Hari-hari berikutnya, Jenna selalu menghabiskan waktu makan siang untuk berbincang dengan pria bernama Victor itu. Di saat-saat itulah, Jenna merasa lebih hidup. Mereka memiliki obrolan yang menarik dan membuat Jenna nyaman, belum lagi Victor adalah pria yang sopan.
Seperti siang ini, mereka duduk berhadapan dan membahas hal-hal menarik lainnya.
"Ini," ujar George sembari berdiri dari duduknya dan berpindah tempat. Menarik kursi dan duduk, tepat di samping Jenna.
Pembawaan diri George yang santai, membuat Jenna tidak merasa risih, apalagi curiga. Saat ini, George menunjukkan sesuatu dari layar ponselnya. Sesekali, mereka berdua akan tertawa karena membahas sesuatu yang lucu.
Posisi itu, membuat seseorang yang berada di gedung seberang, menjepret begitu banyak foto.
***
Malam hari, Jenna akan makan malam di rumah bersama Leo, tanpa mengatakan apa pun.
Leo, bersedia bersabar. Walaupun, perlakuan Jenna
Acara ramah tamah, berlangsung dengan sempurna. Tidak dipungkiri kehadiran Jenna, menantu Keluarga Kim, menarik perhatian. Apalagi, rumor tentang warisan sudah tersebar luas.Namun dengan keberadaan pria bernama Victor itu, perhatian Jenna sedikit teralihkan.Hanya saja, saat tuan rumah hadir, Victor meninggalkan ruangan itu dengan alasan ada yang hendak dilakukan. Jadi, Jenna mengobrol ringan dengan Tuan dan Nyonya Zhang.Seperti biasa Yura dan dua orang pengawal, berjaga di jarak yang cukup jauh. Saat itulah, George mendekati, Yura."Bisakah kita berbicara?" tanya George.Menatap dingin, Yura berkata, "Ada apa?"Sejak pertama, Yura tidak menyukai pria bernama Victor ini. Seakan senyum lebar di wajah tampan itu, menyimpan banyak hal busuk."Tidak bisa di sini. Bisakah kita berbicara di luar?" tanya George kembali."Katakan di sini, jika ada yang ingin kamu sampaikan!" tegas Yura, yang
Di lobi hotel, Jenna melihat kedua pengawalnya ada di sana. Kedua pria bertubuh kekar itu, segera datang menghampirinya."Selamat pagi, Nyonya."Kedua pengawal menyapa, serentak."Apa yang terjadi? Hmmm, mengapa kalian berada di sini?" tanya Jenna, ragu.Kedua pengawal saling bertukar pandang dan salah seorang berkata, "Yura, meminta kami menunggu di sini. Beliau berkata, Nyonya akan menginap di hotel."Yura? Kening Jenna, mengernyit. Ia sama sekali tidak memiliki ingatan akan hal tersebut. Yang diingatnya adalah berada di toko Tuan Zhang dan minum Sampanye yang diantarkan oleh Yura. Mendadak, rasa curiga mulai tumbuh. Apakah ada sesuatu dalam minumannya? Namun, itu tidak mungkin. Apakah karena jarang minum minuman beralkohol, ia mudah mabuk."Kapan terakhir kalian bertemu dengan Yura?" tanya Jenna."Yura meninggalkan hotel pukul 2 dini hari. Katanya, ia harus kembali ke kampung, ada kerabat dekat yang me
Karena terlambat ke kantor, Jenna makan siang di perusahaan. Tidak ada Yura yang membantu, cukup membuat Jenna kewalahan.Langit sudah gelap, saat Jenna membereskan meja kerjanya. Cukup lelah, tetapi sebagian besar dokumen telah selesai ditandatangani.Mengambil tas tangan dan Jenna melangkah menuju pintu ruang kerjanya. Saat pintu dibuka, Jenna terkejut, sebab Leo berada di sana. Apakah Leo menunggunya? Mengapa suaminya itu tidak masuk? Bahkan wajah pria itu terlihat begitu lelah."Apakah kamu menungguku?" tanya Jenna.Leo, setelah menerima foto itu, ia sama sekali tidak dapat fokus dalam pekerjaannya. Walau tidak sepenuhnya percaya, tetapi itu amat mengganggu dan ia harus menunggu, agar mendapatkan kepastian."Aku akan tinggal di apartemen, banyak yang harus dipersiapkan menjelang acara ulang tahun," jelas Leo. Itu bohong, sebab hanya dengan menatap Jenna, foto-foto itu kembali terbayang di benaknya. Jadi, bagaimana
Yura begitu ketakutan, saat melihat api menyala semakin besar. Dengan kaki dan tangan yang terikat kencang, Yura berusaha mendekati putrinya."T-Tasya!""TASYA!"Yura berusaha membangunkan putrinya, tetapi sia-sia. Tasya, sama sekali tidak bergeming.Pondok yang tertutup rapat, membuat asap begitu cepat memenuhi ruangan sempit ini. Masih mencoba membangunkan putrinya, Yura berteriak begitu kencang. Jika ia sendirian, maka memiliki kesempatan untuk pergi. Namun, tidak mungkin baginya, untuk meninggalkan putrinya sendiri.Bernapas, menjadi sulit dilakukan. Mata begitu perih, karena asap yang semakin tebal. Suhu udara semakin meningkat, begitu panas, membuat seluruh tubuh Yura menjadi lemas. Menatap putrinya dengan berlinang air mata, Yura berkata, "Maafkan, Ibu. Ibu akan membayar semua ini, di kehidupan berikutnya."Tubuh Yura terkulai di atas tubuh, putrinya. Api melahap satu sisi tembok pondok dan menjalar ke bagian lain, b
Di persimpangan jalan, ada kecelakaan. Jadi, jalur masuk ke jalan yang dilalui mobil Jenna, terhalang.Benci dan marah, itulah yang dirasakan oleh Leo. Rasa bersalah yang melilitnya, sirna. Apa pun yang terjadi, ia harus membalas perlakuan Jenna kepadanya. Ia akan membalas, berkali-kali lipat.Begitu juga dengan Jenna. Ia memang sudah membenci pria itu, tetapi sekarang semakin benci. Bahkan kepura-puraan pria itu hanya bertahan dalam hitungan hari. Ya, Jenna sama sekali tidak tahu, mengenai keberadaan foto-foto itu. Sama sekali, tidak tahu.Air mata mengaburkan pandangan Jenna, ia bahkan tidak mendengar segala peringatan Paman Bong, yang berada di kursi penumpang bagian belakang. Jalanan sepi, membuat Jenna tidak sadar, bahwa mobil sudah melaju begitu kencang.Saat itulah, seekor kucing melompat keluar dari bahu jalan.Jenna, walaupun yakin ia tidak lagi seperti dulu. Namun, sifat asli seseorang sulit diubah. Sedari du
Jenna terbangun, dengan tubuh yang tersentak kuat, akibat terkejut. Seakan baru saja, ia terjatuh dari tebing yang tinggi.Kali ini, keadaan sekitar begitu sepi dan kembali, pandangannya gelap gulita. Mencoba menenangkan debar jantung yang menggila, karena ketakutan, Jenna mencerna apa yang terjadi.Mulailah dirasakan bagian tubuhnya. Kedua kaki dapat digerakkan, tetapi begitu sakit dan tidak leluasa. Begitu juga dengan kedua tangannya. Jenna mencoba menggeser tubuhnya, tetapi itu langkah yang salah. Ia begitu kesakitan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Sepertinya ada tulang yang patah.Jenna dapat mendengar langkah kaki mendekat dan pintu dibuka, semua terdengar begitu jelas."Anda sudah siuman?" tanya seseorang yang baru melangkah masuk."S-Siapa k-kamu?" tanya Jenna dengan suara serak."Saya adalah perawat di rumah sakit King. Minumlah sedikit, itu akan membuat tenggorokan Anda lebih baik," uja
Begitulah kehidupan Jenna, kembali terpuruk di titik terendah. Hatinya membeku, kemalangan seakan menyatu dengan dirinya."Apakah kamu baik-baik saja?"Jenna tahu, suara siapa itu. Itu ibu mertuanya, pertanyaan itu dilontarkan dengan nada penuh rasa cemas. Wajar ibu mertuanya merasa seperti itu, tentu saja ia tidak akan ikhlas jika warisan yang diterima Jenna, berakhir dengan disumbangkan.Jenna tidak menjawab pertanyaan itu, ia hanya duduk diam, mematung."Aku memperkerjakan seorang perawat, untuk mendampingi dirimu. Matamu buta, tentu akan sulit melakukan sesuatu," jelas Rosa yang melangkah masuk bersama seorang perawat. Perawat itu, dipekerjakan oleh Rosa dan semua hal yang berkaitan dengan Jenna, harus dilaporkan kepadanya."Selamat siang, Nyonya. Saya Maya, perawat Anda," sapa wanita paruh baya, yang dipekerjakan oleh Rosa.Jenna, tidak bergeming."Abaikan sikapnya itu, memang ia tidak pe
Seperti biasa, malam ini Leo pulang dalam keadaan mabuk. Hanya saja, ia tidak langsung tidur. Semenjak Jenna pulang dari rumah sakit, Leo tidak lagi tinggal di apartemen. Ia memutuskan untuk kembali ke kediaman dan menempati kamar utama, bersama dengan Jenna. Walaupun, itu selalu membuat emosi dan gairahnya tersulut, secara bersamaan.Setelah berpesta dan bercinta dengan wanita tadi, Leo tahu yang diinginkan adalah Jenna, bukan wanita yang mirip dengan istrinya itu.Tidak lagi terlalu mabuk, Leo melangkah ke dalam kamar yang remang dan menuju sisi ranjang, di mana Jenna terlelap. Duduk di sisi ranjang dan menatap cukup lama, wajah istrinya.Leo mengangkat tangan dan membelai sisi wajah Jenna. Tentu ia masih marah dan belum memaafkan wanita itu. Namun, jika kali ini Jenna tidak menolaknya, maka Leo mungkin akan mengesampingkan kenyataan pahit itu.Setelah tangannya membelai wajah Jenna, Leo membungkukkan tubuh dan mendekatkan wajahn