Justin terpojokkan di sudut oleh Ariel dan tidak bisa mundur ....Ariel jelas seorang wanita yang setengah kepala lebih pendek darinya, tetapi dia membuatnya tersipu malu dan Justin tanpa sadar menutupi dada dengan tangannya. "A ... aku nggak akan melepas pakaianku, apa yang bisa kamu lakukan padaku?"Lengkungan bibir Ariel terlihat lucu dan sinis. "Begitu polos, masih berani datang ke hotel bersamaku? Pulang saja dan cari ibumu kalau nggak bisa bermain!"Justin berada pada usia di mana harga dirinya lebih tinggi dari apa pun dan yang paling tidak bisa dia tahan adalah dipandang rendah oleh orang lain. Setelah mendengar kata-kata ini, dia tiba-tiba menjadi marah. "Cih, siapa yang kamu bilang nggak bisa bermain?"Ariel mengangkat alisnya. "Kalau bukan Yang Mulia, lantas apa itu aku? Sudahlah, pulanglah lebih awal untuk makan malam! Kalau nggak, orang tuamu akan tahu kamu datang ke tempat seperti ini dan menuduhku membawamu kemari!"Justin menolak, "Aku bukan anak kecil! Aku tidak memerl
Sampai panggilan diakhiri, Pamela tidak menanyakan apa pun tentang Agam dan Ervin tidak menyebutkan situasi tuan mudanya.Dia berpikir kalau pria itu ingin Pamela tahu, dia akan langsung tahu tanpa bertanya kepada siapa pun.Karena orang itu tidak ingin Pamela tahu, dia tidak perlu bertanya. Itu tidak menarik.Setelah mengetahuinya malam itu, Ervin datang ke pintu rumah Pamela untuk menjelaskan apa yang telah Pamela minta dia lakukan ....Kamar tidurnya tidak nyaman, jadi Pamela meminta Ervin mengikutinya ke ruang kerja Agam untuk berbicara.Di ruang kerja, Ervin berkata dengan penuh hormat dan serius, "Nyonya Muda, hari ini kamu memintaku pergi ke rumah Keluarga Yanuar untuk meminta hak asuh Tuan Muda Revan. Aku sudah pergi ke sana."Pamela duduk di kursi komputer Agam dengan malas, menyandarkan dahinya pada satu tangan dan memiringkan kepalanya. "Hm, bagaimana hasilnya?"Ervin berkata, "Tetua Keluarga Yanuar bilang kamu pernah menyebut hak asuh Tuan Muda Revan sebelumnya dan mereka t
Pamela melambaikan tangannya. "Sudahlah, kamu jangan bilang lagi. Besok pagi atur mobil dengan baik, pukul 8 akan berangkat. Selain itu, perjalanan kali ini nggak boleh kasih tahu Nenek, agar dia nggak khawatir!"Ervin masih ragu, tapi dia tidak mengelak, hanya menganggukkan kepalanya. "Baik, Nyonya.""Baiklah, kamu kerja dulu!""Ya."Setelah Ervin keluar, Pamela bersandar di kursi sambil memijat dahinya, benar-benar lelah!Sebenarnya perjalanan besok, dia bisa menyuruh Marlon urus, tapi Marlon bilang dia mau ke luar negeri untuk melakukan penelitian dan belum kembali.Dua hari ini, Ariel juga tak ada di Kota Marila, selain itu tak berarti demi hal kecil seperti ini pulang.Jadi, Ervin menjadi pilihan terbaik untuk mengatur perjalanan besok. Orang Keluarga Dirgantara menyuruhnya pergi ke Vila Pakas milik Keluarga Yanuar untuk bertamu, juga bisa menyatakan maksud dan pilihan Keluarga Dirgantara. Dengan begitu, saat membahas lebih sah, bagaimanapun juga Agam adalah wali resmi Revan, seda
Ricky tiba-tiba memanggil Pamela yang sudah pergi dengan keras.Pamela berhenti melangkah dan menoleh untuk melihatnya.Olivia tercengang, lalu melihat kakak kelas sendiri, baru melihat Pamela dengan ekspresi waspada ....Melihat Pamela tidak menjawab, Ricky bertanya dengan hati-hati, "Bisakah?"Pamela berpikir beberapa detik, lalu menganggukkan kepalanya. "Ya, boleh. Kalau begitu kita bicarakan di halaman! Di dalam ruang sangat pengap, kebetulan bisa keluar untuk cari udara segar."Ricky juga menganggukkan kepalanya. "Baik!"Kemudian, Pamela berbalik badan untuk turun bersamanya.Ketika berjalan sampai depan pintu, Ricky menoleh untuk berkata pada Olivia."Olivia, kamu antar aku sampai sini saja, jangan ikut lagi, aku mau berbicara empat mata dengan Kak Pamela."Olivia dalam hati tak senang, tapi tak berani membantah kakak kelasnya, hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan patuh, "Baiklah!"Dia hanya bisa memanyunkan bibir sambil melihat kakak kelasnya keluar bersama kakak iparnya, k
Ricky merasa dirinya terlalu ikut campur, jadi menundukkan kepala untuk menghela napas, lalu menengadahkan kepala sambil menatapnya dengan mata berbinar. "Kak Pamela, kalau ... aku bilang kalau suatu hari kamu kembali menjadi lajang, apa aku ....""Oh ya, Ricky, menurutmu bagaimana dengan Olivia?" Pamela menyela dengan mata disipitkan, seperti sudah menebak apa yang mau dia katakan, jadi segera menyela.Ricky terkejut. "Bagaimana apanya?"Pamela tersenyum. "Menurutmu bagaimana perusahaanmu?"Ricky agak kaget. "Ya ... cukup baik, kenapa?"Pamela merapatkan bibirnya. "Baguslah kalau baik. Sudah malam, aku nggak berbicara lama denganmu lagi. Sopir yang diatur Olivia sudah di depan pintu, dia akan mengantarmu pulang."Cara pengusiran yang sopan ini membuat Ricky malu, bahkan tak berani melanjutkan kata yang belum selesai ditanya, hanya bisa mengangguk dengan sopan, lalu pergi.Pamela melihat Ricky yang naik mobil, lalu kembali ke kamarnya.Pamela yang membalik langsung melihat Olivia berja
Mendengar orang itu berbicara bahasa Indonesia, orang itu langsung berbicara dengan bahasa Indonesia, "Apa kamu adalah Olivia? Kakakmu belum bangun, apa ada masalah mendadak? Perlukah aku bangunkan dia atau tunggu nanti dia meneleponmu?"Setelah mendengar orang itu memanggil namanya, Olivia langsung mengerti kalau orang itu tahu jelas kondisi kakaknya. Dia bahkan merasa suara itu agak familier, tapi dia tidak tahu siapa itu, juga tidak tahu apa itu orang yang dia kenal atau bukan.Namun, Olivia tahu dirinya tak harus berkata banyak di depan Pamela, jadi hanya berkata, "Nggak ada hal mendesak, nanti aku baru telepon!"Selesai berbicara, dia langsung menutup telepon, kemudian menengadahkan kepalanya untuk mengamati respons Pamela ....Kalau diganti dengan wanita lain, pasti di saat ini akan merebut ponselnya dan bertanya pada orang yang menelepon "siapa dia, kenapa dia bisa mengangkat telepon suaminya?" bahkan akan memarahi wanita itu!Namun, respons Pamela adalah ... tidak ada respons.
Ketika ponsel Pamela berdering, dia sedang mandi.Ponsel yang sudah tidak dicas sehari langsung mati ketika berdering sebentar.Selesai mandi, Pamela mengeringkan rambutnya. Lalu, dia mengisi daya ponselnya, juga tidak membuka ponselnya, hanya langsung tidur.Esok paginya, setelah sarapan, Pamela mencari Kakek dan Nenek untuk izin keluar dengan alasan yang membuat mereka tidak khawatir.Sebenarnya Nyonya Frida agak cemas membiarkan cucu menantunya keluar sendirian, tapi setelah melihat Ervin datang menjemputnya, dia baru tenang karena merasa Agam pasti menyuruh orang melindungi Pamela.Karena hari ini adalah akhir pekan, jadi paginya Ricky akan datang mengajari Olivia. Olivia pagi-pagi sudah berdandan cantik dan menunggu idolanya.Meskipun Olivia ingin ikut Pamela keluar karena takut Pamela terjadi apa-apa, dia tak rela meninggalkan idolanya. Setelah ragu sejenak, ditambah melihat bawahan terbaik kakaknya, Ervin menjemput Pamela. Olivia pun merasa seharusnya tak akan ada masalah kalau
Pamela merasa tidak pantas jika dia hanya bisa terus mengelilingi seorang pria setiap harinya, khawatir tidak bisa mendapatkan pria itu, tapi tetap khawatir meski sudah mendapatkan pria itu.Dia pernah berpisah dengan Agam karena kesalah pahaman yang dibuat oleh Kalana.Kali ini, Pamela tidak akan pergi tanpa mengetahui alasan yang jelas.Pamela ingin pria itu menjelaskannya di hadapannya setelah kembali. Pamela akan mendengar apa yang dia katakan dan sudah siap secara mental.Pamela merasa dirinya masih sadar, bahkan ayahnya sendiri bukanlah seorang pria baik yang setia, bagaimana mungkin Pamela bisa membayangkan bahwa ada pria di dunia ini yang akan setia pada satu wanita dan tidak akan berpindah hati?Survei sosial resmi menyatakan bahwa tingkat seorang pria berselingkuh pada saat istrinya sedang hamil sangat tinggi.Pamela selalu menganggap bahwa Agam bukanlah jenis orang yang memiliki selera rendah sebelum ini, setidaknya bukan jenis orang yang suka berubah-ubah. Tapi sekarang Pam