Untuk sesaat, Adsila tidak tahu apa yang harus dia katakan ....Dia hanya pernah bertemu dengan orang yang percaya diri dengan dirinya sendiri, tetapi dia tidak pernah menghadapi orang yang begitu tidak masuk akal!'Menurutnya, syaratnya bagus? Dia terlalu percaya diri, deh?'Kekesalan meluap dalam hati Adsila, tetapi karena pria ini adalah putra dari teman orang tuanya, dia tidak bisa mengucapkan kata-kata yang terlalu kasar ....Melihat Adsila tidak berbicara, Steven mengira bahwa ucapannya yang bijak sudah meyakinkan gadis yang bebal ini. Seulas senyuman yang dia kira dewasa dan menarik tersungging di bibirnya."Nona Adsila, sebenarnya, kamu juga nggak perlu memperkenalkan dirimu lagi! Aku sudah mendengar tentangmu dari keluargaku. Aku nggak keberatan dengan kondisimu, jadi jangan rendah hati, kita bisa coba pacaran!" kata Steven.Adsila benar-benar kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka bahwa pria ini akan mengucapkan kata-kata seaneh ini. "Kamu nggak keberatan dengan kondisiku?
Adsila menyilangkan tangannya sambil berkata, "Aku kenapa? Memangnya ucapanku salah? Tuan Steven, kalau kamu benar-benar sehebat yang kamu katakan, kamu seharusnya nggak perlu kencan buta, 'kan?"Steven memukul meja dengan penuh amarah sambil berdiri dan berseru, "Kalau bukan karena orang tua kita saling kenal, aku juga nggak akan bertemu denganmu. Kalau nggak, kamu kira aku akan datang untuk bertemu dengan wanita bekas yang sudah tua sepertimu?!"Adsila memelototi pria ini sambil berseru, "Wanita bekas yang sudah tua?! Aku lebih muda daripada kamu! Berdasarkan logikamu, sepertinya kamulah yang sudah jadi pria bekas!"Steven tidak bisa melawan ucapan Adsila, jadi amarahnya seketika meluap. Dia mengambil gelas berisi air lemon di atas meja dan hendak menyiramkannya ke wajah Adsila. Pada saat ini, sebuah tangan tiba-tiba muncul dan menghentikan gerakan ini!Secara refleks, Adsila langsung menghindar. Namun, dia tidak merasakan siraman air itu. Begitu dia mengangkat kepalanya, dia langsun
Awalnya, Adsila masih ingin memarahi pria aneh ini lagi. Namun, dengan kehadiran Marlon, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam diam ....Dengan ekspresi gelap, Marlon bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu mau kencan buta dengan seorang gadis yang begitu nggak kamu sukai?"Steven duduk kembali dan menjawab dengan bangga, "Ibunya mencari-cari jodohnya ke mana-mana. Ibuku mendengarnya, jadi ibuku membiarkanku datang menemuinya. Kupikir, nggak ada ruginya aku bertemu sekali dengannya, jadi aku datang!""Oh ya? Ternyata begitu, ya! Jadi, kamu secara khusus datang untuk memanfaatkan dia?" kata Marlon sambil tersenyum.Steven melirik sekilas ke arah Adsila dan berkata, "Bukan begitu juga. Aku datang untuk menghargai dia! Kalau nggak, kalau tersebar rumor bahwa semua pria yang diperkenalkan padanya nggak sudi untuk kencan buta dengannya, kelak, dia nggak akan bisa menikah lagi!"Marlon tertawa dengan sinis dan berkata, "Kita sama-sama pria, nggak usah pura-pura lagi! Kamu hanya merasa bahw
Melihat Steven yang mulutnya masih ternganga karena terkejut, Marlon mengetuk meja sambil bertanya, "Ada apa? Kamu nggak percaya kartu namaku asli?"Steven mengambil kartu nama itu, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Marlon yang mengenakan setelan jas mahal, dengan aura yang berwibawa. Namun, dia masih saja merasa ragu ...."Kalau kamu nggak bisa mengaturkan sebuah pekerjaan di Perusahaan Vasant untukku, aku nggak akan percaya pada statusmu!" kata Steven.Mendengar permintaan Steven yang tidak tahu malu, Marlon tertawa dan berkata, "Kamu berani sekali, ya!"Steven menyilangkan tangannya dan berkata dengan agresif, "Kenapa? Nggak bisa, ya? Kalau nggak bisa, artinya identitas ini palsu!"Marlon tersenyum dan berkata, "Sebenarnya, aku sama sekali nggak perlu membuktikan statusku padamu. Tapi, karena kamu lulusan universitas ternama, aku nggak keberatan untuk membiarkan orang bertalenta sepertimu bekerja di perusahaan kami."Mendengar ucapan Marlon, Adsila menatap pria ini dengan tatapa
Marlon mendengus pelan, lalu menoleh dan menatap Adsila sambil berkata, "Adsila, di luar, seorang gadis nggak boleh terlalu mudah ditindas. Kalau ada yang berbuat jahat padamu, kamu juga harus membalasnya dengan perbuatan yang sama!"Sambil berbicara, dia menatap segelas jus jeruk yang terletak di samping tangan Adsila, arti tatapan ini sudah sangat jelas!Adsila memahami arti tatapan Marlon. Dari awal, Adsila sudah merasa muak dengan Steven. Dia juga tidak lagi memedulikan citranya sebagai seorang gadis. Dia mengeluarkan sedotan dari gelas itu, mengangkat gelas berisi jus jeruk itu dan langsung menyiramkan isinya ke wajah Steven ....Byur!Sebelum Steven sempat bereaksi, dia sudah disiram dengan jus yang lengket. Pakaian mahal yang dia pakai secara khusus untuk kencan buta ini pun langsung kotor!Dalam sekejap, api amarah berkobar dalam hatinya. Dia mengangkat tangannya sambil berseru, "Dasar bajing ...."Namun, Marlon berdeham dan berkata, "Hormati wanita!"Gerakan Steven seketika te
Marlon langsung menggeleng dengan patuh dan berkata, "Baiklah, aku nggak akan asal bicara lagi."Adsila mengernyit dan berkata, "Duduk di depan!""Baiklah," kata Marlon sambil menganggukkan kepalanya.Kemudian, dia berdiri dan duduk di depan Adsila dengan patuh.Sebenarnya, setelah dia duduk di hadapan Adsila, Adsila malah merasa makin canggung ....Dengan posisi saling bertatapan seperti ini, Adsila makin tidak bisa menghindari tatapan Marlon padanya, sehingga dia merasa sangat canggung."Ehem, kenapa kamu bisa datang ke sini?" tanya Adsila dengan pura-pura santai. Dia ingin mengalihkan topik pembicaraan mereka.Marlon menatapnya sambil tersenyum dan berkata, "Aku mendapat kabar bahwa kamu kencan buta di sini, jadi aku datang untuk memeriksa keadaanmu."Adsila mengernyit dan bertanya, "Kamu dengar dari siapa? Siapa yang menyebar rumor seperti itu?! Menyebalkan sekali!"Meskipun Marlon tampaknya kurang serius, setidaknya dia masih berpegang teguh pada beberapa prinsip. Dia tidak member
Adsila mengangguk dan berkata, "Benar! Sebenarnya dulu keluarga kami adalah pekerja biasa. Karena perlindungan Paman, kami baru berkembang dengan baik dan aku bisa dianggap sebagai wanita kaya. Sekarang Paman nggak ada, mereka yang dulunya sering mencari Paman saat menghadapi bisnis keluarga nggak memberi kami muka! Hidup ini begitu realistis! Sekarang lihatlah, pasangan kencan buta yang dikenalkan padaku sudah bisa melihat kondisi keluargaku, apa-apaan mereka!? Dulu saat pamanku ada, mereka nggak akan berani memperkenalkan orang seperti ini kepadaku!"Marlon hanya memperhatikan situasi pribadi Adsila sebelumnya dan tidak memperhatikan situasi keluarganya. Dia tidak tahu hilangnya Agam memberikan dampak buruk kepada mereka."Sekarang pamanmu sudah nggak ada, tanyakan orang tuamu apakah mereka ingin mencari menantu untuk membantu mereka? Meskipun nggak sekuat pamanmu, aku cukup tenar dalam segala aspek di Kota Marila."Adsila terkejut mendengar apa yang Marlon katakan, kemudian membuang
"Sebenarnya nggak perlu ...."Sebelum Adsila selesai berbicara, Marlon berdiri, kemudian berbalik dan meraih tangannya. "Ayo pergi.""Hah? Mau pergi ke mana?" Adsila ditarik dan meninggalkan tempat duduknya ....Marlon tersenyum dan berkata, "Pergi ke rumahmu!""Hah???" Adsila benar-benar tercengang, bukankah orang ini agak malu?...Kediaman Dirgantara.Pamela menghubungi nomor tersembunyi tersebut dan menanggapinya dengan sangat misterius."Dia nggak melihat apa yang sudah kuketahui. Aku bisa bekerja sama denganmu untuk sementara waktu, tapi kamu harus menjaga anakku dengan baik. Jangan membuatku sia-sia memercayaimu!"Beberapa menit kemudian, orang itu menjawab, "Dia juga anakku, jangan khawatir. Kuserahkan Kevin padamu untuk saat ini."Setelah membalas pesan ini, Alex menghapus semua riwayat di ponselnya sebelum menatap layar komputer ....Di kotak suratnya yang tersembunyi, Alex menerima email dari dokter rehabilitasi dengan instruksi rehabilitasi terperinci dan berbagai tindakan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen