Ariel bisa melihat penghinaan di ekspresi pria tersebut, sehingga tentu saja dia merasa tidak senang.Pada saat ini, sekretaris itu masih berdiri di depan pintu dengan gelisah sambil menyalahkan dirinya sendiri karena dia tidak menahan pria tersebut dari memasuki ruangan ini ....Ariel menatap Justin untuk sesaat, lalu menatap sekretarisnya sambil melambaikan tangannya, sebagai isyarat agar sekretarisnya meninggalkan ruangan ini.Sekretarisnya bergegas menutup pintu dan melarikan diri.Tidak ada orang lain di dalam ruang kantor ini, sehingga Ariel pun tidak menjaga sikapnya lagi terhadap Justin. Dia tertawa dengan sinis dan bertanya, "Kalau aku nggak layak menerima kesopanan Tuan Justin, untuk apa kamu datang mencariku hari ini?"Justin tersenyum sambil berkata, "Bu Ariel salah paham. Mana mungkin kamu nggak layak? Tadi, aku hanya bercanda! Dulu, bukankah kamu juga sering bercanda denganku? Sekarang, kenapa kamu malah menjadi begitu serius? Kenapa? Kamu benar-benar marah, ya?"Ariel me
Tatapan Ariel menjadi dingin. Dia berkata, "Sudahlah, Tuan Justin bukan orang yang nggak tahu diri, 'kan? Karena kamu sudah tahu aku sudah punya janji dengan orang lain, kamu sudah boleh pergi!"Dengan ekspresi menantang, Justin langsung menaikkan kedua kakinya yang panjang di atas meja kerja Ariel sambil berkata, "Kalau aku nggak mau pergi?"Ariel mengernyit. Tadi, dia baru saja memuji pria ini sudah dewasa. Belum dua menit berlalu, pria ini sudah menunjukkan sifatnya yang kekanak-kanakan lagi!"Kalau kamu nggak mau pergi, kamu bisa main sendiri di kantorku! Aku pergi dulu, ya!" kata Ariel.Kemudian, Ariel berdiri, mengambil jas luarnya dan berjalan cepat ke luar ....Dia merasa sangat lapar, jadi dia sudah malas berdebat dengan pria ini. Setelah dia pergi makan siang dan kembali lagi, pria ini pasti sudah pergi!Namun, Justin malah ikut berdiri dan bergerak dengan cepat, menghalangi jalannya Ariel ....Dengan ekspresi kesal, Ariel berkata, "Apa lagi yang mau kamu lakukan? Aku sudah a
Ariel tertawa dengan sinis dan berkata, "Kamu sudah nggak sanggup pura-pura dewasa lagi, jadi sifat aslimu muncul, ya?"Justin tidak lagi merasa malu hingga murka seperti dulu. Dia hanya mendekat dengan agresif. Saat dia berbicara, bibirnya bahkan hampir menyentuh bibirnya Ariel. "Untuk apa aku berpura-pura di hadapanmu?"Ariel langsung mendorong wajah pria ini sambil berseru, "Sudahlah! Ayo jalan, makan dulu!"Justin sedikit memicingkan matanya sambil bertanya, "Kamu mau pergi makan denganku?"Dengan alis terangkat, Ariel berkata, "Kalau nggak? Memangnya kamu akan membiarkanku pergi mencari orang lain?"Justin tersenyum dengan licik dan berkata, "Baguslah! Karena kamu bijaksana, hari ini, aku akan traktir makan!"Ariel mendorong bahu pria ini dengan satu jarinya sambil berkata, "Kalau begitu, cepat minggir!"Justin baru menarik kembali tangannya, membebaskan Ariel ....Ariel merapikan bajunya, lalu berjalan ke luar. Sedangkan Justin mengikuti di belakang Ariel dengan kedua tangannya d
Kemudian, Justin sengaja membocorkan sedikit informasi untuk Marlon. "Aku mendengar dari salah seorang temanku bahwa akhir-akhir ini, keluarganya Adsila mengaturkan kencan buta untuknya dan mendesaknya untuk menikah! Sekarang, dia juga sudah lumayan pasrah dengan pernikahan. Katanya, kalau ada orang yang lumayan baik, dia akan menikah! Marlon, kalau kamu nggak berusaha, dia akan direbut pria lain!"Marlon tersenyum dengan penuh arti dan berkata, "Oh ya?"Justin berkata lagi, "Dengar-dengar, akhir pekan ini, keluarganya mengaturkan agar dia pergi ke Restoran Srikandi untuk kencan buta dengan putra dari teman ayahnya. Maukah kamu pergi melihat-lihat ke sana?"Seusai berbicara, Justin berbalik dengan cepat dan berlari ke mobilnya Ariel.Ariel ingin menunggu Marlon, tetapi Marlon tidak berjalan ke mobilnya, melainkan berjalan ke arah berlawanan dan mengemudi mobilnya sendiri ....Melihat Marlon pergi begitu saja, Ariel mengernyit. Dia menoleh dan menatap Justin sambil bertanya, "Apa yang k
Sophia sengaja mengucapkan kata-kata ini untuk menguji Pamela.Pamela pura-pura terkejut dan berkata, "Melahirkan tiga anak sekaligus? Nona Sophia ternyata pelupa, ya. Aku memang punya tiga anak, tapi dulu aku hanya melahirkan sepasang anak kembar. Anak sulungku itu diadopsi oleh Agam. Kamu sudah lupa, ya?"Sophia menatap mata Pamela lekat-lekat dan berkata, "Oh ya? Kenapa aku mendengar bahwa dulu kamu melahirkan anak kembar tiga?"Dia ingin memastikan apakah Pamela mengetahui bahwa kedua putranya tertukar atau tidak ....Tadi, dia hanya melihat Pamela berbicara dengan Kevin dengan suara lembut, tetapi dia tidak mendengar isi percakapan mereka dengan jelas.Pamela mengetahui niat Sophia. Dia pun menatap Sophia dengan tatapan pura-pura terkejut dan bertanya, "Apa? Kamu juga pernah dengar rumor ini, ya?""Dulu, saat aku melakukan pemeriksaan kehamilan, seorang dokter memberitahuku bahwa aku mengandung anak kembar tiga. Aku masih ingat dengan jelas, tapi ternyata yang lahir hanya sepasang
Setelah Pamela membaca pesan ini, dia langsung menghapus pesan tersebut.Berkat peringatan ini, tadi, Pamela baru bisa bersikap setenang itu di hadapan Sophia dan kemungkinan besar bisa membodohi Sophia untuk sementara.Sophia tidak boleh tahu bahwa mereka sudah menyadari segalanya. Mereka harus membuat Sophia menganggap bahwa dia masih mengendalikan situasi ini, supaya Sophia tidak terlalu waspada.Kalau tidak, wanita itu bisa bertindak ekstrem dan mengancam mereka dengan keselamatan anak itu ...."Ibu, tadi, apakah Sophia datang untuk menjemputku pulang?" tanya Kevin dengan agak gelisah. Meskipun dia tidak melihat Sophia, dia yakin dia mendengar suara Sophia.Pamela memeluk putranya sambil menjawab, "Nggak, Ibu nggak akan membiarkannya membawamu pergi. Tenang saja ...."Melihat Kevin begitu menolak Sophia, Pamela tidak bisa menahan diri dari mengkhawatirkan Heri. 'Apakah Heri baik-baik saja di sana? Apakah dia disakiti oleh Sophia ....'Untuk sementara, Pamela juga tidak bisa menjemp
Adsila mengerutkan bibirnya dan tersenyum secara paksa sambil berkata, "Masalahnya, Anda bukan hanya terlambat sebentar, 'kan?"Pria itu mengangkat lengannya dan menyingsingkan lengan bajunya untuk menunjukkan jam tangannya yang mahal, lalu berkata, "Astaga! Ternyata aku sudah terlambat 40-an menit, ya! Maaf, Nona Adsila. Aku nggak menyangka waktu berjalan secepat ini!"Huh!Awalnya, Adsila masih memiliki sedikit harapan untuk bertemu dengan lawan kencan butanya. Namun, sekarang, harapan itu sudah sirna sepenuhnya dan dia sedang memikirkan alasan untuk meninggalkan tempat ini secepat mungkin ....Sebelum Adsila bisa berbicara, pria itu membenarkan kacamatanya yang tebal dan berat dan tersenyum lebar sambil berkata, "Apa pun yang terjadi, kita sudah bertemu, jangan pedulikan hal-hal yang nggak penting lagi! Nona Adsila, senang bertemu denganmu, aku akan memperkenalkan diriku padamu terlebih dahulu!"Jangan pedulikan hal-hal yang tidak penting lagi?'Pria tua ini sudah terlambat 40-an me
Untuk sesaat, Adsila tidak tahu apa yang harus dia katakan ....Dia hanya pernah bertemu dengan orang yang percaya diri dengan dirinya sendiri, tetapi dia tidak pernah menghadapi orang yang begitu tidak masuk akal!'Menurutnya, syaratnya bagus? Dia terlalu percaya diri, deh?'Kekesalan meluap dalam hati Adsila, tetapi karena pria ini adalah putra dari teman orang tuanya, dia tidak bisa mengucapkan kata-kata yang terlalu kasar ....Melihat Adsila tidak berbicara, Steven mengira bahwa ucapannya yang bijak sudah meyakinkan gadis yang bebal ini. Seulas senyuman yang dia kira dewasa dan menarik tersungging di bibirnya."Nona Adsila, sebenarnya, kamu juga nggak perlu memperkenalkan dirimu lagi! Aku sudah mendengar tentangmu dari keluargaku. Aku nggak keberatan dengan kondisimu, jadi jangan rendah hati, kita bisa coba pacaran!" kata Steven.Adsila benar-benar kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka bahwa pria ini akan mengucapkan kata-kata seaneh ini. "Kamu nggak keberatan dengan kondisiku?
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen