Pamela melambaikan tangannya. "Sudahlah, kamu jangan bilang lagi. Besok pagi atur mobil dengan baik, pukul 8 akan berangkat. Selain itu, perjalanan kali ini nggak boleh kasih tahu Nenek, agar dia nggak khawatir!"Ervin masih ragu, tapi dia tidak mengelak, hanya menganggukkan kepalanya. "Baik, Nyonya.""Baiklah, kamu kerja dulu!""Ya."Setelah Ervin keluar, Pamela bersandar di kursi sambil memijat dahinya, benar-benar lelah!Sebenarnya perjalanan besok, dia bisa menyuruh Marlon urus, tapi Marlon bilang dia mau ke luar negeri untuk melakukan penelitian dan belum kembali.Dua hari ini, Ariel juga tak ada di Kota Marila, selain itu tak berarti demi hal kecil seperti ini pulang.Jadi, Ervin menjadi pilihan terbaik untuk mengatur perjalanan besok. Orang Keluarga Dirgantara menyuruhnya pergi ke Vila Pakas milik Keluarga Yanuar untuk bertamu, juga bisa menyatakan maksud dan pilihan Keluarga Dirgantara. Dengan begitu, saat membahas lebih sah, bagaimanapun juga Agam adalah wali resmi Revan, seda
Ricky tiba-tiba memanggil Pamela yang sudah pergi dengan keras.Pamela berhenti melangkah dan menoleh untuk melihatnya.Olivia tercengang, lalu melihat kakak kelas sendiri, baru melihat Pamela dengan ekspresi waspada ....Melihat Pamela tidak menjawab, Ricky bertanya dengan hati-hati, "Bisakah?"Pamela berpikir beberapa detik, lalu menganggukkan kepalanya. "Ya, boleh. Kalau begitu kita bicarakan di halaman! Di dalam ruang sangat pengap, kebetulan bisa keluar untuk cari udara segar."Ricky juga menganggukkan kepalanya. "Baik!"Kemudian, Pamela berbalik badan untuk turun bersamanya.Ketika berjalan sampai depan pintu, Ricky menoleh untuk berkata pada Olivia."Olivia, kamu antar aku sampai sini saja, jangan ikut lagi, aku mau berbicara empat mata dengan Kak Pamela."Olivia dalam hati tak senang, tapi tak berani membantah kakak kelasnya, hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan patuh, "Baiklah!"Dia hanya bisa memanyunkan bibir sambil melihat kakak kelasnya keluar bersama kakak iparnya, k
Ricky merasa dirinya terlalu ikut campur, jadi menundukkan kepala untuk menghela napas, lalu menengadahkan kepala sambil menatapnya dengan mata berbinar. "Kak Pamela, kalau ... aku bilang kalau suatu hari kamu kembali menjadi lajang, apa aku ....""Oh ya, Ricky, menurutmu bagaimana dengan Olivia?" Pamela menyela dengan mata disipitkan, seperti sudah menebak apa yang mau dia katakan, jadi segera menyela.Ricky terkejut. "Bagaimana apanya?"Pamela tersenyum. "Menurutmu bagaimana perusahaanmu?"Ricky agak kaget. "Ya ... cukup baik, kenapa?"Pamela merapatkan bibirnya. "Baguslah kalau baik. Sudah malam, aku nggak berbicara lama denganmu lagi. Sopir yang diatur Olivia sudah di depan pintu, dia akan mengantarmu pulang."Cara pengusiran yang sopan ini membuat Ricky malu, bahkan tak berani melanjutkan kata yang belum selesai ditanya, hanya bisa mengangguk dengan sopan, lalu pergi.Pamela melihat Ricky yang naik mobil, lalu kembali ke kamarnya.Pamela yang membalik langsung melihat Olivia berja
Mendengar orang itu berbicara bahasa Indonesia, orang itu langsung berbicara dengan bahasa Indonesia, "Apa kamu adalah Olivia? Kakakmu belum bangun, apa ada masalah mendadak? Perlukah aku bangunkan dia atau tunggu nanti dia meneleponmu?"Setelah mendengar orang itu memanggil namanya, Olivia langsung mengerti kalau orang itu tahu jelas kondisi kakaknya. Dia bahkan merasa suara itu agak familier, tapi dia tidak tahu siapa itu, juga tidak tahu apa itu orang yang dia kenal atau bukan.Namun, Olivia tahu dirinya tak harus berkata banyak di depan Pamela, jadi hanya berkata, "Nggak ada hal mendesak, nanti aku baru telepon!"Selesai berbicara, dia langsung menutup telepon, kemudian menengadahkan kepalanya untuk mengamati respons Pamela ....Kalau diganti dengan wanita lain, pasti di saat ini akan merebut ponselnya dan bertanya pada orang yang menelepon "siapa dia, kenapa dia bisa mengangkat telepon suaminya?" bahkan akan memarahi wanita itu!Namun, respons Pamela adalah ... tidak ada respons.
Ketika ponsel Pamela berdering, dia sedang mandi.Ponsel yang sudah tidak dicas sehari langsung mati ketika berdering sebentar.Selesai mandi, Pamela mengeringkan rambutnya. Lalu, dia mengisi daya ponselnya, juga tidak membuka ponselnya, hanya langsung tidur.Esok paginya, setelah sarapan, Pamela mencari Kakek dan Nenek untuk izin keluar dengan alasan yang membuat mereka tidak khawatir.Sebenarnya Nyonya Frida agak cemas membiarkan cucu menantunya keluar sendirian, tapi setelah melihat Ervin datang menjemputnya, dia baru tenang karena merasa Agam pasti menyuruh orang melindungi Pamela.Karena hari ini adalah akhir pekan, jadi paginya Ricky akan datang mengajari Olivia. Olivia pagi-pagi sudah berdandan cantik dan menunggu idolanya.Meskipun Olivia ingin ikut Pamela keluar karena takut Pamela terjadi apa-apa, dia tak rela meninggalkan idolanya. Setelah ragu sejenak, ditambah melihat bawahan terbaik kakaknya, Ervin menjemput Pamela. Olivia pun merasa seharusnya tak akan ada masalah kalau
Pamela merasa tidak pantas jika dia hanya bisa terus mengelilingi seorang pria setiap harinya, khawatir tidak bisa mendapatkan pria itu, tapi tetap khawatir meski sudah mendapatkan pria itu.Dia pernah berpisah dengan Agam karena kesalah pahaman yang dibuat oleh Kalana.Kali ini, Pamela tidak akan pergi tanpa mengetahui alasan yang jelas.Pamela ingin pria itu menjelaskannya di hadapannya setelah kembali. Pamela akan mendengar apa yang dia katakan dan sudah siap secara mental.Pamela merasa dirinya masih sadar, bahkan ayahnya sendiri bukanlah seorang pria baik yang setia, bagaimana mungkin Pamela bisa membayangkan bahwa ada pria di dunia ini yang akan setia pada satu wanita dan tidak akan berpindah hati?Survei sosial resmi menyatakan bahwa tingkat seorang pria berselingkuh pada saat istrinya sedang hamil sangat tinggi.Pamela selalu menganggap bahwa Agam bukanlah jenis orang yang memiliki selera rendah sebelum ini, setidaknya bukan jenis orang yang suka berubah-ubah. Tapi sekarang Pam
Pamela duduk dengan tenang sambil menatap Kelly dan berkata sambil tersenyum, "Nyonya Kelly, kenapa kamu sangat bersemangat? Sepertinya aku nggak bilang apa pun."Kelly menjadi lebih marah saat melihat sikap santai Pamela, ucapannya barusan tidak berhasil membuat Pamela kesal, seperti anak panah yang tidak mengenai sasaran, Kelly menggertakkan giginya dengan kesal. "Pamela, jangan merasa bangga! Kamu juga nggak akan memiliki kehidupan yang baik di Keluarga Dirgantara, aku nggak percaya anggota Keluarga Dirgantara akan menghormatimu, seorang gadis liar dari kampung! Nggak lama lagi Agam akan merasa bosan denganmu dan akan mengusirmu sejauh mungkin!"Pamela tidak peduli dengan ucapan Kelly. "Terima kasih karena telah mengingatkanku, Nyonya Kelly. Mari kita bicarakan hal yang lebih penting! Kamu seharusnya sudah mengetahui maksud kedatanganku kali ini, Revan sudah nggak berguna bagimu sekarang dan kamu juga pasti merasa repot kalau Revan berada di sisimu, biarkan aku membawanya pergi dan
Kelly berkata dengan kesal setelah berpikir sejenak, "Aku akan pergi melihat anak itu sudah bangun belum, kamu tunggu di sini!"Pamela tersenyum puas. "Baik, terima kasih, Nyonya Kelly!"Kelly pergi beberapa saat dan membawa Revan.Revan menatap sekeliling dengan ketakutan, tatapan matanya berhenti saat melihat Pamela, tapi segera menggelap karena kebencian.Revan adalah anak yang rendah diri dan peka terhadap lingkungan saat berada di panti asuhan sejak kecil, tapi Pamela ingat masih ada tatapan yang penuh dengan rasa ingin tahu terhadap dunia di dalam mata Revan saat beberapa kali melihatnya sebelumnya.Sedangkan dia disiksa sampai tidak berani bertatapan dengan orang lain saat ini, anak sekecil ini malah menatap dunia dengan tatapan putus asa.Pamela teringat pada masa kecilnya dan melambaikan tangannya pada Revan. "Revan, datanglah ke sini."Tidak disangka Revan tanpa sadar melangkah mundur ke belakang, kemudian mengangkat kepalanya untuk menatap Kelly.Karena Kelly sudah membawa R
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen