Sophia juga takut Kevin terbangun, karena dia menidurkannya dengan susah payah. Dia menghela napas dan berbisik, "Kevin sudah tidur, mari kita makan. Aku sudah meminta pihak hotel untuk mengantar steak dan anggur."Pria itu melambai sambil berkata, "Kamu makan saja dulu, aku nggak lapar."Sophia mengerutkan alis. "Kamu nggak makan siang, masa nggak lapar?"Pria itu berkata lagi, "Kamu makan saja duluan, aku akan makan sendiri kalau lapar nanti."Sophia tidak senang, sepertinya pria itu sengaja tidak ingin makan bersamanya.Namun, dia juga tak berdaya, jika dia bergumul dengan pria itu untuk makan bersamanya, bisa-bisa Kevin terbangun. Dia terpaksa berbalik dan pergi makan duluan."Sophia."Baru saja dia berbalik, terdengar suara berat pria itu memanggil namanya.Sophia tergerak, dia berbalik dengan agak tersanjung, "Alex, ada apa?"Alex memandangnya dengan tatapan suram sambil berkata, "Besok, aku ingin keluar mencari udara segar. Sepanjang hari di hotel terlalu membosankan."Sophia te
Olivia terdiam.Dia benar-benar melupakan makanan yang harus disiapkan sebelum berpiknik."Ada, ada! Sudah siap!"Frida perlahan keluar dari dapur, "Pamela, kebetulan Nenek minta orang dapur membuatkan banyak kue untuk anak-anak, ada biskuit, keik. Ada banyak nasi di rumah, aku akan minta mereka buatkan sushi untuk kalian bawa, cukup untuk kalian makan saat piknik."Olivia tersenyum ketika mendengarnya, dia menghampiri Frida sambil bersorak, "Nek, tepat waktu sekali, terima kasih!"Frida menatap jijik cucunya, mendorongnya menjauh, lalu menatap Pamela dengan penuh kasih ...."Pamela, akhir-akhir ini kamu sibuk di kantor, akhir pekan ini pergilah merilekskan diri."Pamela tersenyum, "Um, terima kasih, Nek."Tiga anak itu melompat girang dan berkata serentak, "Terima kasih, Nenek Buyut!"Frida merasa sangat bahagia ketika mendengar suara jelas para cicit memanggilnya Nenek Buyut."Kalian bertiga, tunggu sebentar, Nenek Buyut siapkan lebih banyak makanan lagi. Saat piknik nanti, kalian ha
Olivia tersipu, dia berkata dengan canggung, "Kak Pamela, apa yang kamu bicarakan! Kak Ricky sangat serius mengajariku waktu itu."Pamela tidak merasa demikian, dia tidak menjelaskan ataupun mengubah kata-katanya.Ricky tidak terlalu keberatan, dia hanya mengerutkan bibirnya dengan malu-malu, lalu melihat ke tiga anak yang duduk di antara kedua gadis itu, kemudian menghela napas dan berkata, "Anak-anak sudah besar, waktu berlalu begitu cepat."Pamela menoleh, melihat pemandangan di luar jendela mobil sambil menjawab, "Ya! Waktu berlalu begitu cepat ...."Dalam sekejap mata, tiga tahun sudah berlalu....Taman hijau di Kota Marila adalah pilihan pertama untuk tamasya dan piknik. Banyak keluarga akan mengajak anak-anak mereka bermain di sini pada akhir pekan saat cuaca bagus.Pamela dan Olivia menggandeng anak-anak berjalan di depan, Ricky membantu membawa barang-barang di belakang.Setelah menemukan halaman kosong yang cocok, Olivia menunjuk ke sana, berbalik dan berkata, "Kak Ricky, ki
Permintaan kecil seperti itu biasanya akan Pamela penuhi.Dia mengusap kepala putranya dengan penuh kasih, sambil berkata, "Oke! Tunggu sebentar. Ibu akan minta Olivia dan Ricky untuk membantu melihat apakah ada yang menjualnya di sekitar sini, lalu membelikan masing-masing satu untuk kalian, oke?Heri mengangguk, "Oke."Kemudian Pamela menoleh dan berkata pada Olivia, "Olivia, kamu dan Ricky pergilah berkeliling dan lihat apakah ada kios yang menjual layang-layang."Ini bisa dianggap menciptakan peluang bagi Olivia dan Ricky untuk berduaan. Jika tidak, dengan adanya tiga anak, mereka berdua tidak akan punya kesempatan untuk mengobrol.Tentu saja Olivia senang, setelah mengangguk, dia memandang Ricky dengan malu-malu sambil berkata, "Kak, kalau begitu tolong temani aku berkeliling, ya."Ricky tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, "Nggak masalah. Ayo."Olivia tercengang selama tiga detik ketika melihat pria idamannya mengulurkan tangan.Dia tidak menyangka, Ricky mau menggandeng tangan
"Ibu punya orang yang disukai. Karena itu, Ibu nggak bisa menjalin cinta dengan orang lain."Vani yang penasaran bertanya, "Siapa orang yang Ibu sukai? Di mana dia? Kenapa dia nggak datang dan bersama dengan Ibu?"Pamela terdiam.Setiap anak punya seratus ribu pertanyaan, bukan?Jika pertanyaan ini diajukan orang lain, dia pasti tidak akan menjawabnya. Namun, dia tidak bisa mengabaikan putrinya.Pamela menjawab dengan tak berdaya, "Orang yang Ibu sukai sedang ada urusan dan nggak bisa kembali untuk sementara waktu, nanti setelah dia kembali, tentu ada yang pacaran dengan Ibu."Vani bertanya lagi, "Apa orang yang Ibu sukai itu Ayah?"Pamela tercengang, kemudian mengangguk dengan jujur, "Benar, orang yang Ibu sukai adalah ayah kalian."Vani tidak senang dan mencibir, "Vani nggak suka Ayah!"Pamela tidak mengerti, lalu bertanya, "Um? Kenapa nggak suka Ayah? Vani 'kan belum pernah berjumpa dengan Ayah?"Vani mendengus, "Justru karena nggak pernah bertemu, makanya Vani nggak suka! Dalam cer
Pamela menemani tiga anak duduk bersama, menikmati kue dan sushi yang disiapkan Frida.Ricky dan Olivia berdiri mengobrol di kejauhan, terobosan baru dalam hubungan mereka membuat keduanya malu-malu ....Mulut Revan belepotan saus salad karena makan sushi, Pamela mengeluarkan tisu dan menyeka mulutnya, "Makan pelan-pelan, awas tersedak."Revan mengangguk patuh.Heri yang duduk di sebelahnya terus menatap layang-layang di langit. Ketika melihat layang-layang itu terbang ke arah lain, dia buru-buru memasukkan sisa setengah potong sushi ke dalam mulutnya, lalu berdiri dan berkata, "Bu, aku sudah kenyang! Aku akan ke sana mencari Bibi!"Pamela menoleh melihat Heri, lalu berpesan, "Pelan-pelan, awas jatuh!"Heri mengiakan, lalu berlari ke arah Olivia untuk melihat layang-layang ....Setelah melihat Heri tiba di sisi Olivia, barulah Pamela lega dan menarik pandangannya, lalu mengambil ketel untuk memberi Vani air, takut dia akan tersedak.Revan dan Vani sangat penurut, mereka duduk diam dan
Begitu menyadari pertanyaannya, Heri mengerutkan kening dan berkata, "Oke! Kalau begitu, aku akan bertanya lagi! Kak, kamu beli layang-layang Manusia Robot di mana?"Mendengar sebutan 'kakak', Kevin merasa akrab dengannya dan hatinya pun luluh. Dia menjawab, "Toko mainan Manusia Robot di Negara Muriana."Heri mendengarkan dan diam-diam mengingatnya. Dia hendak pulang untuk memberi tahu ibunya sebelum bertanya. "Kalau begitu, kamu juga beli topeng Manusia Robot yang ada di kepalamu di sana?"Kevin mengangguk. "Ya, benar!"Heri berpikir sejenak dan merasa akan memakan waktu yang lama meskipun ibunya mengutus seseorang untuk membelinya di Negara Muriana, jadi dia punya ide cemerlang dan bertanya, "Bisakah kamu jual layang-layang dan topengnya padaku dulu, lalu kamu beli lagi saat pergi ke Negara Muriana?"Kevin mengerutkan kening di balik topengnya, merasa anak di depannya itu agak keterlaluan.Karena tidak ingin memedulikannya lagi, dia pun pergi.Heri meraih pakaiannya. "Kak ... nggak m
Heri langsung meronta, "Lepaskan aku, aku mau cari ibuku!"Sophia menggendong anak itu dan berkata, "Kalau Ibu nggak di sini, di mana lagi kamu akan cari Ibu? Patuh dan berhentilah membuat masalah! Kalau kamu membuat masalah lagi, Ibu nggak akan mengajakmu bermain lagi!"Heri menangis. "Kamu bukan ibuku! Ibu, jangan pergi, aku di sini! Tolong, ada orang jahat yang menangkapku ...."Sophia benar-benar kehilangan kesabaran.Biasanya Kevin sangat dingin padanya dan nakal, jadi lupakan saja.Hari ini beraninya dia langsung menyebut dirinya orang jahat?Ini sungguh keterlaluan!Sophia hendak memanfaatkan saat di mana pria itu tidak ada untuk menegur anak manja ini ...."Ada apa?"Suara dalam seorang pria tiba-tiba terdengar dari belakang.Sophia hanya bisa menelan tegurannya dan setelah kembali ke rumah, dia berkata tanpa daya kepada pria itu, "Alex, aku suruh Kevin pulang, tapi anak ini bersikeras untuk melarikan diri dan terpaksa menariknya pulang!"Heri yang digendong oleh Sophia masih m