Setelah sup pengar disiapkan, pembantu menyajikannya pada Agam yang matanya sudah terbuka lebar.Agam meminum dua teguk, lalu melambaikan tangannya dengan wajah cemberut.Para pelayan tidak berani memberinya lagi, mereka meletakkan sup itu dan menyingkir.Frida duduk di samping Agam, menatapnya dengan wajah sedih, lalu menasihati, "Minumlah sup pengar ini, lalu mandilah agar sadar. Sudah dewasa begini masih mabuk parah."Agam sakit kepala, dia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, salah satu lengannya diletakkan di dahi, menutupi matanya, dia tidak merespons ucapan Frida.Frida melihat kilatan cahaya di saku celana jasnya, dia mengulurkan tangan dan mengeluarkan ponsel Agam yang tidak bersuara.Nomor penelepon tidak tersimpan di kontak, Frida teringat sesuatu, matanya berbinar, lalu menjawab panggilan itu untuk cucunya."Agam, kamu sudah sampai di rumah?"Terdengar suara Sophia dari ujung telepon.Mata Frida yang berbinar redup dalam sekejap. "Dia sudah sampai di rumah. Sophia nggak
Frida mengangguk. "Baguslah kalau nggak apa-apa. Masa kehamilan Pamela sudah besar, Nenek benar-benar khawatir dia lahir prematur karena emosi! Huh, persalinan itu sangat berisiko .... Oh, ya, jangan beritahukan apa yang terjadi hari ini pada kakekmu. Jangan sampai si bodoh itu memandang sebelah mata pada Pamela lagi!""Ya, ya, aku mengerti!"...Di hotel.Sophia menari sendirian di dalam kamar sambil mendengarkan musik jazz yang elegan.Pengikutnya, Kelvin, masuk untuk membawakan anggur merah. Melihat Sophia menari dengan penuh antusias, Kelvin bertanya, "Nona, ada hal menggembirakan apa?"Gerakan Sophia melambat dan dia tersenyum. "Aku kelihatan gembira?"Kelvin mengangguk, lalu menjawab seraya membuka botol anggur merah, "Ya! Nona tampak sangat ceria hari ini. Apakah ada kejadian spesial hari ini?"Sophia berhenti menari. "Hari ini, wanita bernama Pamela itu akhirnya muncul!"Kelvin yang tengah menuang anggur pun berhenti. "Hah? Bukankah Pamela itu musuh cinta Nona? Kenapa Nona mala
Adsila tidak menemukan Marlon di mana-mana, tetapi melihat ponselnya sedang diisi daya baterai di meja samping ranjang. Setelah diambil dan dilihat, pesan tak terbaca pertama adalah dari Marlon."Aku tidur di ruang tamu tadi malam, hanya gendong kamu ke kamar, nggak lakukan apa-apa. Jangan khawatir!"Jantung Adsila berdebar-debar dan mukanya memerah tanpa sadar. Apa yang ingin dilakukan Marlon? Mengacaukan pikiran orang saja!Berikutnya adalah 99+ pesan tak terbaca dari pacar Adsila, Albert ....Adsila merasa malu. Dia lupa membalas pesan Albert karena pikirannya sedang kacau kemarin!Begitu membuka kotak obrolan dengan Albert, isinya adalah pertanyaan tentang di mana dia berada, apa yang dia lakukan, sudah tidur atau belum.Ada pula pesan terakhir dari Albert pagi ini: "Adsila, kenapa kamu nggak jawab? Balas kalau sudah baca!"Adsila membalas pesan dengan perasaan bersalah: "Maaf, aku sibuk memikirkan masalah paman dan bibiku semalam, jadi lupa balas pesanmu!"Albert langsung membalas
Mungkin Adsila kembali lagi karena melupakan sesuatu!Pamela tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia meletakkan gelas susu dan pergi membuka pintu.Begitu pintu dibuka, Pamela bertemu dengan Andra.Pamela terkejut, tetapi tidak menunjukkannya. "Kenapa kamu datang ke sini?"Andra menjinjing bekal makan. "Tengok kamu! Sudah sarapan belum? Aku khusus suruh orang buatkan bubur daging untukmu.""Terima kasih."Pamela berkata acuh tak acuh, lalu mempersilakan Andra ke dalam.Baru kali ini Andra datang ke rumah Pamela. Begitu masuk, dia memandang sekeliling dan menyukai gaya interior rumah ini."Di mana dapur? Aku ambilkan mangkuk untukmu.""Duduk saja, aku bisa ambil sendiri." Alih-alih memberitahukan letak dapur, Pamela pergi sendiri.Andra tidak duduk, melainkan mengikuti ke dapur sambil membawa bekal makan.Rak piring berada di bawah wastafel sehingga sulit diakses bagi Pamela yang sedang hamil.Andra segera mencegat Pamela. "Jangan gerak, biar aku saja!"Pamela pun mundur ke samping.Andra
Gerakan itu membuat Pamela yang sedang hamil terhuyung. Andra buru-buru memegang Pamela untuk membantunya menstabilkan diri.Pada saat yang sama, jarak di antara mereka sangat dekat ....Mereka bertatapan dalam jarak sejengkal.Pamela ingin pergi karena merasa enggan, tetapi ditahan oleh Andra. "Lala, nggak bisa begini! Kamu nggak bisa menolak semua pria hanya karena dikecewakan oleh satu pria saja! Aku bukan Agam, aku nggak akan ...."Sambil berkata, Andra mendekat sehingga napasnya berembus ke bibir Pamela .......Sampai di rumah, Adsila berdandan, lalu meminta sopir mengantarnya ke luar.Di depan gedung Perusahaan Vasant, Adsila melihat jam. Masih jauh dari jam makan siang!Adsila ingin tunggu di dalam, tetapi langkahnya terhenti saat menaiki tangga ....Jika menunggu Albert di dalam, kemungkinan akan bertemu dengan Marlon di lobi. Pada akhirnya, Adsila menunggu di kedai kopi seberang perusahaan!Setelah memesan latte, Adsila mengirim pesan pada Albert untuk mengabari dia sedang me
Adsila tertegun sejenak. Begitu menoleh ke atas, Adsila mendapati Marlon duduk di seberangnya sambil tersenyum!Ini ....Inikah yang dimaksud tidak akan datang sia-sia oleh Marlon?Marlon memanggil pelayan untuk memesan segelas kopi. Kemudian, dia tersenyum seraya menatap Adsila. "Kenapa? Nggak bisa bicara saking senangnya melihatku?"Adsila tersadarkan dan meletakkan ponsel. Ekspresinya masam saat memelototi Marlon. "Kok kamu tahu aku ada di sini?"Marlon memegang pipi dengan satu tangan. "Mungkin karena telepati?"Adsila lebih marah lagi. "Marlon! Mau apa sebenarnya kamu?"Marlon berterus terang, "Kejar kamu."Ekspresi Adsila membeku dan wajahnya memerah, lalu berdeham dengan canggung. "Jangan bercanda!"Marlon menatap Adsila dengan penuh rasa cinta. "Aku nggak bercanda. Aku sudah mengungkapkan perasaanku sejak kemarin, tapi kamu nggak menanggapi omonganku dengan serius."Adsila mengernyit. "Serius? Bisa-bisanya kamu membicarakan soal serius di depanku? Pak Marlon sepertinya bahkan n
Marlon menggeleng. "Nggak ada apa-apa. Kalau nggak tahu mau makan apa, ikut aku saja! Habis makan, kita baru pikir mau belikan apa untuk Bos."Adsila tidak membantah, hanya mengangguk dengan lesu. "Ya, terserah!"Marlon melirik Adsila sembari bertanya, "Kenapa? Kecewa karena nggak bisa makan siang bersama pacarmu?"Adsila memutar mata. "Kalau aku bilang ya, apakah kamu akan membatalkan rapat dan membiarkan Albert makan siang bersamaku?"Marlon tersenyum. "Nggak akan."Adsila memelototinya. "Buat apa kamu tanya kalau begitu?"Marlon menjawab, "Aku hanya ingin mendapatkan satu kesempatan!"Adsila terdiam.Menyebalkan sekali. Adsila akhirnya membulatkan tekad untuk tidak dibutakan oleh cinta, tetapi pikirannya dikacaukan lagi oleh Marlon!"Uhuk! Aku telepon Bibi dulu dan tanyakan mau makan apa!"Adsila merasa canggung dan tidak tahu harus berkata apa sehingga dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon Pamela. Namun, tidak ada yang menjawab setelah waktu lama."Aneh! Kenapa Bibi nggak jawab t
Begitu keluar dari kamar, Pamela melihat Andra pergi membuka pintu ....Pintu dibuka, tetapi tidak ada yang berjalan masuk atau berbicara. Andra termangu sejenak saat melihat orang yang berdiri di luar pintu.Pamela menghampiri Andra karena ingin melihat siapa orang itu. Alhasil, Pamela terkejut. Mengapa Agam bisa datang?Agam berdiri di depan pintu sembari melihat mereka dengan tatapan dingin dan suram. "Kelihatannya aku datang di waktu yang nggak tepat?"Menerima tatapan agresif itu, Pamela baru ingat rambutnya masih basah karena baru selesai mandi dan hanya mengenakan piama longgar. Secara refleks, Pamela merapikan piama agar lebih menutupi dirinya.Gawatnya, Andra juga baru selesai mandi dan belum berpakaian rapi. Mungkin karena buru-buru pergi membuka pintu, Andra sudah memakai celana, tetapi kemejanya tidak dikancing. Dada dan otot perutnya terlihat jelas ....Oleh karena itu, mereka berdua tampak seperti ... baru saja bercinta!Pamela merasa panik karena pikiran itu dan ingin me