Mendengar pertanyaan ini, Revan awalnya terkejut, lalu dia memandang ke arah datangnya suara ....Seorang pria yang duduk di samping api unggun sedang tersenyum sambil menatapnya. Hanya saja, senyuman ini sama sekali tidak terlihat ramah, melainkan sangat menakutkan!Setelah sekitar belasan detik, Revan baru teringat akan sesuatu. "Kamu ... kamu paman penjual balon!" seru Revan.Pria ini berusia sekitar 40-an tahun, dia berjanggut dan berpakaian kotor. Penampilannya agak berbeda, sehingga Revan bisa mengenalinya.Revan masih ingat, sebelumnya, pria ini pernah mengucapkan banyak hal padanya melalui pintu belakang di taman bunga rumah mereka ...."Oh! Kamu mengingatku, ya! Tapi, sayangnya, sekarang, Paman nggak punya balon yang bisa dijual padamu!" kata pria itu.Revan merasakan bahaya, jadi dia meringkuk di sudut kandang anjing ini dan bertanya, "Kenapa ... kenapa kamu mau membawaku ke sini? Apa yang mau kamu lakukan?"Melihat anak ini ketakutan, pria itu merasa makin lucu. "Jangan taku
Melihat anak di dalam kandang anjing ini tidak menghiraukan dirinya, Kalana berhenti tersenyum dan berkata dengan tidak sabar, "Kuhitung sampai tiga. Kalau kamu masih saja nggak mengangkat kepalamu, aku akan marah! Satu, dua ...."Sebelum dia bisa menyebut angka tiga, Revan memaksa dirinya untuk mengangkat kepalanya dan melihat Kalana.Wanita ini adalah mimpi buruknya. Dulu, begitu wanita ini merasa kesal, dia selalu melampiaskan amarahnya pada Revan. Pada saat itu, Revan memang masih sangat kecil dan ada banyak sekali hal yang tidak lagi dia ingat dengan jelas. Namun, tubuhnya langsung menunjukkan reaksi ketakutan.Dia sangat takut pada wanita ini ....Melihat anak ini mengangkat kepalanya dengan patuh, ekspresi Kalana yang gelap baru sedikit membaik. Dia tersenyum lagi dengan ramah dan mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Revan. "Benar! Begini dong baru patuh! Ini baru anak Ibu yang baik!" kata Kalana.Hanya dengan sentuhan fisik ini saja, Revan sudah langsung bergetar ketakut
Meskipun begitu, memanggil wanita ini dengan panggilan "Ibu" tetap saja membuat Revan merasa tidak nyaman.Karena Revan akhirnya menjadi penurut dan tidak begitu takut pada dirinya lagi, Kalana tersenyum dengan lebih tulus dan berseru, "Tentu saja boleh! Tapi, sebelum Ibu melepaskanmu, kamu harus menjawab beberapa pertanyaan Ibu! Kalau kamu menjawab dengan baik, Ibu akan melepaskanmu. Oke?"Revan menganggukkan kepalanya dengan patuh dan menjawab, "Oke!"Kalana pun tersenyum dan mulai bertanya, "Revan, coba Ibu tanya, bagaimana hidupmu selama ini di Kediaman Dirgantara?"Setelah berpikir sejenak, Revan menjawab, "Emm ... baik ...."Mendengar jawaban ini, tatapan Kalana seketika tampak kesal. "Apa maksudmu baik?! Jawab dengan lebih jelas!" seru Kalana.Dari reaksi Kalana, Revan menebak jawaban yang ingin Kalana dengar. Oleh karena itu, Revan menjawab, "Baik ... maksudku biasa-biasa saja .... Aku bisa makan dan minum di Kediaman Dirgantara, tapi nggak bisa dibandingkan dengan anak kandung
Revan berteriak kesakitan, "Ahhh!"Kalana menjambak rambutnya Revan dengan lebih kuat daripada sebelumnya. "Revan sudah besar, ya, sudah bisa berbohong pada Ibu! Anak nakal!"Revan merinding ketakutan, sekujur tubuhnya juga berkeringat dingin. "Nggak, nggak ...."Kalana menengadah sambil tertawa, lalu berkata, "Nggak? Kamu masih berani bilang nggak? Kamu kira aku nggak tahu apa yang terjadi selama ini di Kediaman Dirgantara? Agam sama sekali nggak berada di rumah, dia melarikan diri dengan wanita lain! Pamela si wanita jalang itu kira kalau dia merebut Agam dariku, dia bisa hidup bahagia dengan Agam? Apa hasilnya?! Dia tetap saja menjaga Kediaman Dirgantara sendirian selama bertahun-tahun! Hahahahaha .... Kualat dia!"Revan hanya merasa bahwa rambutnya seperti akan rontok dijambak wanita ini, bahkan kulit kepalanya sudah mati rasa. "Aku ... sakit sekali ...."Namun, Kalana sama sekali tidak mengasihani anak ini. Dia malah menjambak rambut Revan dengan makin kuat. "Biarkan saja! Ini huk
Lampu di ruang tamu masih menyala. Jason duduk sendirian di tempat ini dengan sebatang rokok yang sudah dinyalakan. Dia menyuruh para pembantu untuk beristirahat karena dia ingin duduk sendirian untuk sesaat ....Rokoknya terus terbakar, sehingga kepulan asap menyebar ke mana-mana, tetapi Jason tidak mengisapnya, entah apa yang sedang dia pikirkan.Melalui jendela di ruang tamu, dia kebetulan bisa melihat gerbang besi di rumah mereka. Pada saat ini, cahaya terang menyinari mata Jason!Cahaya itu berasal dari lampu mobil!'Siapa yang datang berkunjung malam-malam begini?' pikir Jason. Sambil mengernyit dengan kesal, dia menjentikkan abu rokoknya. Ponsel di atas meja juga tiba-tiba berdering ....Setelah Jason melihatnya sekilas dengan santai, matanya seketika berkilau. Dia langsung menerima panggilan ini!"Halo? Pamela, ada apa? Kenapa kamu mencari Kakak?" tanya Jason.Dari ujung telepon lainnya, Pamela berseru, "Buka pintu!"Dengan alis terangkat, Jason bertanya, "Itu kamu, ya? Sebenta
Agam merangkul dan menepuk-nepuk bahu Pamela untuk menenangkan istrinya ini, lalu membawanya ke dalam rumah dengan Jason.Setelah Jason membuat beberapa panggilan di satu sisi, dia kembali ke ruang tamu dan berkata pada kedua orang itu, "Dia memang sudah dibebaskan selama sebulan. Tapi, dia nggak pernah pulang. Akhir-akhir ini, dia melakukan beberapa pekerjaan di Kota Marila. Tapi, dua hari yang lalu, dia mengundurkan diri. Sekarang, nggak ada yang tahu dia di mana."Pamela tidak bisa duduk diam lagi, dia berdiri dan berkata, "Pasti itu dia! Dialah yang menculik Revan! Apa yang mau dia lakukan?!"Jason menatap adiknya dengan tatapan tidak berdaya. Meskipun dia memahami kekhawatiran adiknya terhadap anak itu, dia juga tidak mengetahui informasi apa pun yang bisa membantu adiknya. "Pamela, aku sudah mengirimkan orang untuk mencari keberadaannya! Jangan terlalu panik, ya. Kalau Kalana membawa Revan pergi, Revan masih bisa dibilang lumayan aman. Bagaimanapun, Revan dulu adalah anak yang pe
Mendengar pertanyaan kakaknya, Justin langsung tercengang. Tatapannya terus bergerak. "Eh? Kak, kenapa kamu tiba-tiba teringat akan Kak Kalana?"Jason sangat memahami adiknya ini. Begitu Justin berbohong, matanya terus bergerak. Melihat hal ini, Jason seketika mengernyit dan bertanya dengan serius, "Cepat katakan! Apakah kamu bertemu dengannya?""Nggak ..." jawab Justin sambil menghindari tatapan Jason.Jason meraih kerah baju adiknya sambil berkata, "Sekarang, Revan menghilang, dia mungkin diculik oleh Kalana. Kamu juga sudah lihat, Pamela sudah menjadi sepanik ini! Kalau kamu melihat Kalana, cepat beri tahu kami dia di mana!"Revan menghilang? Mata Justin seketika terbelalak. "Hah? Nggak mungkin, deh! Mana mungkin Kak Kalana ...."Jason mendekati adiknya dan berkata lagi, "Kamu ternyata sudah bertemu dengannya, ya?! Cepat katakan dia di mana!"Mendengar ucapan ini, Pamela juga melepaskan dirinya dari pelukan Agam dan berseru, "Kamu pernah bertemu dengan Kalana? Cepat beri tahu aku di
Saat mobil ini sedang melaju dengan cepat di jalanan, Justin dan Jason duduk di barisan belakang mobil ....Justin hanya mengenakan setelan piama. Pada saat ini, ponsel di kantongnya berdering. Dia bergegas menolak panggilan ini. Dengan situasi sekarang, dia tidak berani berbicara di dalam mobil.Ariel menghubunginya untuk menanyakan situasinya. Setelah menolak panggilan ini, Justin membuka perangkat lunak sosial di ponselnya untuk menjelaskan situasi sekarang pada Ariel.Namun, sebelum dia bisa selesai mengetik pesannya, Ariel sudah terlebih dahulu mengirimkan pesan padanya ...."Ada apa? Bos benar-benar pergi ke rumah kalian?"Justin menghapus ketikannya dan mengiakan pertanyaan Ariel terlebih dahulu, lalu menambahkan satu kalimat lagi. "Nggak apa-apa, tidur saja dulu!"Sudah semalam ini, dia tidak ingin membuat Ariel khawatir, dia berharap agar Ariel bisa tidur dengan nyenyak.Namun, tentu saja Ariel memahami sifatnya Justin. Jika benar-benar tidak ada apa-apa, bagaimana mungkin Jus
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen