Pintu lift ditutup dan angkanya turun sampai angka 1.Pamela tersadarkan dan menghela napas lega. Ketika ingin menutup pintu rumah ....Seseorang tiba-tiba muncul di depan Pamela dan menghalanginya untuk menutup pintu!"Nyonya, ini sup yang Tuan bawakan untuk Anda!"Itu Ervin.Ervin menjinjing sebuah kotak bekal, mungkin sudah menunggu di depan pintu sejak tadi.Agam membawakan sup untuknya?Pamela terharu, tetapi segera tersadarkan!Bukan, bukan sup untuknya, tapi untuk anak dalam kandungannya!Cih!Pamela mendorong Ervin dengan ekspresi dingin. "Terima kasih, aku nggak butuh."Ervin dengan putus asa segera menahan pintu agar tidak bisa ditutup oleh Pamela. "Nyonya, Tuan bangun pagi-pagi untuk bikin sup ini! Setidaknya coba dulu!"Pamela sangat kesal karena tidak bisa menutup pintu. "Memangnya sup buatan Agam harus aku minum?"Ervin berucap, "Nyonya, Tuan khawatir Nyonya Frida tambah terlalu banyak bahan herbal saat masak sup, gampang panas dalam. Jadi, Tuan cari menu makanan sehat un
Menghabiskan waktu bersama Marlon sudah sangat menderita bagi Adsila, tak disangka Marlon akan melakukan hal-hal seperti ini!Adsila merasa sangat terbebani. "Kamu mau apa? Makan siang doang, 'kan?"Marlon duduk di hadapan Adsila. Di bawah cahaya lilin, wajah Marlon tampak makin tampan. Marlon menyandarkan pipi ke tangan dan tersenyum saat berkata, "Ya! Memangnya makan siang nggak boleh romantis?"Sudut mulut Adsila berkedut-kedut. "Kalau kamu begini sebelumnya, aku mungkin akan merasa sangat romantis! Tapi sekarang, aku hanya merasa canggung!"Marlon tertawa. "Kenapa? Karena sudah punya pacar?"Adsila mengernyit dan memasang ekspresi serius. "Ya! Karena aku sudah punya pacar, aku merasa sangat nggak enak dan canggung kalau makan malam di tengah cahaya lilin bersama pria lain selain pacarku!"Marlon malah merasa bangga, "Kamu nggak akan merasa canggung kalau nggak ada perasaan apa-apa dalam hatimu. Artinya, kamu punya perasaan yang kuat terhadapku. Bagus, bagus!"Ekspresi Adsila menjad
Bagaimana? Apa yang harus dia katakan? Setelah datang dan melihat makan siang di tengah cahaya lilin seperti ini, Albert pasti akan salah paham! Bagaimana dia harus menjelaskannya?Albert heran karena Adsila terdiam. "Kenapa, Adsila? Kenapa diam saja?"Setelah dipikir-pikir, Adsila tidak ingin Albert datang sehingga menolaknya, "Ehm ... Albert, restoran ini agak jauh dan aku sudah hampir selesai makan! Lain kali saja, ya?"Albert merasa agak sedih. "Tapi aku sudah minta izin! Nggak apa-apa kalau jauh, aku naik taksi ke sana. Anggap saja aku jemput dan antar kamu ke rumah setelah kamu selesai makan."Adsila terdiam.Albert sangat baik, tidak pemarah, lembut, dan sabar.Namun, bagaimana bisa Adsila membiarkan Albert datang dan melihat adegan seperti ini?Albert pasti akan sangat sedih!Ruangan privat itu sangat hening. Mendengar ucapan Albert di telepon, Marlon tersenyum pada Adsila dan berujar, "Dia sudah minta izin demi kamu, suruh dia datang dan makan bareng saja!"Adsila terdiam.Cih
Adsila kembali ke kursinya dengan tidak berdaya. "Kamu keterlaluan!"Marlon tersenyum acuh tak acuh, lalu berkata dengan suara lembut, "Makan dulu."Tepat saat itu, pelayan datang untuk menyajikan hidangan-hidangan.Sambil makan, Adsila sibuk memikirkan bagaimana cara memberi penjelasan ketika Albert sampai ....Restoran tidak terlalu jauh dari Perusahaan Vasant. Sekitar 15 menit kemudian, Albert sudah sampai.Albert tersenyum saat berjalan masuk. Namun, senyuman itu membeku ketika mendapati Adsila bukan orang satu-satunya di dalam ruangan, tetapi juga atasannya, Marlon.Albert melihat Marlon, lalu menoleh pada Adsila. "Adsila, kamu makan di tengah cahaya lilin bersama Pak Marlon?"Adsila tersenyum canggung. "Ehm ... memang ada lilin, tapi hanya makan biasa. Aku dan Pak Marlon kebetulan sejalan dan makan siang bareng. Albert, ayo duduk! Duduk di sini! Mau makan apa pesan saja, Pak Marlon bilang dia traktir!"Sambil berbicara, Adsila menepuk kursi di sebelahnya.Albert memercayai Adsila
Senyum agresif di wajah Marlon membuat Albert merinding. Albert merasa dirinya mungkin akan dipecat ...."Oke! Pak Marlon, sampai jumpa! Kami pergi dulu!" Adsila memecah keheningan, lalu menarik Albert ke mal di depan ....Marlon terdiam sejenak di tempat sambil memikirkan sesuatu, lalu masuk ke mobil dan pergi.Adsila bergegas membawa Albert melewati pintu kaca mal, lalu diam-diam menoleh ke belakang. Baru setelah melihat Marlon pergi, Adsila merasa lega.Hal itu membuat Albert merasa heran. "Adsila, kamu dan Pak Marlon kenapa? Kenapa dia sepertinya punya rasa permusuhan yang tinggi terhadapku?"Adsila tersadarkan, lalu merasa bersalah dan menatap Albert. "Maaf, Albert, aku membuatmu terlibat dalam masalah ...."Albert segera menggeleng. "Bukan, bukan! Aku hanya merasa khawatir .... Kalau Pak Marlon jadi musuh cintaku, aku pasti kalah."Adsila tersenyum canggung. "Jangan terlalu kamu pikirkan! Semua orang di perusahaan tahu orang macam apa Pak Marlon itu! Pak Marlon adalah playboy dan
Marlon membawa makan siang yang dibawa pulang ke dapur. Pamela melirik Ervin sekilas dengan kesal, lalu tidak menghiraukannya. Pamela duduk di samping meja makan dan menunggu makan siang.Ervin mengernyit dengan cemas, lalu mengeluarkan ponsel untuk melaporkan situasi pada Agam ...."Tuan Agam, siang ini Nyonya makan steak sapi yang dibawa pulang dari restoran. Sepertinya nggak ada yang bisa masak di sini."Di Perusahaan Dirgantara.Agam sedang rapat dan mendengarkan para bawahan melaporkan data-data PPT. Ponselnya yang berada di atas meja menyala dua kali.Setelah mengecek ponsel, mata Agam menjadi lebih gelap.Jari ramping Agam mengetik di layar ponsel ....Semenit kemudian, Ervin menerima balasan singkat: "Sup, sudah minum?"Ervin melirik bekal makan yang diabaikan oleh Pamela, lalu menjawab dengan terus terang: "Belum."Kemudian, Ervin tidak mendapat balasan dari Agam lagi.Ervin pun bisa merasakan kemarahan Agam dari jauh ....Melihat Pamela makan steak sapi yang dibawa pulang ole
Pamela melirik sup itu, lalu lanjut menyantap steak sapi.Ervin merasa tidak berdaya. Setelah menyajikan sup, Ervin kembali berdiri di depan pintu dengan hormat.Marlon mendekat untuk mengendus sup itu. "Masakan Agam biasa-biasa saja, wanginya juga biasa-biasa saja!"Ervin terdiam.Setelah menyantap makan siang dengan santai, Pamela meletakkan sendok dan garpu.Steak sapi sudah habis, sup jamur sisa setengah.Akan tetapi, sup di sisi kiri Pamela tidak tersentuh.Ketika Ervin hampir kehilangan harapan, Pamela tiba-tiba mengambil semangkuk sup itu!Mata Ervin berbinar dan timbul harapan lagi dalam hatinya!Nyonya Pamela agak angkuh, tetapi masih mencintai Tuan Agam sehingga tidak tega untuk tidak minum sup masakan Tuan Agam!Sepertinya Nyonya Pamela merasa sup terlalu panas dan ingin minum nanti setelah didinginkan ....Tuan Agam pasti akan sangat terhibur ketika melihat Nyonya Pamela minum sup buatannya.Berpikir demikian, Ervin diam-diam mengeluarkan ponsel karena ingin merekam adegan
Sophia meletakkan kotak irisan buah di atas meja Agam dan dengan santai duduk di hadapannya. Sophia membuka tutup kotak seraya tersenyum.Dia lalu berkata, "Memang agak bosan, tapi ada kamu di sini! Aku juga ingin mengenal teman baru dan mencoba ranah baru. Di kehidupan ini, kita harus mencoba segala sesuatu yang asing untuk memiliki hidup yang berarti!"Sambil berkata, Sophia menusuk sepotong semangka dengan tusuk gigi dan menyodorkannya pada Agam.Kepala Agam terasa berat setelah melewati rapat panjang dan situasi-situasi yang membuatnya jengkel. Agam mengambil buah itu dan memakannya untuk mendinginkan suasana hatinya yang gerah.Sophia juga makan sepotong semangka, lalu berkedip dan bertanya dengan penasaran, "Agam, kamu begitu menyukai Nona Pamela, dia pasti sangat baik padamu sebelumnya, 'kan?"Agam mengernyit karena mendengar nama wanita yang membuatnya jengkel itu. Lama kemudian, Agam bertanya balik, "Baik bagaimana?"Sophia makan semangka dengan posisi menopang pipi dengan tan