Ervin membungkukkan badannya dan berkata, "Nyonya, ucapan Nyonya sudah berlebihan! Tanpa ada Tuan, nggak ada aku yang sekarang! Sudah seharusnya aku melakukan semua itu!"Pamela sangat senang melihat kemampuan dan karakter Ervin. Dia tidak banyak membahas topik itu lagi, melainkan bertanya, "Lalu, di mana dia? Mengapa dia nggak datang?"Ervin menjawab dengan jujur, "Tuan sudah dalam perjalanan ke sini, seharusnya sebentar lagi Tuan akan tiba."Pamela mendecakkan lidahnya dan berkata, "Dia selalu saja seperti itu! Kemarin dia mengatakan akan segera kembali setelah membelikan makanan untukku, lalu langsung pergi. Pada akhirnya, anak buahnya yang mengantarkan makanan untukku!"Ervin tertawa dan berkata, "Nyonya, Nyonya sudah salah menyalahkan Tuan! Tuan nggak ingin Nyonya mengkhawatirkannya. Karena itulah, dia nggak banyak bicara. Kemarin, anggota kami menangkap Kalana, dalang di balik penculikan Tuan Muda Revan kali ini. Tuan takut dia nggak berbicara jujur, jadi Tuan secara pribadi meng
Pamela memutar matanya dengan kesal. "Huh! Ternyata kamu masih tahu kembali!"'Lihat reaksi itu, bisa-bisanya sayangku ini mengatakan dia nggak merindukanku?'Agam menyunggingkan seulas senyum, lalu menoleh dan memanggil ke arah pintu, "Ervin!"Ervin segera berjalan memasuki bangsal dan bertanya dengan penuh hormat, "Tuan, apa yang bisa kubantu?"Agam berkata, "Kamu bawa Revan jalan-jalan keluar. Awasi dia dengan baik. Nanti kalian baru kembali.""Baik, Tuan!" Ervin segera berjalan menghampiri Pamela dan menggendong Revan dari pelukan Pamela. Kemudian, dia langsung berbalik dan keluar dari bangsal.Awalnya Pamela tidak tenang melepaskan Revan begitu saja, tetapi dia tahu Agam melakukan pengaturan seperti itu pasti karena ada yang ingin pria itu bicarakan dengannya. Jadi, setelah ragu sejenak, dia pun melepaskan putranya dari pelukannya ....Setelah Ervin membawa Revan keluar dari bangsal, Pamela mengalihkan pandangannya kembali ke arah Agam. Dia ingin menanyakan pada pria itu apa yang
Tiba-tiba saja nada bicaranya pria itu terdengar sedih. Sontak saja hal itu membuat hati Pamela melunak. "Sudah, sudah, aku hanya bercanda!"Agam terus memeluk gadisnya, seolah-olah enggan untuk melepaskan gadisnya. "Sayang, aku berjanji padamu, kelak kejadian seperti ini nggak akan terjadi lagi. Kita juga nggak akan terpisah lagi."Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Hmm, aku percaya padamu."...Tak lama kemudian, suster datang dengan mengantarkan hasil pemeriksaan Revan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bocah lelaki itu sudah baik-baik saja, sudah boleh keluar dari rumah sakit.Hanya saja, sepulang ke rumah nanti, tetap harus berhati-hati, jangan sampai luka Revan terkena air. Selain itu, Revan juga harus minum obat dengan teratur. Hanya itu saja, tidak ada masalah lain lagi.Pamela mengunjungi bangsal ibunya bersama Agam dan Revan untuk memberi tahu ibunya bahwa putranya sudah boleh keluar dari rumah sakit, mereka sudah akan pulang.Saat ini, dua lansia Keluarga Dirgant
Begitu mendengar ucapan ibu mereka, ketiga bocah itu langsung bersorak dengan gembira.Vani berkata, "Hore, hore! Baguslah kalau begitu! Ibu, kalau begitu bisakah Ibu meminta para paman pengawal ini untuk nggak terus mengikuti kami seperti ini lagi?"Heri berkata, "Benar, Ibu. Mereka terus mengawasi setiap gerak-gerik kami, kami merasa nggak bebas!"Kevin juga menganggukkan kepalanya dan berkata, "Benar, Ibu ...."Pamela mengangkat kepalanya. Begitu melihat para pengawal yang mengikuti di belakang ketiga bocah itu, dia sudah mengerti ini adalah pengaturan dari Tomi dan Frida.'Kakek dan Nenek pasti sangat terkejut karena kejadian kemarin!' pikirnya.Namun, Pamela sengaja tidak menyetujui keinginan ketiga bocah itu secara langsung. Dia berkata, "Tanyakan saja hal ini pada ayah kalian, harus ada persetujuan darinya baru bisa!"Begitu mendengar ucapan Pamela, ketiga bocah itu langsung berganti haluan. Mereka langsung meninggalkan Pamela dan berjalan menghampiri Agam, lalu mengelilingi pri
