Siapa yang membocorkannya?Sekarang, jawaban ini sangat jelas, tidak ada yang lain selain Layla.Dua pertanyaan yang dia ajukan secara sembara
Aylin mengenakan sepatu hak tinggi dan terlihat sangat keren.Layla yang selalu sombong, tiba-tiba merasa bersalah saat melihat Aylin, bahkan tanpa sadar mundur selangkah.Aylin mengambil inisiatif dan tersenyum."Nona Layla, kenapa ada di tempat seperti ini? Aku dengar dari kru, kamu punya banyak adegan untuk pagi ini?"Aylin seolah sama sekali tidak menyadari kepanikan Layla.Layla merapikan rambutnya, "Aku .... Aku kebetulan lewat, jadi sekalian masuk untuk melihat-lihat. Mungkin akan berguna untuk peranku di masa depan.""Keperluan apa yang membuatmu kebetulan melewati kantor polisi? Jangan-jangan Nona Layla ke sini untuk mengunjungi seseorang?"Senyuman tenang di wajah Aylin membuat Layla merasa jijik. Semakin Aylin santai dan berpuas diri, semakin Layla membencinya."Sebagai seorang aktris, apa salahnya mengamati kehidupan dan mengunjungi kantor polisi? Lagi pula, ke mana aku pergi bukan urusanmu, tapi kenapa kamu malah muncul di pintu kantor polisi?"Layla berbalik bertanya pada
Ketika mendengar seseorang ingin menemuinya, Levina mengira ayahnya yang datang dengan seorang pengacara.Dia tidak bisa tinggal di kantor polisi ini lagi meski hanya sehari!"Kenapa kamu baru datang sekarang? Apa kamu nggak tahu aku dikurung? Apa kamu masih menganggapku putrimu? Kenapa kamu nggak panik sedikitpun!"Layla mengeluh kesal karena terkurung, tapi dia tidak menyangka akan melihat Aylin yang mengenakan setelan bagus ketika melihat ke atas.Hanya melihat sekilas saja dia tahu pakaian Aylin harganya mahal.Sebelumnya, dia dan artis lain sudah sering melihat pakaian ini di situs resminya, tapi sampai sekarang pakaian itu hanya tersimpan diam di keranjang belanjaannya karena tidak ada satu pun dari mereka yang mampu membelinya.Pasti pria itu yang membelikannya!Sialan!"Untuk apa kamu datang? Mau memamerkan padaku kalau kamu sudah menemukan pria baik?" Levina memelintir mulutnya dengan ekspresi jijik."Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kapan aku pernah pamer di depanmu? Bukanka
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen