Pamela melirik Sophia sekilas, lalu berkata, "Kupikir, kita cukup berinteraksi seperti ini saja. Maaf, aku nggak bisa melepas topi dan maskerku sekarang."Sophia tertawa dan berkata seolah sedikit tidak paham, "Kenapa nggak bisa?"Pamela berkata dengan terus terang, "Ah, karena aku terlalu jelek. Aku nggak ingin menakut-nakuti kalian."Sophia tertegun sejenak, lalu berkata, "Ya ampun, apa yang kamu bicarakan? Kami nggak akan ketakutan. Moon, seorang arsitek berbakat sepertimu sudah memiliki keunggulan yang luar biasa. Bakatmu yang paling penting! Untuk apa kamu begitu memedulikan penampilan luarmu? Lepaskan saja topi dan maskermu, agar kami bisa mengenalmu dengan lebih baik lagi!"Pamela tidak ingin beromong kosong dengan Sophia lagi. Dia memang berniat untuk pamit. Namun, sebelum kata-kata itu sempat keluar dari mulutnya, Agam sudah angkat bicara, "Lepas saja topi dan maskermu!"Pamela tertegun sejenak, lalu berkata, "Pak Agam, hubungan kerja sama kita sudah resmi berakhir. Sepertinya
Menyadari gejolak perasaan Agam, Sophia makin penasaran pada arsitek bernama Moon itu!"Moon, apa yang kamu pikirkan lagi?"Pamela menggertakkan giginya, lalu melepaskan masker hitam yang menutupi wajahnya. Saat itu pula, "wajah asli"-nya terpampang jelas di hadapan mereka ....Wajah yang terpampang nyata di hadapan mereka ini adalah wajah yang tampak berkerut. Selain sepasang mata indahnya, hidungnya pesek, bibirnya tebal, bentuk wajahnya juga sangat bulat. Hanya dua kata untuk menilai paras wanita itu, yaitu sangat jelek.Melihat wajah wanita di hadapannya yang dipenuhi dengan kerutan bekas luka, Sophia terkejut bukan main. Tiba-tiba, dia seakan sudah mengerti mengapa wanita itu menutupi dirinya dengan sangat rapat.Ternyata, wanita itu benar-benar sangat jelek!Begitu melihat wajah wanita itu, mata Agam seolah kehilangan cahayanya.Pamela berkata dengan sorot mata dingin, "Sekarang kalian sudah lihat sendiri, 'kan? Apa kalian sudah puas?"Sophia bertanya dengan sedikit simpati, "Moo
Sophia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Agam, aku nggak perlu lihat menu lagi. Kamu bantu aku pesan saja! Lagi pula, kamu juga tahu apa makanan kesukaanku!"Agam juga tidak memaksa Sophia untuk melihat menu lagi, melainkan mengembalikan menu kepada pelayan dan membantu memesan beberapa hidangan yang sering dipesan oleh Sophia.Melihat Agam membantu istri sahnya memesan makanan, samar-samar sudut bibir Pamela membentuk seulas senyum menyindir. Dia menundukkan kepalanya dan meneguk air lemon yang disuguhkan gratis di atas meja.Sophia tersenyum dan berkata dengan sopan, "Moon, apa masih ada yang ingin kamu pesan? Kamu nggak perlu sungkan dengan Agam. Kalau ada hidangan yang ingin kamu makan, pesan saja!"Saat mengucapkan kata-kata itu, Sophia terlihat sangat santai, seperti sedang memberi tahu Pamela untuk tidak sungkan dengan suaminya!Ya, wajar saja dia berbicara seperti itu karena pria itu memang suaminya.Pamela memaksakan seulas senyum dan berkata, "Nggak perlu. Aku sudah segem
Pamela tidak tahu apakah dia sendiri sudah berpikir banyak atau tidak. Dia selalu merasa Agam sedang mengawasinya akan mengambil hidangan yang mana ....Sophia memasukkan sepotong sayap ayam ke piring Pamela dan berkata dengan ramah, "Moon, coba kamu cicipi ayam asam manis ini. Biasanya, aku paling menyukai hidangan ini! Rasanya sangat lezat!"Kebetulan sekali, Pamela juga menyukai ayam asam manis.Namun, hari ini dia tidak ingin memakannya, karena perasaan muak yang menyelimuti hatinya.Setelah mengucapkan terima kasih sambil tersenyum, Pamela lanjut memasukkan makanan-makanan yang biasanya tidak disukainya ke dalam mulutnya. Dia hanya ingin segera menghabiskan makannya dan mengakhiri acara makan yang tidak diharapkannya ini.Namun, karena memakan makanan yang tidak disukainya dan kehamilannya yang memengaruhi selera makannya, tiba-tiba saja Pamela merasa tidak nyaman dan ingin memuntahkan isi perutnya.Dia berusaha tetap tenang, lalu bangkit dari kursinya dan berkata, "Maaf, aku perg
Andra tahu bahwa Agam sangat teliti. Dia dapat dengan mudah menyadari masalah ....Andra berdiri, mengambil mantelnya, lalu segera keluar dari kantornya. Dia harus menjemput Pamela sendiri agar merasa tenang!...Setelah membalas pesan Andra, Pamela meletakkan ponselnya. Setelah itu, dia mengambil sendoknya dan melanjutkan makan."Jangan memaksakan diri untuk makan makanan yang nggak sesuai dengan seleramu." Kata-kata Agam sepertinya sedang mengisyaratkan sesuatu.Gerakan Pamela mengambil sayuran berhenti sejenak. Saat Pamela mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Agam, dia menemukan bahwa Agam sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak dipahami ...."Ini sesuai seleraku! Ini semua adalah sayuran yang aku pesan sendiri, bagaimana mungkin nggak menggugah selera?" kata Pamela sambil tersenyum di wajah palsunya yang penuh bekas luka.Agam mendengus dingin.Sophia mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, "Bu Moon, kamu baru saja mengatakan bahwa inspirasimu dalam mendesain Gedung P
Pamela menyesap air limun, lalu berkata, "Nona Sophia, apa aku sebagai orang yang pertama kamu temui ini harus bertanggung jawab atas kenyataan bahwa kamu nggak bisa tidur karena rasa ingin tahumu yang berlebihan? Bukankah itu terlalu aneh?"Sophia berkata sambil mengangkat bahu dan merentangkan tangannya, "Oke, oke! Karena Bu Moon nggak mau mengungkit masa lalu, aku nggak akan bertanya lagi! Ayo makan. Bu Moon, kamu makanlah yang banyak!"Saat ini, ponsel bergetar.Pamela menunduk. Dia melihat pesan lain dari Andra, "Aku sudah sampai."Setelah meletakkan air limun di tangannya, Pamela mengambil barang-barangnya dan berdiri. "Aku sudah kenyang. Temanku sudah datang menjemputku. Aku nggak akan mengganggu kalian berdua makan lagi. Sampai jumpa!"Agam tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Kemudian, Agam berkata sambil mendorong ponsel di depannya, "Moon, beri aku kontakmu?"Pamela melihat kode QR perangkat lunak di layar ponsel Agam sambil berkata, "Pak Agam, bukankah kamu memiliki alamat e
"Ya, baiklah." Andra berkata, "Lepaskanlah maskermu di dalam mobil. Kamu pasti merasa pengap mengenakan masker itu di wajahmu."Pamela memejamkan mata untuk beristirahat. Dia sedikit malas untuk bergerak. "Aku akan melepaskannya setelah kembali!"Melihat Pamela sangat lelah, Andra tidak berkata apa-apa lagi. Dia meningkatkan kecepatan mobil menuju jalan lingkar luar ....Dua jam kemudian, mereka tiba di vila jalan lingkar luar.Sepanjang perjalanan, Pamela tidur di dalam mobil. Namun, dia tetap merasa tidak nyaman. Dia mengalami mimpi buruk. Dia bermimpi Agam tidak membiarkan Pamela pergi. Dia pasti akan merebut anak Pamela.Akhirnya, Andra membangunkannya.Saat Pamela membuka matanya, dia melihat wajah Andra sangat dekat dengannya. Pamela secara naluriah mendorong Andra menjauh. "Apa yang kamu lakukan?"Andra tersenyum getir dengan ekspresi polos di wajahnya. "Kita sudah sampai. Aku memanggilmu beberapa kali, tapi kamu nggak bangun. Jadi, aku mendekat untuk membangunkanmu!"Pamela dud
Andra mengulurkan tangannya dan menjentikkan kening Pamela. "Menurutmu, alasan pribadi apa? Tentu saja itu adalah perasaanku padamu! Kalau aku berhasil mengirim kamu dan anakmu ke luar negeri, aku masih punya kesempatan! Kalau kamu dan anakmu ditemukan Keluarga Dirgantara, aku nggak akan punya kesempatan sama sekali lagi! Pamela, apakah kamu berpura-pura bodoh atau benar-benar bodoh?"Pamela mengelus dahinya yang sakit. "Haha! Kalau begitu aku menyarankanmu untuk menghilangkan kekhawatiranmu! Aku tahu kamu telah banyak membantuku dalam enam bulan terakhir ini. Selain perasaanku padamu, aku bisa memberimu apa saja."Andra menghela napas dengan rasa kasihan pada diri sendiri, lalu berkata, "Dasar bodoh! Kenapa kamu begitu gugup? Aku nggak akan memaksamu!"Bodoh adalah istilah yang sangat ambigu.Pamela merasa sedikit canggung, jadi dia berkata sambil memelototinya, "Apakah kamu sudah cukup istirahat? Kalau kamu sudah cukup istirahat, cepatlah kembali! Cahaya di lingkar luar kota di malam