Keempat bocah itu melihat Pamela. Melihat ekspresi lelah ibu mereka, mereka sangat sedih.Vani memiringkan kepalanya dan berkata dengan gelisah, "Kalau begitu, Ayah janji pada kami jangan membiarkan paman-paman aneh itu mengikuti kami lagi, ya?"Mendengar ucapan putrinya, Agam melirik para pengawal yang berbaris dengan rapi di belakang anak-anak, lalu mengangkat dagunya seolah memberi isyarat kepada mereka.Melihat isyarat majikan mereka, ketiga pengawal itu segera melangkah menjauh dengan patuh.Setelah para pengawal yang mengawasi gerak-gerik mereka selama dua puluh empat jam penuh itu pergi, anak-anak itu baru merasa lega, seolah-olah sudah mendapatkan kembali kebebasan mereka ....Vani mengalihkan pandangannya ke arah Revan, lalu mengamati kakaknya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan saksama. "Kak Revan, kamu terluka. Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu merasa kesakitan?"Revan menggelengkan kepalanya. Dia mengulurkan tangannya dan mengelus-elus kepala adik perempuannya lay
Setelah mendengar identitas asli Pamela, dua lansia Keluarga Dirgantara itu sedikit terkejut. Dua lansia itu mengalihkan pandangan kepada satu sama lain, lalu tersenyum.Frida mengalihkan pandangannya kembali ke Pamela dan berkata pada Pamela sambil tersenyum hangat, "Pamela, fakta bahwa kamu adalah anggota Keluarga Yanuar memang membuat kami sedikit terkejut. Tapi, selama bertahun-tahun ini, kamu selalu setia menunggu Agam kembali, bahkan membantunya melindungi dan menjalankan perusahaannya. Kami bisa melihat dengan jelas semua pengorbananmu. Kami sudah mengenal jelas kamu adalah orang seperti apa. Sekarang jangankan kamu adalah anggota Keluarga Yanuar, biarpun kamu benar-benar adalah darah daging seorang pelaku kriminal besar, Keluarga Dirgantara juga nggak akan memedulikan hal yang telah berlalu. Kami hanya mengakuimu sebagai istri cucu kami!"Walaupun Tomi tidak berbicara, tetapi dia menganggukkan kepalanya seolah mengisyaratkan bahwa dia menyetujui ucapan istrinya.Setelah mendeng
Setelah berhasil "meminjam" lokasi untuk melakukan lamaran, Justin langsung pergi dengan senang untuk mulai merencanakan lamaran ....Melihat adik tiri yang sama ayah tapi beda ibu dengannya itu telah pergi jauh, Pamela menyenggol-nyenggol pria di sampingnya dan berkata, "Paman, kamu sudah dengar sendiri, 'kan? Hanya lamaran saja, dia sudah menyiapkan cincin berlian yang besar! Apa yang kamu siapkan untukku?"Agam mengalihkan pandangannya ke arah gadisnya dan berkata, "Bagaimana kalau kamu periksa sendiri aset yang berada di bawah namamu?"Sebenarnya Pamela sama sekali tidak memedulikan tentang cincin berlian. Dia hanya ingin bercanda pada pria di sampingnya ini. Namun, siapa sangka pria itu benar-benar telah mempersiapkan sesuatu yang spesial untuknya?!Karena itulah, dia segera memeriksa aset di bawah namanya dan mendapati bahwa pagi ini ada sebuah tambang berlian terbesar di Afrikan menjadi aset baru di bawah namanya!Dengan mulut berkedut, Pamela berkata, "Paman, kamu ...."Agam me
Jelas-jelas pria itu bukan sedang menanyakan pendapatnya, melainkan menyampaikan pengumuman padanya .......Di sisi lain.Kini anggota Keluarga Yanuar sudah mengetahui identitas asli Pamela. Mereka sudah mengetahui bahwa Pamela adalah cucu mereka Rembulan yang telah menghilang selama bertahun-tahun ini. Namun, karena kasus fitnah tidak benar kala itu yang menyebabkan Quenne, menantu mereka dan Rembulan, cucu mereka mengalami banyak penderitaan di luar sana, sekarang Keluarga Yanuar juga tidak berani meminta Pamela untuk kembali ke Keluarga Yanuar. Mereka juga tidak berani mengharapkan Pamela bisa menikah dengan keluar dari kediaman Keluarga Yanuar. Hari ini mereka diizinkan untuk menghadiri acara pernikahan cucu mereka saja, mereka sudah cukup puas!Adapun mengenai konflik antara Keluarga Yanuar dan Keluarga Dirgantara, mereka sudah tidak bisa mempermasalahkannya lagi. Bagaimana mungkin sekarang mereka berani merusak kebahagiaan yang cucu mereka peroleh dengan tidak mudah itu?Selama
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen