Dia dan Sophia adalah kekasih masa kecil.Sebelum kecelakaan, dia dan Sophia sudah menikah satu tahun, mereka punya satu anak, bernama Kevin Ferdinan.Semua informasi ini dia dapatkan ketika siuman, juga merupakan semua kenangan di otaknya.Meskipun sudah banyak obat yang diminum selama tiga tahun ini, dia tetap tidak mengingat apapun. Dokter juga menyatakan bahwa kakinya mungkin tidak akan pernah pulih ....Air hangat yang membasahi tubuh pria tersebut tidak menghilangkan rasa lelahnya, bahkan memberikan perasaan yang sangat kacau.Saat ini, terdengar ketukan di pintu kamar mandi, suara Sophia kembali terdengar dari luar."Alex, kamu benar-benar nggak butuh bantuan? Aku khawatir kamu tergelincir dan nggak bisa bangkit ....""Aku nggak apa-apa, perhatikan saja Kevin," jawab Alex.Sophia mencoba memutar pegangan pintu kamar mandi, tapi tidak terbuka, alisnya berkerut erat.Tadi 'kan sudah dipesan jangan mengunci pintu, kenapa dikunci juga?"Oke, kalau sudah selesai panggil aku, aku bant
Dia mencintai pria ini, sejak pertama kali mereka bertemu, dia sudah sangat mencintainya.Jadi, sekalipun alat reproduksinya bermasalah, dia tidak peduli.Asalkan Agam bisa terus di sisinya, dia bisa dikatakan berhasil dan bahagia!Namun, memang seharusnya ada anak di antara mereka. Dengan begitu, ada dorongan untuk memupuk perasaan dan membentuk ikatan di antara keduanya.Jadi, sebelum Agam sembuh total, dia menyuruh orang mengambil kembali anak yang dia buang, lalu berbohong pada Agam bahwa itu adalah anak mereka.Saat melihat anak itu, Agam sama sekali tidak curiga, dia percaya anak itu adalah anaknya.Karena, mereka terlalu mirip!Hanya saja, sejak kecil anak itu tidak menyukai Sophia, tak peduli seberapa baik dan sayang Sophia padanya, anak itu tidak pernah mau memanggilnya ibu.Ada kalanya Sophia kehilangan kesabaran, dia sangat ingin memukul anak itu, tapi dia takut ketahuan Agam, sehingga terus menahan diri.Dia telah sampai di titik ini, jika tidak menahan diri, bukankah semua
Olivia mengerutkan alisnya, menatap Pamela dengan hati-hati, lalu berkata, "Kak Pamela, apa kamu curiga suaminya itu ...."Ada kecurigaan dalam hati Pamela, tetapi dia merasa kecurigaannya tidak masuk akal.Mana mungkin Agam?Sekalipun Sophia menahan Agam dan menghindari pemantauan mereka, mana mungkin Agam bersedia tinggal bersama wanita keji itu dan memiliki anak dengannya?"Sudahlah, aku juga nggak tahu apa yang kucurigai, katanya suaminya dari Keluarga Ferdinan, mungkin aku yang terlalu curigaan," kata Pamela.Hingga saat ini, Pamela tidak mengetahui bahwa sebenarnya dia melahirkan tiga anak kembar. Semua orang takut dia akan marah karena hal ini, sehingga mereka sepakat untuk tidak menceritakan hal tersebut kepadanya.Akan tetapi, Olivia mengetahuinya. Tanpa sadar dia mencurigai anak yang digendong Sophia adalah bayi pertama yang dilahirkan Pamela.Olivia menggertakkan giginya, lalu berkata, "Aku akan cari tahu siapa suaminya!"Pamela tidak terlalu memperhatikan reaksi Olivia, dia
Olivia menggembungkan pipinya, lalu berkata, "Lihat, 'kan! Aku tahu pasti kalian kurang cermat memantaunya! Utusan kami juga begitu, mereka nggak menemukan kejanggalan di Perusahaan Tessa, juga nggak mendengar kabar Sophia sudah menikah! Maka dari itu aku merasa aneh, Sophia sengaja menyembunyikan pernikahannya, juga soal dia punya anak! Normalnya kalau wanita menikah, pasti ingin seluruh dunia mengetahui dan menyaksikan kebahagiaannya! Sebaliknya Sophia malah menutupi kabar baik ini, pasti ada sesuatu!"Ariel berkata dengan ekspresi serius, "Kalau dia memang ingin menyembunyikannya, kenapa dia kembali dengan membawa anaknya? Apalagi semudah itu bertemu dengan Bos? Bukankah itu bertentangan?"Olivia menggerutu, "Mana kutahu! Aku datang untuk meminta kalian menyelidiki tujuan kepulangan Sophia, selidiki juga suami dan anaknya. Lebih bagus lagi kalau bisa dapat foto dan informasi penting lainnya! Untuk sementara aku nggak ingin keluarga kami dikagetkan dengan hal ini. Kakek dan Nenek sud
Ariel menaikkan kacamata berbingkai emasnya sambil menjawab dengan tenang, "Kata Olivia, tadi Bos berjumpa dengan Sophia ketika menjemput anak-anak."Ekspresi Marlon membeku, "Kapan wanita itu kembali? Orang-orang kita nggak ada yang menyadarinya."Ariel menyipitkan mata sambil berkata, "Jelas sekali selama ini dia tahu kita terus mengawasinya, anti deteksinya sangat kuat. Dengan kekuatan keluarganya di Negara Muriana, dia mampu kembali tanpa kita sadari. Olivia juga bilang, dia mengaku sudah menikah dan sedang menggendong seorang anak. Olivia datang untuk meminta kita memeriksa identitas suami Sophia."Marlon duduk di hadapan Ariel, lalu berkata, "Dia menikah diam-diam? Selama pengawasan, kita sama sekali nggak mendengar kemunculan pria di sisinya! Jangan-jangan ...."Tentu Ariel juga tahu kecurigaan Marlon, "Sekarang kita belum bisa menilai, kirim orang untuk menyelidiki di mana Sophia menginap, siapa suaminya, juga tujuan dia kembali."Marlon mengisyaratkan oke dengan tangannya samb
Sophia juga takut Kevin terbangun, karena dia menidurkannya dengan susah payah. Dia menghela napas dan berbisik, "Kevin sudah tidur, mari kita makan. Aku sudah meminta pihak hotel untuk mengantar steak dan anggur."Pria itu melambai sambil berkata, "Kamu makan saja dulu, aku nggak lapar."Sophia mengerutkan alis. "Kamu nggak makan siang, masa nggak lapar?"Pria itu berkata lagi, "Kamu makan saja duluan, aku akan makan sendiri kalau lapar nanti."Sophia tidak senang, sepertinya pria itu sengaja tidak ingin makan bersamanya.Namun, dia juga tak berdaya, jika dia bergumul dengan pria itu untuk makan bersamanya, bisa-bisa Kevin terbangun. Dia terpaksa berbalik dan pergi makan duluan."Sophia."Baru saja dia berbalik, terdengar suara berat pria itu memanggil namanya.Sophia tergerak, dia berbalik dengan agak tersanjung, "Alex, ada apa?"Alex memandangnya dengan tatapan suram sambil berkata, "Besok, aku ingin keluar mencari udara segar. Sepanjang hari di hotel terlalu membosankan."Sophia te
Olivia terdiam.Dia benar-benar melupakan makanan yang harus disiapkan sebelum berpiknik."Ada, ada! Sudah siap!"Frida perlahan keluar dari dapur, "Pamela, kebetulan Nenek minta orang dapur membuatkan banyak kue untuk anak-anak, ada biskuit, keik. Ada banyak nasi di rumah, aku akan minta mereka buatkan sushi untuk kalian bawa, cukup untuk kalian makan saat piknik."Olivia tersenyum ketika mendengarnya, dia menghampiri Frida sambil bersorak, "Nek, tepat waktu sekali, terima kasih!"Frida menatap jijik cucunya, mendorongnya menjauh, lalu menatap Pamela dengan penuh kasih ...."Pamela, akhir-akhir ini kamu sibuk di kantor, akhir pekan ini pergilah merilekskan diri."Pamela tersenyum, "Um, terima kasih, Nek."Tiga anak itu melompat girang dan berkata serentak, "Terima kasih, Nenek Buyut!"Frida merasa sangat bahagia ketika mendengar suara jelas para cicit memanggilnya Nenek Buyut."Kalian bertiga, tunggu sebentar, Nenek Buyut siapkan lebih banyak makanan lagi. Saat piknik nanti, kalian ha
Olivia tersipu, dia berkata dengan canggung, "Kak Pamela, apa yang kamu bicarakan! Kak Ricky sangat serius mengajariku waktu itu."Pamela tidak merasa demikian, dia tidak menjelaskan ataupun mengubah kata-katanya.Ricky tidak terlalu keberatan, dia hanya mengerutkan bibirnya dengan malu-malu, lalu melihat ke tiga anak yang duduk di antara kedua gadis itu, kemudian menghela napas dan berkata, "Anak-anak sudah besar, waktu berlalu begitu cepat."Pamela menoleh, melihat pemandangan di luar jendela mobil sambil menjawab, "Ya! Waktu berlalu begitu cepat ...."Dalam sekejap mata, tiga tahun sudah berlalu....Taman hijau di Kota Marila adalah pilihan pertama untuk tamasya dan piknik. Banyak keluarga akan mengajak anak-anak mereka bermain di sini pada akhir pekan saat cuaca bagus.Pamela dan Olivia menggandeng anak-anak berjalan di depan, Ricky membantu membawa barang-barang di belakang.Setelah menemukan halaman kosong yang cocok, Olivia menunjuk ke sana, berbalik dan berkata, "Kak Ricky, ki