Olivia tersipu, dia berkata dengan canggung, "Kak Pamela, apa yang kamu bicarakan! Kak Ricky sangat serius mengajariku waktu itu."Pamela tidak merasa demikian, dia tidak menjelaskan ataupun mengubah kata-katanya.Ricky tidak terlalu keberatan, dia hanya mengerutkan bibirnya dengan malu-malu, lalu melihat ke tiga anak yang duduk di antara kedua gadis itu, kemudian menghela napas dan berkata, "Anak-anak sudah besar, waktu berlalu begitu cepat."Pamela menoleh, melihat pemandangan di luar jendela mobil sambil menjawab, "Ya! Waktu berlalu begitu cepat ...."Dalam sekejap mata, tiga tahun sudah berlalu....Taman hijau di Kota Marila adalah pilihan pertama untuk tamasya dan piknik. Banyak keluarga akan mengajak anak-anak mereka bermain di sini pada akhir pekan saat cuaca bagus.Pamela dan Olivia menggandeng anak-anak berjalan di depan, Ricky membantu membawa barang-barang di belakang.Setelah menemukan halaman kosong yang cocok, Olivia menunjuk ke sana, berbalik dan berkata, "Kak Ricky, ki
Permintaan kecil seperti itu biasanya akan Pamela penuhi.Dia mengusap kepala putranya dengan penuh kasih, sambil berkata, "Oke! Tunggu sebentar. Ibu akan minta Olivia dan Ricky untuk membantu melihat apakah ada yang menjualnya di sekitar sini, lalu membelikan masing-masing satu untuk kalian, oke?Heri mengangguk, "Oke."Kemudian Pamela menoleh dan berkata pada Olivia, "Olivia, kamu dan Ricky pergilah berkeliling dan lihat apakah ada kios yang menjual layang-layang."Ini bisa dianggap menciptakan peluang bagi Olivia dan Ricky untuk berduaan. Jika tidak, dengan adanya tiga anak, mereka berdua tidak akan punya kesempatan untuk mengobrol.Tentu saja Olivia senang, setelah mengangguk, dia memandang Ricky dengan malu-malu sambil berkata, "Kak, kalau begitu tolong temani aku berkeliling, ya."Ricky tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, "Nggak masalah. Ayo."Olivia tercengang selama tiga detik ketika melihat pria idamannya mengulurkan tangan.Dia tidak menyangka, Ricky mau menggandeng tangan
"Ibu punya orang yang disukai. Karena itu, Ibu nggak bisa menjalin cinta dengan orang lain."Vani yang penasaran bertanya, "Siapa orang yang Ibu sukai? Di mana dia? Kenapa dia nggak datang dan bersama dengan Ibu?"Pamela terdiam.Setiap anak punya seratus ribu pertanyaan, bukan?Jika pertanyaan ini diajukan orang lain, dia pasti tidak akan menjawabnya. Namun, dia tidak bisa mengabaikan putrinya.Pamela menjawab dengan tak berdaya, "Orang yang Ibu sukai sedang ada urusan dan nggak bisa kembali untuk sementara waktu, nanti setelah dia kembali, tentu ada yang pacaran dengan Ibu."Vani bertanya lagi, "Apa orang yang Ibu sukai itu Ayah?"Pamela tercengang, kemudian mengangguk dengan jujur, "Benar, orang yang Ibu sukai adalah ayah kalian."Vani tidak senang dan mencibir, "Vani nggak suka Ayah!"Pamela tidak mengerti, lalu bertanya, "Um? Kenapa nggak suka Ayah? Vani 'kan belum pernah berjumpa dengan Ayah?"Vani mendengus, "Justru karena nggak pernah bertemu, makanya Vani nggak suka! Dalam cer
Pamela menemani tiga anak duduk bersama, menikmati kue dan sushi yang disiapkan Frida.Ricky dan Olivia berdiri mengobrol di kejauhan, terobosan baru dalam hubungan mereka membuat keduanya malu-malu ....Mulut Revan belepotan saus salad karena makan sushi, Pamela mengeluarkan tisu dan menyeka mulutnya, "Makan pelan-pelan, awas tersedak."Revan mengangguk patuh.Heri yang duduk di sebelahnya terus menatap layang-layang di langit. Ketika melihat layang-layang itu terbang ke arah lain, dia buru-buru memasukkan sisa setengah potong sushi ke dalam mulutnya, lalu berdiri dan berkata, "Bu, aku sudah kenyang! Aku akan ke sana mencari Bibi!"Pamela menoleh melihat Heri, lalu berpesan, "Pelan-pelan, awas jatuh!"Heri mengiakan, lalu berlari ke arah Olivia untuk melihat layang-layang ....Setelah melihat Heri tiba di sisi Olivia, barulah Pamela lega dan menarik pandangannya, lalu mengambil ketel untuk memberi Vani air, takut dia akan tersedak.Revan dan Vani sangat penurut, mereka duduk diam dan
Begitu menyadari pertanyaannya, Heri mengerutkan kening dan berkata, "Oke! Kalau begitu, aku akan bertanya lagi! Kak, kamu beli layang-layang Manusia Robot di mana?"Mendengar sebutan 'kakak', Kevin merasa akrab dengannya dan hatinya pun luluh. Dia menjawab, "Toko mainan Manusia Robot di Negara Muriana."Heri mendengarkan dan diam-diam mengingatnya. Dia hendak pulang untuk memberi tahu ibunya sebelum bertanya. "Kalau begitu, kamu juga beli topeng Manusia Robot yang ada di kepalamu di sana?"Kevin mengangguk. "Ya, benar!"Heri berpikir sejenak dan merasa akan memakan waktu yang lama meskipun ibunya mengutus seseorang untuk membelinya di Negara Muriana, jadi dia punya ide cemerlang dan bertanya, "Bisakah kamu jual layang-layang dan topengnya padaku dulu, lalu kamu beli lagi saat pergi ke Negara Muriana?"Kevin mengerutkan kening di balik topengnya, merasa anak di depannya itu agak keterlaluan.Karena tidak ingin memedulikannya lagi, dia pun pergi.Heri meraih pakaiannya. "Kak ... nggak m
Heri langsung meronta, "Lepaskan aku, aku mau cari ibuku!"Sophia menggendong anak itu dan berkata, "Kalau Ibu nggak di sini, di mana lagi kamu akan cari Ibu? Patuh dan berhentilah membuat masalah! Kalau kamu membuat masalah lagi, Ibu nggak akan mengajakmu bermain lagi!"Heri menangis. "Kamu bukan ibuku! Ibu, jangan pergi, aku di sini! Tolong, ada orang jahat yang menangkapku ...."Sophia benar-benar kehilangan kesabaran.Biasanya Kevin sangat dingin padanya dan nakal, jadi lupakan saja.Hari ini beraninya dia langsung menyebut dirinya orang jahat?Ini sungguh keterlaluan!Sophia hendak memanfaatkan saat di mana pria itu tidak ada untuk menegur anak manja ini ...."Ada apa?"Suara dalam seorang pria tiba-tiba terdengar dari belakang.Sophia hanya bisa menelan tegurannya dan setelah kembali ke rumah, dia berkata tanpa daya kepada pria itu, "Alex, aku suruh Kevin pulang, tapi anak ini bersikeras untuk melarikan diri dan terpaksa menariknya pulang!"Heri yang digendong oleh Sophia masih m
Sophia mendengar gumaman beberapa gadis kecil di kejauhan dan menatap mereka dengan kesal serta memberi peringatan ....Setelah dipelototi oleh Sophia, beberapa gadis langsung berbalik dan membuang muka tanpa berani untuk berdiskusi lagi .......Pamela membawa Heri pulang dan memarahinya sepanjang waktu, tetapi kemarahan di hatinya masih belum hilang.Anak ini semakin keterlaluan, idenya semakin banyak dan berani keluar sendirian ....Akan tetapi, Heri tercengang sepanjang proses tanpa mengakui kesalahannya, meminta maaf atau mengatakan apa pun.Setelah kembali ke tempat piknik mereka, Pamela meletakkan "Heri" dan bertanya padanya dengan wajah serius, "Kamu begitu keras kepala dan nggak mengatakan apa-apa? Apa nggak salah kalau keluar sendirian? Tahu nggak kalau kamu salah?"Heri menatapnya dengan sepasang mata sedih.Olivia menghela napas lega setelah melihat anak itu kembali dan datang untuk membujuknya, "Kak Pamela, sudahlah! Heri sangat suka layang-layang Manusia Robot itu. Ayo ki
Akan tetapi, tidak ada seorang pun di sana.Hanya sebuah mobil SUV berwarna hitam yang melaju begitu saja ....Raut wajah datar Pamela perlahan menghangat dan dia berbalik sambil berkata kepada putranya dengan lembut, "Sudahlah, lain kali jangan ulangi kesalahanmu ini lagi. Apa pun alasannya, kamu nggak boleh keluar sendirian lagi. Ibu akan mengkhawatirkanmu, mengerti?"Kevin menatap Pamela dengan tatapan kosong, melihat kelembutannya dari tatapan seriusnya sebelum berbicara dengannya dengan lembut dan hatinya tiba-tiba langsung berhenti melawan.Berbeda dengan "ibu" yang bernama Sophia, tidak peduli apa yang dikatakan "ibu" itu kepadanya, Kevin tidak menyukainya dan suka membangkang.Pamela memeluk putranya dan terus menepuk punggungnya. "Heri suka Manusia Robot, 'kan? Jangan menangis lagi. Ibu akan membelikanmu dan kakakmu banyak mainan Manusia Robot, oke?"Kevin jelas tahu bahwa namanya bukan Heri, tetapi dia masih tidak bisa menahan bujukan lembut dari wanita lembut ini. Dia mengan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen