Pada saat ini.Pamela duduk di dalam mobil Jason yang sedang mengantarnya kembali ke Kediaman Dirgantara, kepalanya bersandar di jendela dan entah apa yang sedang dipikirkan ....Jason menoleh untuk menatap Pamela, "Bagaimana kondisi Agam?"Pamela berkata dengan sedikit lelah, "Dia sudah baik-baik saja."Jason bergumam rendah, "Rencana kapan mau bertindak?"Pamela menyipitkan matanya, "Sebentar lagi!"...Justin kembali menarik Ariel kembali ke kamar pasien Marko, awalnya Ariel ingin pergi dari rumah sakit bersama dengan Pamela, tapi Justin menahannya dengan tidak tahu malu di lobi rumah sakit.Ariel merasa sangat malu dan hanya bisa mengikutinya kembali.Sangat canggung.Marko sudah kembali berbaring di atas tempat tidur, dia segera duduk saat melihat mereka berdua kembali bersama dan tersenyum pada calon menantunya.Ariel tidak pernah bertindak sekacau ini, tapi dia hanya bisa mencari alasan yang masuk akal karena sudah kembali ke sini dan menjelaskan pada Marko, "Tuan Marko, kudenga
Pamela terus bersin beberapa kali di perjalanan dan merasa ada orang yang sedang membicarakannya.Tentu saja Pamela mengira ketiga anaknya di dalam rumah atau Olivia yang sedang mengeluh kenapa dia masih belum kembali dan tidak berpikir terlalu banyak.Pamela berbalik dan dengan cepat memasuki halaman setelah melambaikan tangan dan berpamitan dengan Jason di pintu masuk Kediaman Dirgantara.Di dalam halaman Kediaman Dirgantara, Olivia sedang membujuk ketiga anak kecil untuk menerbangkan layang-layang Manusia Robot yang dia beli terakhir kali, tapi dia langsung berteriak pada mereka saat melihat Pamela kembali."Anak-anak, ibu kalian sudah kembali, cepat suruh ibu kalian ajak kalian bermain! Aku benar-benar sangat kepanasan!"Ketiga anak kecil segera menoleh dan melihat Pamela sedang berjalan mendekat dari pintu setelah mendengar keluhan bibi mereka ....Mereka lebih suka bersama Ibu meskipun bermain layang-layang sangat menyenangkan!Ketiga anak kecil melempar layang-layang dan berlari
Setelah gadis kecil itu selesai berbicara dengan marah, dia melemparkan dirinya ke pelukan ibunya dengan sedih ....Pamela memeluk putrinya, lalu mengangkat kepalanya untuk menatap putranya dengan tegas. "Kenapa kamu berbicara dengan adikmu seperti ini?"Heri mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ibu selalu pilih kasih pada adikku ...."Revan yang lebih tua menepuk bahu adik laki-lakinya dan berkata, "Heri, kita adalah kakak. Kita harus mengalah pada adik."Heri merasa sangat tidak senang. "Kamu adalah kakak! Dia dan aku lahir di hari yang sama, Kami jelas-jelas seumuran, kenapa aku harus mengalah padanya?"Vani memalingkan kepalanya dari pelukan ibunya dan menunjuk ke arah Heri dengan marah. "Heri, aku ingin memutuskan hubungan saudara denganmu!"Heri juga menjadi keras kepala dan berkata, "Putuskan saja! Aku nggak suka memiliki adik yang keras kepala sepertimu!""Ibu, bantu kami jadi saksi untuk membuktikan kami bukan lagi kakak dan adik!""Bu, bantu aku jadi saksi bahwa aku nggak akan
Saat mendengarnya, Pamela berkata dengan bingung, "Hal aneh?"Olivia menyilangkan lengannya sambil mengerutkan keningnya. Kemudian, dia mendekat sambil berbisik, "Kak Pamela, apa menurutmu aku buta? Apa aku nggak tahu bekas apa yang ada di lehermu?"Bekas yang ada di lehernya? Pamela masih bingung sampai Olivia mengeluarkan ponselnya untuk memotret, lalu membiarkan Pamela melihat beberapa bekas di lehernya dari foto ....Wajah Pamela memerah dalam sekejap. "Uh ... ini ...."Olivia berkata sambil berkacak pinggang, "Jangan berbohong padaku! Aku tahu apa ini! Kak Pamela, bagaimana mungkin kamu dan Justin ...."Begitu melihat Pamela mengangkat tangannya, Olivia langsung bergidik. "Omong kosong! Apa kamu nggak tahu hubunganku dengannya?"Olivia memegangi kepalanya yang sakit karena dipukul oleh kakak iparnya sambil mengerang. Kemudian, dia baru menyadari bahwa orang yang ditemui Pamela bukan Justin!Justin adalah adik dari kakak iparnya. Lalu, siapakah lelaki itu?"Kak Pamela, kakakku suda
Vani berkata, "Oh ...."Saat dia berjalan, Pamela tiba-tiba berhenti lagi dan berbalik untuk melihat. "Revan, kenapa kamu masih melamun? Ayo ikut. Ini tengah hari, matahari sangat panas!"Revan mengedipkan matanya. Dia mengira ibunya telah melupakannya. Revan masih merasa sedikit kecewa, tapi ketika dia mendengar ibunya berbalik dan memanggilnya, perasaan sedih di hatinya tiba-tiba menghilang!Setelah menjawabnya, Revan berlari mencari ibunya ....Saat ini, Heri berkata, "Kak, bisakah kamu membantuku mengambil layang-layang Manusia Robot? Aku khawatir layang-layang itu akan rusak kalau hujan!"Revan mendengarkan permintaan adiknya, lalu mengangguk gembira. "Oke! Ibu, di luar sangat panas. Kamu ajak adik masuk dulu! Aku akan mengambil layang-layangnya. Aku akan masuk untuk mencarimu setelah aku mengambilnya!"Layang-layang itu dibeli oleh Olivia, Revan juga sangat menyukainya!Melihat ibunya kembali, Revan dan adiknya sangat senang sehingga mereka membuang remote layang-layang untuk per
Mendengar orang asing tiba-tiba menyebutkan identitasnya yang sebagai anak angkat, Revan merasa sedikit tidak nyaman. Dia berkedip dan bertanya, "Bagaimana kamu tahu aku ... aku adalah anak angkat?"Paman penjual balon itu terlihat jujur dan berkata, "Aku menjual balon di dekat sini baru-baru ini. Aku mendengar para tetangga membicarakannya! Anak angkat yang mereka bicarakan pasti kamu, bukan? Terakhir kali kamu membeli balon, aku melihat sepertinya kamu nggak terlalu disayang di keluarga ini!"Revan tidak terlalu senang, jadi dia menekankan, "Aku sangat baik di sini! Ibu dan yang lainnya sangat baik padaku. Paman, tolong jangan bicara omong kosong!"Paman penjual balon itu melihat Revan sedikit cemas, dia membujuknya dengan sabar, "Nak, jangan marah. Paman juga sedikit mengkhawatirkanmu, jadi aku datang untuk menanyakan situasinya! Kalau kamu pikir keluarga ini sangat baik padamu, anggap saja aku nggak mengatakan apa-apa tadi!"Revan tidak mengerti. "Khawatir .... Kenapa kamu mengkhaw
Revan membawa layang-layang itu ke kamar Pamela dan mengetuk pintu.Setelah menunggu di depan pintu beberapa saat, orang yang datang untuk membukakan pintu adalah Heri.Saat Heri melihat layang-layang itu, dia mengambilnya dan berkata, "Akhirnya kamu mengambilnya! Kita harus menyimpannya. Lain kali, kita akan pergi ke taman untuk menerbangkannya. Aku pasti akan menjadi anak paling tampan di taman!"Vani mengeluarkan suara muntah di dalam kamar, mengungkapkan ketidaksukaannya pada kakak keduanya itu.Revan masuk, lalu melirik ke kiri dan ke kanan. Dia tidak melihat Pamela, jadi dia bertanya, "Di mana Ibu?"Heri sudah mengambil layang-layang itu dan berlari. Dia mencari tempat untuk menaruhnya sendiri.Vani duduk di sofa sambil makan camilan dan menjawabnya, "Ibu sedang mandi. Dia bilang cuaca agak panas. Mandi akan membantunya menenangkan diri!""Oh." Setelah Revan menjawab, dia berjalan untuk duduk di samping adiknya. Dia menunggu ibunya keluar dari kamar mandi dalam diam.Melihat adik
Pamela berjalan mendekat dan melihatnya. Memang hanya tersisa serpihan di kantong camilan Vani ....Adapun Heri, anak itu berguling-guling di tanah sambil bermain seperti orang gila. Tangannya yang kotor merogoh kantong camilan. Dia mengambil segenggam camilan dan memasukkannya ke dalam mulutnya, lalu lanjut bermain!Kebiasaan makan anak bungsunya benar-benar tidak baik. Pamela tidak mau meminta Revan memakan sisa makanan anak itu.Jadi, Pamela tidak mencari Heri untuk meminta camilannya, dia mengulurkan tangan dan membelai kepala Revan dengan lembut. Kemudian, Pamela berkata, "Revan, Ibu akan membelikannya untukmu nanti!"Revan mengangguk dengan patuh. Dia juga tidak mengeluarkan suara apa pun.Saat Pamela mendengar telepon berdering, dia berhenti memperhatikan anak-anak. Kemudian, dia berjalan mendekat untuk melihat ponselnya ....Pamela melihat pesan terenkripsi yang memerlukan dekripsi teknis agar dapat dilihat.Pamela sangat andal dalam mendekripsi. Dia duduk di samping tempat tid
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen