Suara Sophia terdengar sedikit panik. "Ervin, kenapa Agam nggak bisa dihubungi? Apa kalian sudah sampai di rumah?"Ervin berkata, "Hmm, Tuan sudah istirahat."Sophia jelas-jelas mencurigai Ervin tidak berbicara jujur padanya, dia berkata, "Dia sudah istirahat? Kalau begitu, kenapa dia nggak bisa dihubungi?"Ervin menyampaikan maksud tuannya, dia berkata, "Mungkin ponsel Tuan sudah kehabisan baterai dan nggak aktif! Nona Sophia jangan khawatir, Tuan baik-baik saja.""Hmm, syukurlah dia baik-baik saja! Kalau begitu, besok pagi aku baru menghubunginya lagi!"Setelah panggilan telepon Sophia berakhir, Ervin menoleh dan melapor pada Agam, "Tuan, aku sudah memberi tahu Nona Sophia bahwa Tuan sudah istirahat.""Hmm," jawab Agam seperti orang yang sedang hanyut dalam pemikirannya sendiri.Setelah berpikir sejenak, Ervin berkata, "Tuan, sepertinya Nyonya tinggal di kediaman Keluarga Yanuar. Apa aku perlu mengirim orang ke sana untuk menjemputnya?"Agam menyipitkan matanya sambil menatap gadisny
Sosok bayangan kecil berjalan keluar dari sudut ruangan yang gelap ...."Ayah ...."Ekspresi gelisah terpampang jelas di wajah Revan. Saat dia sudah berjalan mendekati sofa, dia menghentikan langkahnya, tidak berani melangkah maju lagi ....Sebenarnya dulu dia sangat mengandalkan ayah angkatnya ini, tetapi sejak Pamela pergi, setiap hari sosok ayah angkatnya ini memancarkan aura yang sangat menakutkan, sehingga membuatnya sering kali tidak berani mendekati pria itu.Sementara itu, setelah melihat orang yang berada di sudut ruangan adalah Revan, ekspresi serius Agam berubah menjadi ekspresi rileks. Dia mengangkat lengannya dan melambaikan tangannya kepada bocah itu. "Kemarilah."Revan berjalan dengan hati-hati menghampiri pria itu. Ekspresi ketakutan tampak jelas di wajahnya.Walaupun tinggal di sini jauh lebih aman dibandingkan saat dia tinggal di kediaman Keluarga Yanuar dulu dan tidak ada seorang pun yang memukulinya, tetapi dia tetap tidak bisa merasakan tempat ini seperti rumahnya
Pamela sudah lama tidak tertidur senyenyak ini. Mungkin karena dia menempati kamar yang ditempatinya saat dia masih kecil ....Sepanjang malam, tidak ada mimpi aneh yang mengganggu tidurnya, sehingga dia bisa tertidur dengan lelap.Setelah bangun tidur, dia menggosok-gosok matanya. Kemudian, dia turun dari tempat tidur dan mandi, lalu berjalan ke lemari pakaian untuk mencari baju ganti.Jason sudah meminta orang menyiapkan sangat banyak pakaian ibu hamil secara khusus untuknya. Semua pakaian itu baru dengan label yang masih tergantung dengan baik.Pamela memilih satu pakaian yang terlihat nyaman untuk dikenakan. Kemudian, dia melepaskan baju tidurnya dan mengenakan pakaian ibu hamil itu.Selesai berpakaian, dia pergi mengambil ponselnya seperti biasa.Dia berjalan ke arah ponselnya, lalu mengambil ponselnya dan ingin melihat waktu sejenak. Namun, begitu dia melihat layar ponselnya, indra penglihatannya langsung disambut oleh wajah tampan dan dingin Agam!"Ah!" teriak Pamela dengan terk
Pamela malas menanggapi Justin, dia langsung mendorong pemuda itu ke samping, lalu melangkahkan kakinya melewati pemuda itu dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.Diabaikan oleh Pamela, Justin mendengus dengan kesal. Kemudian, dia berbalik dan mengikuti Pamela dari belakang. "Eh! Pamela! Kapan kamu tahu kamu adalah kakakku?"Sambil berpegangan pada pegangan tangga, Pamela menuruni tangga dengan hati-hati. Dia hanya menanggapi ucapan Justin dengan singkat. "Aku bukan kakakmu."Justin mengulurkan tangannya untuk memapah kakaknya yang sedang hamil besar itu. "Kamu adalah kakakku! Kemarin aku sudah mendengar semuanya! Kamu adalah Rembulan!"Pamela tidak menepis tangan Justin yang memapahnya. Dia melirik pemuda itu sekilas dan berkata, "Biarpun aku adalah Rembulan, aku juga bukan kakakmu!"Justin mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu adalah kakakku! Kita hanya beda ibu, tapi satu ayah. Kenapa kamu bukan kakakku?"Setelah menuruni tangga terakhir, Pamela menepis tangan Justin yang sedan
"Pamela, nanti siang akan ada pakar gizi yang datang membuatkan makanan untukmu. Kamu ingin makan malam apa? Sepulang kerja, aku akan membeli bahan-bahan makanan untukmu."Karena dia sudah memutuskan untuk tinggal di sini, Pamela tidak ingin merugikan dirinya sendiri hanya karena sungkan. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Aku ingin makan hotpot!"Jason mengerutkan keningnya dan berkata dengan nada sedikit tidak senang, "Sebaiknya sekarang kamu jangan memakan makanan pedas dulu."Pamela juga tidak ingin berdebat dengan pria itu. "Oh, kalau begitu aku pesan makanan sendiri saja."Mendengar ucapan adiknya, Jason benar-benar tidak berdaya. Dia berkata dengan nada agak lembut, "Baiklah kalau begitu. Sepulang kerja aku akan pergi membeli sayuran, daging cincang dan bahan makanan hotpot lainnya. Setelah aku pulang, kita makan hotpot bersama."Setelah menjawab "hmm" singkat, Pamela menundukkan kepalanya untuk memakan sosisnya. Setelah menelan sosis tersebut, dia berkata dengan nada seriu
Justin berkata, "Cih! Kamu adalah Pamela! Biarpun kamu adalah kakakku, kamu juga nggak bisa ikut campur dalam hal seperti ini!"Pamela mengunyah rotinya dengan santai dan berkata, "Aku nggak peduli denganmu. Tapi, Ariel adalah keluargaku, dia selalu menuruti ucapanku. Selama aku nggak setuju, hubungan kalian nggak akan bisa bertahan lama!"Ekspresi Justin langsung berubah drastis, "Kak Pamela! Kakakku sayang, jangan seperti ini ...."Dia tahu Ariel memanggil Pamela dengan panggilan Bos, pacarnya itu pasti akan menuruti semua ucapan Pamela!Tidak hanya itu, sekarang Jason juga menuruti ucapan Pamela!Dia memang sangat khawatir Jason tidak mengizinkannya menjalin hubungan dengan Ariel. Kalau ada Pamela yang membantunya bicara, pasti tidak masalah!Pamela mengulurkan satu lengannya dengan malas. "Berikan aku selembar tisu."Justin segera melaksanakan perintah Pamela. Dia meletakkan selembar tisu ke telapak tangan Pamela dengan penuh hormat.Setelah memasukkan potongan roti terakhirnya ke
Ekspresi Pamela menjadi masam. "Siapa yang kamu panggil gendut?"Agam mengerutkan bibirnya sambil berkata, "Siapa yang sedang bermain ayunan?"Tidak ada wanita di dunia ini yang akan senang jika seseorang mengatainya gendut, tidak terkecuali Pamela!Meskipun saat ini berat badan Pamela bertambah karena kehamilannya!Wajah dan perut Pamela menjadi bulat, tapi anggota tubuhnya tidak gemuk. Tubuhnya masih tetap terlihat ramping."Pak Agam, kalau kamu nggak tahu cara mengobrol, diamlah. Kalau nggak, kamu akan mudah dimarahi!"Agam memandangi gadis kecil yang terlihat sangat marah sambil tersenyum dan berkata, "Memangnya kenapa dipanggil gendut? Gendut sangat imut."Pamela menggertakkan giginya dan berkata dengan ekspresi masam, "Haha! Terima kasih atas pujianmu. Kamu sudah melihat. Apakah masih ada hal lain? Kalau nggak ada hal lain. Aku akan menutup telepon!"Agam menyentuh dagunya dengan malas sambil berkata, "Sebaiknya jangan menurunkan berat badan setelah melahirkan."Pamela sangat mar
Pamela mengangkat wajahnya, lalu menatap langit biru yang tidak bisa ditutupi oleh payung. "Apakah kamu suka dia cantik, mandiri dan berbeda dari gadis-gadis menyebalkan di sekolahmu?"Justin merasa ucapan Pamela benar. Dia menjawab sambil mengangguk, "Tentu saja!"Pamela berkata sambil mengerutkan bibirnya, "Sekarang, kamu suka sifat dewasa seperti Ariel, tapi bagaimana dengan masa depan? Saat kamu kuliah dan bertemu dengan beberapa gadis yang luar biasa dan mandiri, kamu mungkin akan tergoda lagi!"Justin tidak setuju. Dia berkata sambil mengerutkan kening dengan tidak senang, "Kenapa kamu berkata seperti itu? Di matamu, Kak Ariel adalah gadis biasa. Apakah gadis lain bisa menandinginya?"Pamela berkata sambil memandang Justin, "Tentu saja di mataku nggak ada yang bisa menandinginya, tapi kamu mungkin hanya menyukainya sekarang dan menganggap ini adalah cinta."Justin berkata sambil mengangkat kepalanya dengan angkuh, "Nggak benar! Aku jelas bukan tipe pria yang sembarangan. Kalau ak