Jason berkata dengan dingin, "Kamu nggak perlu khawatir, Pamela adalah adikku, nggak perlu kamu mengingatkanku pun, aku akan menjaganya dengan baik dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Agam berkata, "Terima kasih."Jason bertanya lagi, "Kapan kamu akan pergi?""Malam ini."Jason berdeham dan berkata, "Kalau begitu, mari kita makan malam bersama malam ini."Mendengar Jason mengundangnya untuk makan malam bersama, Agam merasa sedikit terkejut. "Bukankah dia nggak mengizinkanku untuk menginjakkan kakiku di kediaman Keluarga Yanuar?"Jason menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Tentu saja! Karena sekarang kamu masih belum menyadari kesalahanmu, kamu memang nggak pantas menginjakkan kakimu di kediaman Keluarga Yanuar!""Tapi, setelah kamu pergi, bagaimana kalau kamu ditahan oleh Theo untuk dijadikan sebagai suami putri kesayangannya? Kalau sampai hal itu terjadi, malam ini adalah pertemuan terakhirmu dengan Pamela. Aku nggak ingin ada penyesalan dalam hidup adikku."
Setelah tiba di restoran dan memasuki ruang pribadi, Pamela melihat Agam duduk di dalam ruangan itu. Melihat keberadaan pria itu, dia langsung mengerutkan keningnya ....Dia bertanya pada Jason yang berdiri di sampingnya dengan nada sedikit tidak senang, "Kenapa dia berada di sini?" Dia seolah-olah menyalahkan Jason yang tidak memberi tahu dirinya Agam akan datang ke sini terlebih dahulu.Jason menyadari adiknya sudah marah, dia juga sudah memprediksikan adiknya akan bereaksi seperti ini. Dia memberi penjelasan dengan nada lembut. "Hari ini dia yang traktir kita makan. Pamela, nggak lama lagi Pak Agam sudah akan pergi ke luar negeri, anggap saja kita datang untuk mengantar kepergiannya."Mendengar ucapan Jason, perasaan Pamela kembali campur aduk. 'Apa? Dia akan ke luar negeri lagi?'"Pak Agam sudah seperti burung yang selalu terbang ke mana saja setiap hari. Ya, boleh dibilang sudah seperti kebiasaannya. Mengapa kita perlu datang secara khusus untuk mengantar kepergiannya? Sepertinya
Kilatan terkejut melintas di mata Agam. "Kamu nggak membenciku lagi? Sayang, kalau aku nggak menyelesaikan masalah ini, bagaimana aku bisa layak untukmu?"Pamela mengerutkan keningnya dan berkata dengan ekspresi serius, "Masalah memang harus diselesaikan, tapi bukan harus diselesaikan saat ini juga! Kamu bisa menyelesaikan masalah itu setelah aku melahirkan anak!"Agam menyadari gadisnya sedang mengkhawatirkan dirinya. Dia menyipitkan matanya dan bertanya walaupun dia sudah tahu jawabannya, "Oh? Kenapa begitu?"Pamela mengalihkan pandangannya ke bawah dan mengutarakan kekhawatirannya dengan nada canggung. "Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, sedangkan aku di sini bisa saja melahirkan kapan saja dan nggak bisa segera berangkat keluar negeri, aku nggak akan bisa menyelamatkanmu ...."Agam menatap gadisnya, sorot matanya yang selalu dingin mulai berubah menjadi hangat ....Sebagai seorang pria, sejak kecil hingga dewasa, dia selalu menyelesaikan masalahnya sendiri. Kalau orang-orang di s
Seperti kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sophia adalah wanita yang berkepribadian licik, jadi sudah bisa dipastikan ayahnya juga licik.Menurut rumor yang beredar, Theo adalah orang yang kejam, pria itu membunuh orang tanpa ragu dan bisa melakukan apa saja agar tujuannya tercapai ....Pamela mengkhawatirkan keselamatan Agam, bukan tidak memercayai pria itu!Namun, dia menyadari tekad Agam untuk pergi sudah bulat, jadi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan pria itu."Aku percaya padamu."Pamela berkata dengan tenang dan tegas, "Tapi, aku nggak percaya pada Sophia dan ayahnya!"Tentu saja Agam paham apa yang sedang dikhawatirkan oleh Pamela, dia sendiri juga senantiasa waspada dalam menghadapi ayah dan anak itu."Jangan khawatir, aku sudah melakukan pengaturan dengan baik."Pamela tahu dia tidak bisa membujuk Agam untuk tidak pergi lagi. Dia hanya mendengus tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi dan melanjutkan makannya!Agam melayani gadisnya dengan an
Agam adalah anak yang dicampakkan oleh orang tuanya! Masa kecil pria itu lebih menyedihkan dibandingkan masa kecilnya!Satu hal yang membuatnya berbeda dengan Agam adalah, ketika ibunya meninggalkan kediaman Keluarga Yanuar, ibunya membawa serta dirinya biarpun pada akhirnya karena situasi tidak mendukung, ibunya terpaksa menitipkannya kepada Keluarga Alister.Jadi, dalam ingatan masa kecilnya yang masih buram, dia sangat meyakini bahwa ibunya sangat mencintai dan menyayanginya. Biarpun ibunya tidak berada di sisinya lagi, karena memiliki keyakinan yang sangat kokoh ini dalam hatinya, dia tidak merasa dirinya kekurangan kasih sayang seorang ibu. Dia juga tidak merasa dia adalah anak yang tidak diinginkan.Namun, Agam berbeda ....Pria itu sangat sulit meyakini bahwa kala itu orang tuanya tidak mencampakkannya dan sama sekali tidak memedulikan keberadaannya. Seharusnya saat masih kecil, hati pria itu sangat terluka.Walaupun harus menerima pukulan berat bahwa dia adalah anak yang tidak
Tiba-tiba, Pamela menarik lengan baju Jason dan berkata dengan ekspresi cemas, "Kak, cepat kirim orang untuk mengantarkan pasporku ke sini secepatnya. Aku mau beli tiket penerbangan selanjutnya ke Negara Muriana!"Jason tertegun sejenak. Kemudian, dia mengerutkan keningnya dan berkata dengan ekspresi serius, "Pamela, jangan mulai lagi. Dengan kondisimu sekarang, kamu nggak bisa pergi ke mana pun. Kamu harus tetap tinggal di rumah dan menunggu jadwal kelahiranmu. Melahirkan anakmu dengan selamat adalah prioritas utamamu sekarang. Jangan khawatir, aku punya relasi di Negara Muriana yang bisa membantumu untuk memantau kondisi Agam. Kalau dia butuh bantuan, aku juga nggak akan diam saja."Ini adalah bentuk cinta tanpa pamrih seorang kakak. Biarpun pria yang disukai oleh adiknya bukan pria memenuhi kualifikasinya, tetapi dia tetap akan membantu adiknya menjaga pria itu.Melihat pesawat yang baru saja lepas landas melalui jendela bandara, Pamela merasa dadanya sangat sesak. Mungkin karena se
Calvin berkata, "Tadi saat aku menjemput Revan ke sini, aku kebetulan melihat Tuan Muda Justin naik taksi dan pergi. Karena aku sedang membawa Revan, aku nggak bisa menghentikan Tuan Muda Justin."Mengingat kemungkinan adiknya pergi ke mana, Jason memijat-mijat pelipisnya. Dia benar-benar sakit kepala menghadapi adiknya yang satu itu."Kirim dua orang ke sana dan bawa bocah itu pulang sekarang juga! Jangan membiarkan bocah itu mengganggu orang lain!"Calvin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baik, Tuan Muda Jason! Aku akan segera mengirim orang ke sana untuk membawa Tuan Muda Justin pulang ...."...Justin naik taksi menuju ke tempat tinggal Ariel.Setelah naik ke lantai atas dan menekan bel cukup lama, tidak ada orang yang membuka pintu. Dia menghubungi Ariel juga tidak diangkat. Mengingat pagi hari ini dia melihat Ariel melakukan kontak fisik di depan pintu gedung Perusahaan Vasant, dia benar-benar sudah hampir menggila.Tidak punya pilihan lain, dia terpaksa menghubungi Marlon."
Sekitar dua menit setelah Justin menghubungi Marlon, Marlon sudah datang menghampirinya.Hanya saja, sikap Marlon membuat Justin sangat kesal. Marlon menatapnya dengan tatapan nakal dan berkata, "Ya ampun, Tuan Muda Justin, kamu benar-benar sangat muda! Saking mudanya, kamu sampai membuatku iri denganmu! Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir kali orang lain menganggapku di bawah umur!"Justin mendengus dan berkata dengan kesal, "Apa bagusnya muda?! Aku ingin segera berusia tiga puluh tahun! Di mana Kak Ariel sekarang? Cepat bawa aku temui dia!"Marlon mengangkat bahunya, lalu membawa Justin menuju ke sebuah ruang pribadi ...."Tuan Muda Justin, jangan salahkan aku nggak mengingatkanmu terlebih dahulu. Setelah kamu masuk nanti, kamu harus menahan emosimu. Jangan bertindak gegabah."Justin mengerutkan keningnya dan memasang ekspresi kebingungan, lalu bertanya dengan waspada, "Kenapa aku bisa bertindak gegabah? Apa yang sedang dilakukan oleh Kak Ariel di dalam sana?"Marlon menyunggingkan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen