Seperti kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sophia adalah wanita yang berkepribadian licik, jadi sudah bisa dipastikan ayahnya juga licik.Menurut rumor yang beredar, Theo adalah orang yang kejam, pria itu membunuh orang tanpa ragu dan bisa melakukan apa saja agar tujuannya tercapai ....Pamela mengkhawatirkan keselamatan Agam, bukan tidak memercayai pria itu!Namun, dia menyadari tekad Agam untuk pergi sudah bulat, jadi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan pria itu."Aku percaya padamu."Pamela berkata dengan tenang dan tegas, "Tapi, aku nggak percaya pada Sophia dan ayahnya!"Tentu saja Agam paham apa yang sedang dikhawatirkan oleh Pamela, dia sendiri juga senantiasa waspada dalam menghadapi ayah dan anak itu."Jangan khawatir, aku sudah melakukan pengaturan dengan baik."Pamela tahu dia tidak bisa membujuk Agam untuk tidak pergi lagi. Dia hanya mendengus tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi dan melanjutkan makannya!Agam melayani gadisnya dengan an
Agam adalah anak yang dicampakkan oleh orang tuanya! Masa kecil pria itu lebih menyedihkan dibandingkan masa kecilnya!Satu hal yang membuatnya berbeda dengan Agam adalah, ketika ibunya meninggalkan kediaman Keluarga Yanuar, ibunya membawa serta dirinya biarpun pada akhirnya karena situasi tidak mendukung, ibunya terpaksa menitipkannya kepada Keluarga Alister.Jadi, dalam ingatan masa kecilnya yang masih buram, dia sangat meyakini bahwa ibunya sangat mencintai dan menyayanginya. Biarpun ibunya tidak berada di sisinya lagi, karena memiliki keyakinan yang sangat kokoh ini dalam hatinya, dia tidak merasa dirinya kekurangan kasih sayang seorang ibu. Dia juga tidak merasa dia adalah anak yang tidak diinginkan.Namun, Agam berbeda ....Pria itu sangat sulit meyakini bahwa kala itu orang tuanya tidak mencampakkannya dan sama sekali tidak memedulikan keberadaannya. Seharusnya saat masih kecil, hati pria itu sangat terluka.Walaupun harus menerima pukulan berat bahwa dia adalah anak yang tidak
Tiba-tiba, Pamela menarik lengan baju Jason dan berkata dengan ekspresi cemas, "Kak, cepat kirim orang untuk mengantarkan pasporku ke sini secepatnya. Aku mau beli tiket penerbangan selanjutnya ke Negara Muriana!"Jason tertegun sejenak. Kemudian, dia mengerutkan keningnya dan berkata dengan ekspresi serius, "Pamela, jangan mulai lagi. Dengan kondisimu sekarang, kamu nggak bisa pergi ke mana pun. Kamu harus tetap tinggal di rumah dan menunggu jadwal kelahiranmu. Melahirkan anakmu dengan selamat adalah prioritas utamamu sekarang. Jangan khawatir, aku punya relasi di Negara Muriana yang bisa membantumu untuk memantau kondisi Agam. Kalau dia butuh bantuan, aku juga nggak akan diam saja."Ini adalah bentuk cinta tanpa pamrih seorang kakak. Biarpun pria yang disukai oleh adiknya bukan pria memenuhi kualifikasinya, tetapi dia tetap akan membantu adiknya menjaga pria itu.Melihat pesawat yang baru saja lepas landas melalui jendela bandara, Pamela merasa dadanya sangat sesak. Mungkin karena se
Calvin berkata, "Tadi saat aku menjemput Revan ke sini, aku kebetulan melihat Tuan Muda Justin naik taksi dan pergi. Karena aku sedang membawa Revan, aku nggak bisa menghentikan Tuan Muda Justin."Mengingat kemungkinan adiknya pergi ke mana, Jason memijat-mijat pelipisnya. Dia benar-benar sakit kepala menghadapi adiknya yang satu itu."Kirim dua orang ke sana dan bawa bocah itu pulang sekarang juga! Jangan membiarkan bocah itu mengganggu orang lain!"Calvin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baik, Tuan Muda Jason! Aku akan segera mengirim orang ke sana untuk membawa Tuan Muda Justin pulang ...."...Justin naik taksi menuju ke tempat tinggal Ariel.Setelah naik ke lantai atas dan menekan bel cukup lama, tidak ada orang yang membuka pintu. Dia menghubungi Ariel juga tidak diangkat. Mengingat pagi hari ini dia melihat Ariel melakukan kontak fisik di depan pintu gedung Perusahaan Vasant, dia benar-benar sudah hampir menggila.Tidak punya pilihan lain, dia terpaksa menghubungi Marlon."
Sekitar dua menit setelah Justin menghubungi Marlon, Marlon sudah datang menghampirinya.Hanya saja, sikap Marlon membuat Justin sangat kesal. Marlon menatapnya dengan tatapan nakal dan berkata, "Ya ampun, Tuan Muda Justin, kamu benar-benar sangat muda! Saking mudanya, kamu sampai membuatku iri denganmu! Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali orang lain menganggapku di bawah umur!"Justin mendengus dan berkata dengan kesal, "Apa bagusnya muda?! Aku ingin segera berusia tiga puluh tahun! Di mana Kak Ariel sekarang? Cepat bawa aku temui dia!"Marlon mengangkat bahunya, lalu membawa Justin menuju ke sebuah ruang pribadi ...."Tuan Muda Justin, jangan salahkan aku nggak mengingatkanmu terlebih dahulu. Setelah kamu masuk nanti, kamu harus menahan emosimu. Jangan bertindak gegabah."Justin mengerutkan keningnya dan memasang ekspresi kebingungan, lalu bertanya dengan waspada, "Kenapa aku bisa bertindak gegabah? Apa yang sedang dilakukan oleh Kak Ariel di dalam sana?"Marlon menyunggingkan
Justin mengepalkan tangannya dengan erat. Dia benar-benar kesal setengah mati!Marlon menepuk-nepuk pundaknya dan membawanya ke kursi di sisi lain untuk duduk, lalu menyodorkan sebotol air mineral kepadanya. "Tenang, tenang. Tenangkan dirimu dulu. Jangan marah. Kalau kamu pergi membuat keributan sekarang, hanya akan membuat Ariel merasa kamu sangat kekanak-kanakan. Kalau sampai Ariel marah dan nggak memedulikanmu lagi, siapa yang rugi?"Justin merasa ucapan Marlon memang masuk akal. Namun, amarahnya sudah meluap-luap, sangat sulit dikontrol!Marlon membujuknya lagi, "Dengarkan kata-kataku! Mungkin sebentar lagi kamu bisa memerankan peran menjadi seorang pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik!"'Hmm? Menjadi seorang pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik? Sepertinya Kak Ariel nggak dalam bahaya?' Justin tidak terlalu mengerti maksud Marlon. Namun, dia benar-benar berencana untuk mengawasi mereka berdua terlebih dahulu. Dia menerima sebotol air mineral yang disodorkan oleh Marlon p
Hanya saja, bagaimanapun juga, sekarang Ariel sudah menjadi presdir Perusahaan Vasant. Wanita itu bukanlah orang yang bisa disinggungnya sesuka hatinya.Dia mengambil botol anggur di atas meja, lalu menuangkan setengah gelas anggur untuk Ariel dan menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri. "Ariel, tadi aku hanya bercanda saja. Apa kamu benar-benar marah? Terlepas dari kamu benar-benar marah atau nggak, semua ini salahku! Sini, aku bersulang untukmu! Biarpun sekarang kamu nggak bersedia menerimaku, kelak aku akan berusaha lebih keras lagi untuk menunjukkan ketulusan hatiku padamu."Selesai berbicara, pria itu meletakkan botol anggur dan meneguk segelas anggurnya hingga habis tak bersisa. Kemudian, dia menatap Ariel dengan tatapan penuh arti dan berkata, "Punyaku sudah habis! Ariel, kamu minum saja sesuai keinginanmu!"Karena suasana di dalam ruangan itu terlalu ribut, sebenarnya Ariel tidak bisa mendengar dengan jelas ucapan mantan pacarnya itu. Namun, karena pria itu sudah menuan
Sosok tuan muda yang selalu bersikap arogan itu merendahkan dirinya dan berkata, "Kak Ariel, bisakah kamu menganggapku sedikit serius? Nggak masalah kalau kamu nggak mau mengakui sebagai pacarmu, tapi kamu juga jangan menerima pria lain dulu! Kalau kamu menyukai pria yang dewasa, aku bisa berubah menjadi sosok pria seperti itu! Beri aku sedikit waktu untuk mempelajarinya! Aku yakin aku bisa berubah menjadi pria yang kamu inginkan!"Ariel tertegun sejenak, lalu menatap pemuda di hadapannya dengan tenang dan berkata, "Apa menurutmu aku akan menaruh harapan pada seorang tuan muda yang bahkan belum tamat SMA dan belum berhasil lulus ujian universitas walau telah mencoba berkali-kali sepertimu? Menantimu berubah menjadi dewasa? Atau menantikan bertambahnya seorang bocah sepertimu di sisiku yang selalu membuatku khawatir?"Pupil mata Justin tampak membesar dan bergetar.Dia adalah seorang pemuda yang sangat memedulikan harga dirinya. Kini, setelah dikatai oleh wanita yang disukainya seperti