Lampu di ruang tamu masih menyala. Jason duduk sendirian di tempat ini dengan sebatang rokok yang sudah dinyalakan. Dia menyuruh para pembantu untuk beristirahat karena dia ingin duduk sendirian untuk sesaat ....Rokoknya terus terbakar, sehingga kepulan asap menyebar ke mana-mana, tetapi Jason tidak mengisapnya, entah apa yang sedang dia pikirkan.Melalui jendela di ruang tamu, dia kebetulan bisa melihat gerbang besi di rumah mereka. Pada saat ini, cahaya terang menyinari mata Jason!Cahaya itu berasal dari lampu mobil!'Siapa yang datang berkunjung malam-malam begini?' pikir Jason. Sambil mengernyit dengan kesal, dia menjentikkan abu rokoknya. Ponsel di atas meja juga tiba-tiba berdering ....Setelah Jason melihatnya sekilas dengan santai, matanya seketika berkilau. Dia langsung menerima panggilan ini!"Halo? Pamela, ada apa? Kenapa kamu mencari Kakak?" tanya Jason.Dari ujung telepon lainnya, Pamela berseru, "Buka pintu!"Dengan alis terangkat, Jason bertanya, "Itu kamu, ya? Sebenta
Agam merangkul dan menepuk-nepuk bahu Pamela untuk menenangkan istrinya ini, lalu membawanya ke dalam rumah dengan Jason.Setelah Jason membuat beberapa panggilan di satu sisi, dia kembali ke ruang tamu dan berkata pada kedua orang itu, "Dia memang sudah dibebaskan selama sebulan. Tapi, dia nggak pernah pulang. Akhir-akhir ini, dia melakukan beberapa pekerjaan di Kota Marila. Tapi, dua hari yang lalu, dia mengundurkan diri. Sekarang, nggak ada yang tahu dia di mana."Pamela tidak bisa duduk diam lagi, dia berdiri dan berkata, "Pasti itu dia! Dialah yang menculik Revan! Apa yang mau dia lakukan?!"Jason menatap adiknya dengan tatapan tidak berdaya. Meskipun dia memahami kekhawatiran adiknya terhadap anak itu, dia juga tidak mengetahui informasi apa pun yang bisa membantu adiknya. "Pamela, aku sudah mengirimkan orang untuk mencari keberadaannya! Jangan terlalu panik, ya. Kalau Kalana membawa Revan pergi, Revan masih bisa dibilang lumayan aman. Bagaimanapun, Revan dulu adalah anak yang pe
Mendengar pertanyaan kakaknya, Justin langsung tercengang. Tatapannya terus bergerak. "Eh? Kak, kenapa kamu tiba-tiba teringat akan Kak Kalana?"Jason sangat memahami adiknya ini. Begitu Justin berbohong, matanya terus bergerak. Melihat hal ini, Jason seketika mengernyit dan bertanya dengan serius, "Cepat katakan! Apakah kamu bertemu dengannya?""Nggak ..." jawab Justin sambil menghindari tatapan Jason.Jason meraih kerah baju adiknya sambil berkata, "Sekarang, Revan menghilang, dia mungkin diculik oleh Kalana. Kamu juga sudah lihat, Pamela sudah menjadi sepanik ini! Kalau kamu melihat Kalana, cepat beri tahu kami dia di mana!"Revan menghilang? Mata Justin seketika terbelalak. "Hah? Nggak mungkin, deh! Mana mungkin Kak Kalana ...."Jason mendekati adiknya dan berkata lagi, "Kamu ternyata sudah bertemu dengannya, ya?! Cepat katakan dia di mana!"Mendengar ucapan ini, Pamela juga melepaskan dirinya dari pelukan Agam dan berseru, "Kamu pernah bertemu dengan Kalana? Cepat beri tahu aku di
Saat mobil ini sedang melaju dengan cepat di jalanan, Justin dan Jason duduk di barisan belakang mobil ....Justin hanya mengenakan setelan piama. Pada saat ini, ponsel di kantongnya berdering. Dia bergegas menolak panggilan ini. Dengan situasi sekarang, dia tidak berani berbicara di dalam mobil.Ariel menghubunginya untuk menanyakan situasinya. Setelah menolak panggilan ini, Justin membuka perangkat lunak sosial di ponselnya untuk menjelaskan situasi sekarang pada Ariel.Namun, sebelum dia bisa selesai mengetik pesannya, Ariel sudah terlebih dahulu mengirimkan pesan padanya ...."Ada apa? Bos benar-benar pergi ke rumah kalian?"Justin menghapus ketikannya dan mengiakan pertanyaan Ariel terlebih dahulu, lalu menambahkan satu kalimat lagi. "Nggak apa-apa, tidur saja dulu!"Sudah semalam ini, dia tidak ingin membuat Ariel khawatir, dia berharap agar Ariel bisa tidur dengan nyenyak.Namun, tentu saja Ariel memahami sifatnya Justin. Jika benar-benar tidak ada apa-apa, bagaimana mungkin Jus
Kemudian, tiga pria itu juga mengikutinya turun dari mobil. Mereka tidak mengetahui apa yang akan Pamela lakukan, jadi mereka hanya bisa terus mengikuti di dekatnya.Biasanya, toko seperti ini memasang sistem alarm.Pamela berjalan ke depan restoran cepat saji ini dan menendang pintunya dengan sangat kuat, sehingga pintu ini langsung hancur!Alarmnya seketika berbunyi, suaranya sangat memekakkan telinga, sehingga menarik perhatian banyak pejalan kaki di sekitar.Semua orang merasa sangat aneh. Tiga pria dan satu wanita di depan pintu restoran itu datang dengan mobil mewah, mengapa mereka malah merusak pintu restoran itu?Apa yang terjadi?Aura tiga pria di samping Pamela terlalu kuat, sehingga banyak orang yang ingin menonton keramaian ini tidak berani mendekat ....Alarm ini segera menarik perhatian pemilik toko ini!Pemilik toko ini adalah seorang pria paruh baya, dia datang dengan istrinya!"Siapa kalian? Kenapa kalian menghancurkan pintu restoranku?! Apa yang mau kalian lakukan?!"
Mendengar istri pria tersebut tiba-tiba berseru seakan-akan dia teringat akan sesuatu, tatapan Pamela seketika menjadi fokus. "Ada apa? Apakah kamu mengingat sesuatu?" tanya Pamela."Aku ingat, saat gadis itu kerja di sini, nggak tahu sengaja atau nggak, dia selalu menempel dengan suamiku. Suamiku nggak menghiraukannya, jadi dia sering mendekati seorang pekerja di dapur supaya pria ini membantunya melakukan ini dan itu. Setelah aku memecat gadis itu, pekerja di dapur itu juga tiba-tiba mengundurkan diri! Mungkin kedua hal ini ada hubungannya!" jawab wanita itu.Pamela kembali melihat secercah harapan. Dia menggenggam tangan wanita itu erat-erat dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai foto pria itu?"Setelah berpikir sejenak, wanita itu menjawab, "Ada! Ada fotonya! Bulan lalu, saat toko kami mengadakan perayaan ulang tahun yang ketiga, dia masih bekerja di sini dan kami ada foto bersama! Sayang, seharusnya kamu masih ada foto itu, 'kan?! Cepat tunjukkan pada gadis ini!"Mendengar perintah
Agam tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya langsung menginjak gas untuk meningkatkan kecepatannya!Jason dan Justin yang duduk di barisan belakang juga tidak bersuara. Namun, mereka terkejut melihat kemampuan Pamela yang bahkan bisa menemukan lokasi sebuah nomor telepon dalam waktu sesingkat itu!Terutama Justin, dia sangat tertarik dengan teknologi komputer seperti ini. Dia menjulurkan kepalanya dari belakang dan melihat layar komputer Pamela, lalu dia seketika tercengang!"Kak! Ternyata kamu ... kamu Mooney, ya!" seru Justin.Pamela tidak punya waktu untuk meladeni Justin. Dia hanya menoleh dan memelototi adiknya ini sambil berseru, "Duduk dengan baik! Jangan berisik!"Justin memonyongkan bibirnya dengan tidak berdaya sambil duduk kembali di tempatnya. Namun, kekaguman dalam hatinya meningkat!Idola yang paling dia kagumi ternyata adalah kakaknya sendiri!Hal ini benar-benar sulit dipercaya!...Pada saat ini, di sisi lain.Di daerah telantar di pinggiran Kota Marila, setelah
Pria paruh baya ini baru mulai menyadari situasi ini. "Hah? Secepat ini?"Kalana sudah tidak sempat menjelaskan apa pun pada si bodoh ini. Dia memasuki gua tersebut dengan terburu-buru dan membawa Revan keluar dari kandang anjing ....Orang lain mungkin tidak bisa menemukannya secepat ini, tetapi kalau itu Pamela dan Agam, mereka mungkin bisa melakukannya. Oleh karena itu, dia harus mencari tempat persembunyian lainnya secepat mungkin.Revan yang berada di dalam kandang anjing masih menangis. Dia terus menangis tersedu-sedu sambil bergetar ketakutan.Kalana tidak memedulikan perasaan Revan. Dia langsung menarik Revan ke luar dan mengikat Revan dengan tali rami, lalu menyuruh pria di mulut gua ini untuk menggendong anak ini!Pria itu sangat tidak senang. Namun, dia belum menerima uang 200 juta yang Kalana janjikan untuknya, jadi dia hanya bisa menuruti kemauan wanita ini ....Dia pun menggendong Revan dan keluar dari gua ini dengan Kalana. Kalana juga sengaja membuang ponsel pria ini di
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen