Setelah melemparkan seulas senyum pada beberapa orang karyawan itu, Pamela mulai melihat-lihat gedung sendirian.Aula besar karyawan ini juga dilengkapi dengan jendela langit-langit. Dia berjalan keluar dan melihat-lihat sejenak. Ternyata, hasilnya jauh lebih bagus dari yang dia bayangkan. Setengah dari Kota Marila bisa terlihat jelas dari sini.Namun, tidak peduli seberapa bagus pemandangan dari jendela langit-langit di sini, tetap tidak bisa dibandingkan dengan rancangan khusus ruangan presdir yang ditempati oleh Agam.Dia merancang secara khusus ruangan pria itu di sisi utara. Melalu jendela langit-langit ruangan pria itu, pemandangan yang bisa dilihat dari tempat ini adalah Danau Batur, danau yang paling indah di Kota Marila. Matahari terbit di pagi hari dan matahari terbenam di sore hari. Setelah lelah bekerja seharian, begitu mendongak, maka indra penglihatan pria itu akan dimanjakan oleh pemandangan yang sangat indah.Kini, setelah Pamela pikir-pikir kembali, sia-sia saja meranc
Pamela tampak sangat tenang, dia memberi penjelasan kepada wanita itu dengan sabar. "Aku adalah tamu yang datang untuk menghadiri acara pengguntingan pita Perusahaan Dirgantara. Aku naik ke lantai atas gedung ini hanya untuk melihat-lihat saja. Barusan sebenarnya aku mau ke kamar kecil, tapi saat mencari kamar kecil, aku malah salah masuk."Sangat jelas bahwa Sophia sama sekali tidak memercayai penjelasan yang diberikan oleh Pamela kepadanya ini. Dia mengamati Pamela dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan sorot mata curiga sekali lagi, lalu berkata, "Kamu adalah tamu yang datang untuk menghadiri acara pengguntingan pita Perusahaan Dirgantara? Lalu, kamu mengatakan saat mencari kamar kecil, kamu salah masuk? Apa kamu pikir aku sangat mudah dikelabui? Kenapa aku nggak tahu di antara tamu yang menghadiri acara pengguntingan pita ini ada orang sepertimu? Coba kamu sebut namamu."Pamela berkata, "Aku adalah Moon, arsitek yang merancang gedung baru perkantoran Perusahaan Dirgantara in
Pamela sudah menyadari bahwa wanita di hadapannya ini memang sengaja mempersulitnya.Untung saja hari ini Agam tidak akan datang. Selama pria itu tidak datang, maka tidak masalah.Pamela menatap Sophia dengan sorot mata tenang dan berkata, "Kalau aku melepas topi dan maskerku, kamu akan membiarkanku pergi? Mengapa kamu begitu bersikeras untuk melihat wajahku? Hanya karena aku sedikit gemuk, maka kamu mencurigaiku mencuri barang dan menyembunyikannya di dalam pakaianku? Kalau kamu begitu nggak menghormati orang lain, silakan lapor polisi saja. Setelah anggota kepolisian datang dan memintaku untuk melepas masker dan topiku, maka aku akan melakukannya!"Setelah mempertimbangkan situasi yang sedang dihadapinya ini dengan matang, Pamela yakin wanita bernama Sophia ini tidak akan lapor polisi.Biarpun wanita itu meyakini bahwa dirinya sudah mencuri sesuatu dari ruangan ini, kemungkinan besar wanita itu juga tidak akan memilih untuk lapor polisi pada hari ini dan saat ini juga.Dibandingkan d
Pamela melirik Sophia sekilas, lalu berkata, "Kupikir, kita cukup berinteraksi seperti ini saja. Maaf, aku nggak bisa melepas topi dan maskerku sekarang."Sophia tertawa dan berkata seolah sedikit tidak paham, "Kenapa nggak bisa?"Pamela berkata dengan terus terang, "Ah, karena aku terlalu jelek. Aku nggak ingin menakut-nakuti kalian."Sophia tertegun sejenak, lalu berkata, "Ya ampun, apa yang kamu bicarakan? Kami nggak akan ketakutan. Moon, seorang arsitek berbakat sepertimu sudah memiliki keunggulan yang luar biasa. Bakatmu yang paling penting! Untuk apa kamu begitu memedulikan penampilan luarmu? Lepaskan saja topi dan maskermu, agar kami bisa mengenalmu dengan lebih baik lagi!"Pamela tidak ingin beromong kosong dengan Sophia lagi. Dia memang berniat untuk pamit. Namun, sebelum kata-kata itu sempat keluar dari mulutnya, Agam sudah angkat bicara, "Lepas saja topi dan maskermu!"Pamela tertegun sejenak, lalu berkata, "Pak Agam, hubungan kerja sama kita sudah resmi berakhir. Sepertinya
Menyadari gejolak perasaan Agam, Sophia makin penasaran pada arsitek bernama Moon itu!"Moon, apa yang kamu pikirkan lagi?"Pamela menggertakkan giginya, lalu melepaskan masker hitam yang menutupi wajahnya. Saat itu pula, "wajah asli"-nya terpampang jelas di hadapan mereka ....Wajah yang terpampang nyata di hadapan mereka ini adalah wajah yang tampak berkerut. Selain sepasang mata indahnya, hidungnya pesek, bibirnya tebal, bentuk wajahnya juga sangat bulat. Hanya dua kata untuk menilai paras wanita itu, yaitu sangat jelek.Melihat wajah wanita di hadapannya yang dipenuhi dengan kerutan bekas luka, Sophia terkejut bukan main. Tiba-tiba, dia seakan sudah mengerti mengapa wanita itu menutupi dirinya dengan sangat rapat.Ternyata, wanita itu benar-benar sangat jelek!Begitu melihat wajah wanita itu, mata Agam seolah kehilangan cahayanya.Pamela berkata dengan sorot mata dingin, "Sekarang kalian sudah lihat sendiri, 'kan? Apa kalian sudah puas?"Sophia bertanya dengan sedikit simpati, "Moo
Sophia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Agam, aku nggak perlu lihat menu lagi. Kamu bantu aku pesan saja! Lagi pula, kamu juga tahu apa makanan kesukaanku!"Agam juga tidak memaksa Sophia untuk melihat menu lagi, melainkan mengembalikan menu kepada pelayan dan membantu memesan beberapa hidangan yang sering dipesan oleh Sophia.Melihat Agam membantu istri sahnya memesan makanan, samar-samar sudut bibir Pamela membentuk seulas senyum menyindir. Dia menundukkan kepalanya dan meneguk air lemon yang disuguhkan gratis di atas meja.Sophia tersenyum dan berkata dengan sopan, "Moon, apa masih ada yang ingin kamu pesan? Kamu nggak perlu sungkan dengan Agam. Kalau ada hidangan yang ingin kamu makan, pesan saja!"Saat mengucapkan kata-kata itu, Sophia terlihat sangat santai, seperti sedang memberi tahu Pamela untuk tidak sungkan dengan suaminya!Ya, wajar saja dia berbicara seperti itu karena pria itu memang suaminya.Pamela memaksakan seulas senyum dan berkata, "Nggak perlu. Aku sudah segem
Pamela tidak tahu apakah dia sendiri sudah berpikir banyak atau tidak. Dia selalu merasa Agam sedang mengawasinya akan mengambil hidangan yang mana ....Sophia memasukkan sepotong sayap ayam ke piring Pamela dan berkata dengan ramah, "Moon, coba kamu cicipi ayam asam manis ini. Biasanya, aku paling menyukai hidangan ini! Rasanya sangat lezat!"Kebetulan sekali, Pamela juga menyukai ayam asam manis.Namun, hari ini dia tidak ingin memakannya, karena perasaan muak yang menyelimuti hatinya.Setelah mengucapkan terima kasih sambil tersenyum, Pamela lanjut memasukkan makanan-makanan yang biasanya tidak disukainya ke dalam mulutnya. Dia hanya ingin segera menghabiskan makannya dan mengakhiri acara makan yang tidak diharapkannya ini.Namun, karena memakan makanan yang tidak disukainya dan kehamilannya yang memengaruhi selera makannya, tiba-tiba saja Pamela merasa tidak nyaman dan ingin memuntahkan isi perutnya.Dia berusaha tetap tenang, lalu bangkit dari kursinya dan berkata, "Maaf, aku perg
Andra tahu bahwa Agam sangat teliti. Dia dapat dengan mudah menyadari masalah ....Andra berdiri, mengambil mantelnya, lalu segera keluar dari kantornya. Dia harus menjemput Pamela sendiri agar merasa tenang!...Setelah membalas pesan Andra, Pamela meletakkan ponselnya. Setelah itu, dia mengambil sendoknya dan melanjutkan makan."Jangan memaksakan diri untuk makan makanan yang nggak sesuai dengan seleramu." Kata-kata Agam sepertinya sedang mengisyaratkan sesuatu.Gerakan Pamela mengambil sayuran berhenti sejenak. Saat Pamela mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Agam, dia menemukan bahwa Agam sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak dipahami ...."Ini sesuai seleraku! Ini semua adalah sayuran yang aku pesan sendiri, bagaimana mungkin nggak menggugah selera?" kata Pamela sambil tersenyum di wajah palsunya yang penuh bekas luka.Agam mendengus dingin.Sophia mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, "Bu Moon, kamu baru saja mengatakan bahwa inspirasimu dalam mendesain Gedung P