Pamela mengangkat wajahnya, lalu menatap langit biru yang tidak bisa ditutupi oleh payung. "Apakah kamu suka dia cantik, mandiri dan berbeda dari gadis-gadis menyebalkan di sekolahmu?"Justin merasa ucapan Pamela benar. Dia menjawab sambil mengangguk, "Tentu saja!"Pamela berkata sambil mengerutkan bibirnya, "Sekarang, kamu suka sifat dewasa seperti Ariel, tapi bagaimana dengan masa depan? Saat kamu kuliah dan bertemu dengan beberapa gadis yang luar biasa dan mandiri, kamu mungkin akan tergoda lagi!"Justin tidak setuju. Dia berkata sambil mengerutkan kening dengan tidak senang, "Kenapa kamu berkata seperti itu? Di matamu, Kak Ariel adalah gadis biasa. Apakah gadis lain bisa menandinginya?"Pamela berkata sambil memandang Justin, "Tentu saja di mataku nggak ada yang bisa menandinginya, tapi kamu mungkin hanya menyukainya sekarang dan menganggap ini adalah cinta."Justin berkata sambil mengangkat kepalanya dengan angkuh, "Nggak benar! Aku jelas bukan tipe pria yang sembarangan. Kalau ak
Lipstik di mulutnya sedikit luntur ....Sophia tampaknya merasakan seseorang sedang menatapnya. Sophia melihat ke kamera, lalu meletakkan cermin ke samping dan menyapa Pamela sambil tersenyum ...."Hai! Pamela! Aku baru saja melihat kamu mengobrol dengan tuan muda Keluarga Yanuar, jadi aku nggak mengganggumu! Bagaimana? Kamu kembali lebih awal kemarin. Apakah semalam tidurmu nyenyak?"Pamela mengerutkan kening dan berkata dengan tenang, "Terima kasih, aku tidur dengan nyenyak."Sophia berkata sambil tersenyum, "Baguslah! Aku khawatir suasana hatimu menjadi buruk karena sesuatu yang terjadi kemarin hingga kamu nggak bisa tidur nyenyak!"Pamela berkata sambil mengerutkan bibirnya, "Menurutmu, kenapa suasana hatiku buruk dan nggak bisa tidur nyenyak?"Sophia mengangkat bahunya. "Eh ... kamu melihat Agam datang untuk merayakan ulang tahunku akan memengaruhi suasana hatimu, 'kan? Pamela, sebenarnya aku bisa memahami perasaanmu dengan baik. Kalau aku melihat mantan pacarku datang untuk meray
Sophia sengaja mengusap lipstik dari sudut bibirnya dengan jari-jarinya. "Tentu saja, terima kasih telah memberikan kesempatan untukku! Kemarin, kalau kamu nggak membuat suasana hati Agam buruk, aku nggak akan punya kesempatan! Setelah Agam tidur bersamaku, sikapnya terhadapku berubah. Begitu aku masuk, dia berdiri, memeluk dan menciumku. Dia bahkan membuat lipstikku berantakan!"Apakah tadi Agam meninggalkan ponselnya untuk pergi mencium Sophia?Pamela merasa mual.Sikap Agam yang ambigu terhadap Pamela hanya untuk menstabilkan emosi Pamela dan mempertahankan anaknya.Mungkin Agam masih tertarik pada Pamela, tapi perasaan itu bukan hanya untuk Pamela.Hal ini terlihat dari Sophia yang bisa keluar dan masuk kantor Agam dengan sesuka hatinya.Pamela berkata sambil mengerutkan bibirnya dengan pelan, "Selamat, akhirnya kamu berhasil tidur bersamanya! Tapi, menunjukkan ekspresi malu sama sekali nggak cocok untuk penampilanmu yang liar. Akan lebih baik kalau kamu bersikap lugas, Nona Sophia
Agam mengetik dengan jarinya yang kurus, lalu mengomentari status Pamela, "Jangan takut, ada Paman yang menjagamu."Sophia diabaikan oleh Agam. Setelah dia memandang Agam sedang mengetik di ponselnya, Sophia tidak dapat menahan diri lagi hingga berkata, "Agam? Apakah kamu mendengarkanku?"Agam mengangkat kepalanya dan bertanya, "Apakah kamu sudah mendapatkan semua dokumenmu?"Mata Sophia berkilat rasa bersalah sejenak. "Uh ... karena agak sulit untuk mengajukan dokumen melintasi perbatasan, aku sepertinya perlu waktu lama untuk mendapatkannya."Sebelumnya, Sophia berbohong bahwa dia telah kehilangan dokumennya, sehingga dia tidak bisa mencabut surat nikah mereka. Jadi, mereka terus menunda pencabutan surat nikahnya.Sophia juga kehilangan paspor dan sebagainya. Dia tidak bisa terbang kembali untuk mengurusnya.Agam berkata, "Selesaikan secepat mungkin."Sophia mengangguk. Setelah dia berpikir sejenak, Sophia berkata, "Agam, sebenarnya aku nggak keberatan mempertahankan status sekarang.
Saat ini, Agam baru duduk di kursinya yang baru.Agam tidak mendapatkan balasan dari Pamela, hingga dia mencubit alisnya dengan lelah. Kemudian, dia mengeluarkan surat tanpa nama dari saku jasnya.Surat ini ditinggalkan di celah pintu bawah perusahaan oleh tamu tidak diundang yang baru saja muncul. Penjaga keamanan menemukan surat itu dan memberi tahu Agam. Amplop itu bertuliskan nama Agam dengan beberapa tetes darah di atasnya.Agam merobek amplop itu, lalu membacanya. Isi surat itu dalam huruf cetak."Aku sudah tahu apa yang paling kamu pedulikan! Aku tahu posisimu dan kamu nggak tahu keberadaanku. Berapa lama kamu bisa mewaspadaiku?""Aku akan memberimu waktu untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu memberiku jawaban yang memuaskan.""Kalau nggak, jangan salahkan aku karena bertindak kejam. Tiba saatnya, kamu pasti akan menyesalinya!""Kami nggak ingin melakukan hal yang terlalu buruk. Kalau kami melakukannya, kamu yang memaksa kami melakukannya! Kakakku yang tersayang!"Setelah membacan
Tunggu, kenapa Pamela memikirkan pria itu lagi?Benar-benar menyebalkan!Pamela mengatainya mirip mata-mata, sehingga Justin tampak tidak senang. "Bagaimana mungkin aku terlihat seperti mata-mata? Pernahkah kamu melihat mata-mata setampan aku ? Aku lihat Kak Agam biasanya menyisir rambutnya seperti ini. Maksudmu Kak Agam juga terlihat seperti mata-mata?"Saat mendengar nama itu, Pamela merasa kesal. "Jangan bandingkan dirimu dengan orang luar, belajarlah dari kakakmu!"Justin berkata sambil mengangkat dagunya. "Meskipun kakakku nggak menyisir rambutnya seperti ini, itu karena penampilannya terlihat lebih dewasa! Aku pernah melihat Kak Agam berada di rumah. Dia nggak terlihat seperti pria berusia tiga puluh tahun sama sekali. Kenapa kalau aku belajar darinya?"Pamela tidak menyangkal apa yang Justin katakan. "Aku sarankan kamu berpenampilan seperti biasa! Jangan berpura-pura!"Justin berkata dengan arogan dan percaya diri, "Cih! Aku nggak percaya padamu! Kamu sendiri jelas terpesona den
Pamela menutupi luka Agam dengan tangannya untuk mencegah pendarahan hebat dengan panik. Kemudian, dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon ambulans. Namun, karena tangannya terlalu gemetar, dia tidak bisa melakukan panggilan ....Wajah Agam makin pucat karena kehilangan banyak darah. Namun, Agam tetap berusaha keras untuk tersenyum pada Pamela. Setelah itu, Agam membuka mulutnya dan berkata dengan suara lemah, "Bocah, bisakah kamu memaafkanku sekarang?"Pamela menitikkan air mata dengan tidak terkendali sambil mengangguk penuh semangat. "Paman, jangan mati! Jangan ...."Namun, mata Agam malah terpejam seolah-olah tidak fokus ...."Jangan!"Pamela terbangun!"Nona Pamela, kamu baik-baik saja, 'kan?"Saat Pamela membuka matanya, dia melihat pelayan itu menatapnya dengan cemas. "Nona Pamela, kamu banyak berkeringat. Apakah nggak enak badan? Apakah kamu ingin memanggil dokter untuk datang dan memeriksamu?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan ekspresi terkejut. Kemudian dia duduk
Saat ini, mata Pamela baru beralih dari layar TV dan menoleh ke Jason. "Barang yang paling aku inginkan?"Mungkinkah ....Jason mengulurkan tangan, lalu menjentikkan jarinya.Kemudian, beberapa pelayan membawa lukisan ke depan Pamela dan mengangkat kain putih tahan debu yang menutupi lukisan itu ....Mata Pamela tiba-tiba berbinar. Lukisan itu adalah potret diri Berenice!Mata wanita dalam lukisan itu terkulai dengan sedih dan putus asa. Namun, wanita itu tampaknya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk bertahan hidup, seolah-olah ada hal lain yang tidak bisa dia lepaskan?Ada beberapa garis halus di sudut mata wanita itu dan garis di kedua sisi hidungnya juga sedikit lebih dalam. Penampilannya tidak terlihat seperti ketika dia berumur tiga puluh tahun ....Jika lukisan itu benar-benar dilukis oleh ibunya setelah mengirim Pamela ke Keluarga Alister, dia seharusnya lolos dari kejaran. Ibunya masih hidup dan melukis potret diri ini bertahun-tahun kemudian ....Mungkinkah ibunya masih
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen