Ariel mengerutkan kening dan menunduk untuk melihat ponsel Marlon yang suaranya telah dimatikan. Ada panggilan masuk dan nomor itu milik Justin si bocah itu.Ariel tidak bisa tidur dan itu agak menjengkelkan.Nggak bisakah kamu matikan saja ponselmu? Ariel berkata dengan kesal.Marlon merentangkan tangannya tanpa daya. "Bajingan kecilmu bilang aku mematikan ponselku, itu berarti aku bersalah. Dia akan melapor polisi kalau aku telah menculik dan mengurungmu, juga nggak membiarkanmu menjawab telepon. Aku nggak mau ditangkap polisi!"Ariel, "..."Bajingan kecil? Bajingan kecil gila!Ariel mengambil ponsel Marlon dan kembali ke kamarnya. Saat melihat nomor telepon itu menelepon lagi, dia bersandar di samping kasur dan menjawab panggilan itu dengan alis berkerut."Marlon! Aku sudah mencari tahu dan mereka semua bilang kamu dan Ariel tinggal bersama! Kalau kamu nggak membiarkan dia menjawab telepon, percaya atau nggak aku akan melapor polisi!"Ariel berkata dengan dingin, "Berani coba melapo
Justin berkata dengan sedih, "Tadi Marlon nggak membiarkanmu menjawab telepon dan aku sangat khawatir, jadi aku menyelinap keluar untuk mencarimu saat kakakku nggak memperhatikan. Aku nggak punya uang dan baterai ponselku hampir habis .... Kak Ariel, bisakah kamu datang dan menjemputku?"Ariel merasa sangat kesal. "Aku nggak akan menjemputmu, pulang sendiri!"Justin berkata, "Aku nggak berani pulang. Entah kenapa hari ini suasana hati kakakku sedang buruk dan aku pasti akan dihajar kalau pulang. Aku juga nggak punya uang untuk naik taksi pulang ...."Ariel benar-benar ingin menendang bocah nakal ini. "Sekarang kamu di mana? Aku akan mengutus seseorang untuk mencarimu, memberimu uang dan pesankan kamar. Besok pagi kamu bisa pulang sendiri!"Justin berkata dengan keras kepala, "Nggak mau! Aku nggak mau orang lain menjemputku! Aku mau kamu datang! Kalau kamu nggak datang, aku akan mati kedinginan di sini!"Ariel mengerucutkan bibirnya. "Kalau begitu, kamu mati beku saja!"Setelah mengatak
Penyanyi itu melihat komentar di ruang siaran langsungnya telah berubah. Dia berhenti bermain dan bernyanyi, kemudian menoleh ke arah pemuda yang menangis di siaran langsungnya. Dia meletakkan gitarnya dan berjalan mendekat untuk bertanya, "Dik, ada apa?"Justin tidak ingin terlihat menangis, jadi dia mengusap mata dengan lengannya. "Nggak apa-apa! A ... aku sedang menunggu seseorang!"Penyanyi itu agak tercengang. "Kenapa kamu menangis sambil menunggu seseorang? Apakah kamu dikecewakan oleh orang yang kamu tunggu?"Justin kesal saat mendengar ini. "Apa urusanmu? Pergi dan tinggalkan aku sendiri!"Penyanyi itu datang untuk menunjukkan kepeduliannya, tetapi malah menerima tanggapan buruk dari Justin. Penyanyi itu agak marah, tetapi dia tidak begitu memasukkannya ke dalam hati melihat Justin masih muda dan agak seperti anak kecil yang melarikan diri dari rumah."Kalau nggak punya tempat tujuan, bagaimana kalau kamu menginap di rumahku selama satu malam? Siaran langsungku akan segera bera
Justin berkata, "Oke! Aku sudah tahu! Kamu pulang dan tunggulah, aku akan mengunjungi ruang siaran langsungmu saat ada waktu!"Setelah mengatakan itu, Justin melambaikan tangan kepada penyanyi itu dengan angkuh dan masuk ke dalam kursi penumpang Ariel.Ariel memandang penyanyi itu dengan datar, kemudian berbalik dan masuk ke dalam mobil. Setelah mengenakan sabuk pengaman, dia menyalakan mobil dan berangkat.Dalam perjalanan.Justin duduk di kursi penumpang dan menegakkan kepalanya dengan angkuh. "Heh! Wanita yang bermuka dua! Dia bilang nggak peduli padaku, tapi dia tetap datang! Kalau khawatir ya katakan saja. Aku juga nggak akan mentertawakanmu!"Ariel, "..."Bocah ini meracau lagi.Ariel juga tidak mau datang. Kalau Marlon tidak menonton siaran langsung penyanyi itu dan bilang dia melihat Justin menangis di lorong bawah tanah, Ariel tidak akan pernah keluar di tengah malam.Kalau sesuatu terjadi pada Justin dan Keluarga Yanuar datang meminta pertanggungjawaban darinya, itu akan menj
Menyebutkan aliansi peretas anak-anaknya, Justin merasa malu dan menggaruk kepalanya. "Sebagian besar orang di aliansi kami adalah siswa SMA dan banyak teknik yang belum pernah kupelajari! Alangkah baiknya kalau aku cakap dalam hal ini! Kak Ariel, bantulah aku!"Ariel mencubit alisnya. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia bisa menarik seorang anak SMA seperti ini .......Hari sudah larut malam ketika Agam kembali ke rumah Keluarga Dirgantara. Hampir semua anggota keluarga sudah tertidur, kecuali beberapa pelayan yang bekerja jam malam.Pelayan itu melangkah maju dan mengambil jaket Agam. Mengetahui hari ini tuan muda baru saja kembali dari luar negeri dan mengalami jet-lag, dia bertanya, "Tuan Muda, sudah makan belum? Mau kusiapkan sesuatu untukmu?"Agam terlihat lelah. Dia melambaikan tangannya dan naik ke atas tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Memasuki ruangan, bau yang tidak asing membuat perasaan pria itu semakin rumit.Udara masih dipenuhi bau samar sampo yang biasa gadis i
Agam mengerutkan kening dan wajahnya sangat dingin. "Dia nggak keberatan, tapi aku keberatan. Sekarang turun dari kasur ini dan keluar!"Sophia mengerutkan kening dan tidak punya pilihan selain bangun dan turun dari kasur, tetapi piama yang dikenakannya agak terlalu kecil membungkus tubuhnya yang bulat dan montok.Piyama itu milik Pamela dan longgar untuk Pamela, tetapi sangat kecil untuk Sophia yang merupakan setengah dari keturunan asing bertubuh besar. Konsepnya terlihat agak seksi ....Wajah Agam tetap muram dan dia menyipitkan mata dengan dingin. "Kenapa kamu memakai bajunya?"Sophia mengangkat bahu tak berdaya dan berkata sambil merentangkan tangannya dan berkata, "Karena barang bawaanku belum dikirim! Agam, apakah kamu lupa? Aku terburu-buru saat ikut denganmu dan nggak sempat mengemasi barang-barangku ke koper! Awalnya aku ingin meminjam beberapa pakaian dari Olivia, tapi sepertinya dia nggak terlalu menyukaiku dan menolak meminjamkanku apa pun, jadi aku nggak punya pilihan sel
Sophia bersandar pada sisi balkon, lalu mengedipkan mata indahnya dan berkata, "Aku hanya mengatakan kalau! Kalau kamu nggak bisa menemukannya lagi, apa kamu akan menerima wanita lain?"Agam berkata, "Nggak ada istilah kalau."Sophia mendecakkan lidahnya dan berkata, "Kamu ini benar-benar orang yang membosankan! Aku hanya mengatakan perumpamaan, apa kamu nggak bisa membayangkan situasi itu?"Agam melirik wanita itu dan berkata, "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"Sophia menyunggingkan seulas senyum hangat dan berkata, "Maksudku .... Kalau kamu nggak bisa menemukan Nona Pamela lagi, aku bisa menemanimu menjalani hari-harimu. Lagi pula, kita sudah pernah mendaftarkan pernikahan kita di luar negeri. Kita sudah nggak asing lagi pada satu sama lain!"Memang benar, mereka sudah pernah mendaftarkan pernikahan mereka di luar negeri.Kala itu, Tomi mendesak Agam untuk menikah dengan mengatakan bahwa kalau cucunya tidak menikah, dia tidak akan bersedia menjalani operasi. Demi membujuk kake
Agam mendengus dingin dan berkata, "Menurutmu, apa sekarang aku masih bisa bercanda denganmu?"Sophia mengangkat bahunya dan berkata, "Kenapa nggak bisa? Mungkin saja Nona Pamela sudah menjalani hidupnya dengan baik bersama orang lain? Kenapa kamu perlu bersedih dan semuram ini?"Agam mengerutkan keningnya dan berkata, "Sudah, cukup! Sekarang sudah larut, kamu cari saja satu kamar dan tidur sana!"Sophia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu nggak mengizinkanku tidur di kamar ini, adikmu juga nggak bersedia menerimaku tidur di kamarnya, aku harus tidur di mana?! Dengan mempertimbangkan nasibku ke depannya, aku nggak akan tidur di kamar tamu rumahmu!"Kilatan jijik melintas di mata Agam. "Hanya kamu yang memercayai takhayul seperti itu!""Ya, benar! Aku memang memercayai hal ini! Jadi, aku nggak akan tidur di kamar tamu! Kulihat, malam ini kamu juga nggak akan bisa tidur karena memikirkan Nona Pamela, bagaimana kalau kamu membiarkanku tidur di kamarmu? Besok aku akan pergi dari sin