Sosok tuan muda yang selalu bersikap arogan itu merendahkan dirinya dan berkata, "Kak Ariel, bisakah kamu menganggapku sedikit serius? Nggak masalah kalau kamu nggak mau mengakui sebagai pacarmu, tapi kamu juga jangan menerima pria lain dulu! Kalau kamu menyukai pria yang dewasa, aku bisa berubah menjadi sosok pria seperti itu! Beri aku sedikit waktu untuk mempelajarinya! Aku yakin aku bisa berubah menjadi pria yang kamu inginkan!"Ariel tertegun sejenak, lalu menatap pemuda di hadapannya dengan tenang dan berkata, "Apa menurutmu aku akan menaruh harapan pada seorang tuan muda yang bahkan belum tamat SMA dan belum berhasil lulus ujian universitas walau telah mencoba berkali-kali sepertimu? Menantimu berubah menjadi dewasa? Atau menantikan bertambahnya seorang bocah sepertimu di sisiku yang selalu membuatku khawatir?"Pupil mata Justin tampak membesar dan bergetar.Dia adalah seorang pemuda yang sangat memedulikan harga dirinya. Kini, setelah dikatai oleh wanita yang disukainya seperti
Ariel menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri. Sekarang biarpun nggak bekerja sama denganmu, Perusahaan Vasant tetap akan baik-baik saja. Kerugian sekecil itu masih bisa kami tanggung.""Tentu saja, aku sangat berterima kasih padamu karena telah menyiapkan kejutan romantis untukku. Tapi, aku nggak menyukainya. Sekarang aku bukan lagi seorang gadis muda yang bisa termakan oleh bujukan dan rayuanmu itu!"Juna merasakan pukulan yang sangat besar. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Ariel ...."Ariel tidak ingin kata-kata yang keluar dari mulut pria itu lagi, dia langsung berteriak ke arah pintu ruang pribadi, "Marlon!""Ya, aku di sini!"Setelah mengiakan, Marlon langsung keluar dari ruang pribadi!Ariel melemparkan kunci mobil kepadanya dan berkata, "Kamu nggak minum alkohol, jadi kamu saja yang menyetir! Ayo kita pergi!"Marlon menangkap kunci mobil itu, mendecakkan lidahnya dan berkata, "Ya ampun, sekarang aku bahkan sudah dijad
Saat Marlon dan Ariel tiba di kediaman Keluarga Yanuar, begitu mereka memasuki ruang tamu, mereka langsung mendengar suara hantaman yang keras dari lantai atas ...."Bam!"Seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, mereka berdua mengalihkan pandangan mereka ke lantai atas.Pamela yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan menemani Revan bermain puzzle juga mendengar suara hantaman keras itu. Secara refleks, dia mengusap-usap kepala Revan karena takut bocah lelaki itu terkejut.Kemudian, dia mendongak dan mengalihkan pandangannya ke lantai atas, lalu berkata pada Ariel dan Marlon, "Nggak apa-apa! Tuan Muda Justin baru pulang, nggak tahu siapa lagi yang memprovokasinya sampai-sampai dia bereaksi seperti itu!"Mendengar ucapan Pamela, Marlon menyunggingkan seulas senyum penuh arti dan menoleh ke arah Ariel sambil berkata, "Ah, ya! Nggak tahu siapa yang telah memprovokasi Tuan Muda Justin!"Ariel hanya meliriknya dengan sorot mata dingin, dia malas menanggapi ejekan teman baiknya itu. Dia mengal
Marlon menyunggingkan seulas senyum dan menyapa Jason, "Pak Jason, sudah selarut ini belum tidur?"Jason mengangkat kepalanya. Setelah memastikan adiknya dan Revan sudah naik ke lantai atas dan tidak terlihat lagi bayangan mereka, dia baru mengalihkan pandangannya ke arah Marlon dan berkata dengan ekspresi serius, "Mengenai informasi tentang Theo, biarpun kamu menemukan sesuatu, jangan beri tahu dia."Marlon tertegun sejenak dan berkata, "Kenapa?"Jason berkata, "Theo adalah orang seperti apa, tanpa perlu kita selidiki, kita juga sudah sama-sama tahu. Informasi yang kamu peroleh dari hasil penyelidikanmu dan hal-hal yang dilakukan oleh pria itu di masa lalu, apa kamu merasa setelah Pamela mengetahui semua itu, dia masih bisa melahirkan anaknya dengan tenang? Walau dia nggak mengatakannya secara langsung kepada kita, aku tahu dia sangat mengkhawatirkan Agam. Kamu dan aku, kita semua sama-sama bisa melihatnya sendiri. Jadi, agar dia bisa tenang, biarpun kamu menemukan informasi tentang T
Jason cukup mengagumi tekad kokoh adiknya, dia berkata, "Kalau begitu, kamu lakukan persiapan terlebih dahulu. Setelah Pamela melahirkan anaknya dengan selamat, aku akan mengatur orang untuk mengantarmu ke luar negeri."Justin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke! Terima kasih, Kak!" Kemudian, dia berbalik dan menaiki tangga. Aura tekad kokoh yang tidak pernah ada dalam dirinya kini terpancar dalam dirinya.Melihat punggung adiknya, Jason menganggukkan kepalanya sedikit. 'Hmm, akhirnya bocah ini sadar juga!'...Di dalam kamar, Pamela sedang menidurkan Revan dengan menepuk-nepuk bocah lelaki itu dengan lembut. Dari waktu ke waktu, dia melirik ponselnya. Jelas-jelas dia tahu Agam tidak akan tiba di Negara Muriana dalam waktu sesingkat itu, tetapi dia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk melirik ponselnya.Sambil menidurkan Revan, tanpa dia sadari, dia sendiri juga tertidur.Keesokan paginya, setelah dia terbangun dari tidurnya, tetap belum ada notifikasi pesan maupun panggilan te
Pamela berkata, "Cepat, cepat! Paman, kamu ingin dengar lagu apa? Dengan aku memutar lagu untukmu, maka saat kita nggak ada topik pembicaraan, suasana yang akan terlalu canggung dan hening."Agam sama sekali tidak merasa canggung. Biarpun dia hanya bisa mendengar suara napas gadisnya, dia juga sudah merasakan kenyamanan yang tiada taranya di dunia ini.Namun, karena gadisnya sudah berkata seperti itu, maka dia mulai memesan lagu. "Kalau begitu, aku pesan lagu 'Bulan Mewakili Hatiku'."Setelah mendengar Agam menyebut judul lagu, Pamela segera mengetikkan 'Bulan Mewakili Hatiku' di pemutar lagunya. Kemudian, dia bertanya untuk memastikan, "Siapa penyanyinya?"Agam menjawab, "Teresa Teng."Kemudian, Pamela menekan tombol putar. Melodi lagu itu pun mulai terdengar ....Setelah mendengar sepenggal dari lagu tersebut, tiba-tiba Pamela berkata, "Paman, dulu aku nggak merasa perbedaan umurku dengan umurku sangat jauh. Sekarang, setelah mendengar lagu ini, aku baru benar-benar merasakan ternyat
Agam berjalan menghampiri Theo dengan tenang. Aura yang terpancar dalam tubuhnya sangat kuat, ekspresinya tampak serius, tetapi dia tetap berkata dengan sopan, "Tuan Theo, namaku Agam. Hubunganku dengan putri Tuan hanya sekadar teman biasa. Karena panggilan Tuan terhadapku tadi kurang tepat, aku harap Tuan bisa langsung memanggil namaku."Theo menyunggingkan seulas senyum tipis yang terkesan menakutkan dan berkata, "Oh? Kenapa kamu mengatakan nggak tepat? Kamu dan putriku sudah mendaftarkan pernikahan kalian. Kalau kamu bukan menantuku, kalau begitu siapa kamu?"Agam berkata, "Saat itu, Sophia mendaftarkan pernikahan denganku hanya untuk membantuku mengelabui kakekku agar kakekku bersedia menjalani operasi. Ini adalah surat kesepakatan yang kami tanda tangani saat itu. Di dalam surat kesepakatan ini, tertulis dengan sangat jelas bahwa kami mendaftarkan pernikahan hanya demi membujuk kakekku menjalani operasi. Selain untuk tujuan yang satu ini, pernikahan kami nggak mengandung makna lai
"Kamu adalah seorang pria, tentu saja nilaimu nggak akan jatuh karena hal ini. Tapi, kalau kamu mencampakkan putriku, kelak ada kemungkinan riwayat pernikahannya ini terbongkar. Saat itu pula, dia akan menjadi bahan cemoohan suaminya dan keluarga suaminya kelak! Apa kamu tahu seberapa besar dampaknya hal ini terhadap kehidupan seorang wanita? Berani-beraninya kamu berbicara semudah itu!"Makin lama, Theo makin kesal. Dia mengangkat lengannya dan memberi isyarat kepada seorang anak buahnya yang berada di sampingnya. Setelah melihat isyarat tangan dari majikannya, anak buah Theo itu langsung menyerahkan sebuah tongkat pemukul bisbol profesional kepada majikannya, lalu berdiri kembali ke tempatnya.Theo menggenggam tongkat pemukul bisbol itu, lalu sengaja menggerak-gerakkannya. Dia berkata, "Sebagai seorang ayah, aku nggak akan mengizinkan siapa pun menindas putriku!""Kamu mengatakan kamu ingin memberi kompensasi kepada Sophia?""Oke! Sekarang aku beri kamu dua pilihan!""Pertama, lupaka