Di persimpangan jalan, ada kecelakaan. Jadi, jalur masuk ke jalan yang dilalui mobil Jenna, terhalang.
Benci dan marah, itulah yang dirasakan oleh Leo. Rasa bersalah yang melilitnya, sirna. Apa pun yang terjadi, ia harus membalas perlakuan Jenna kepadanya. Ia akan membalas, berkali-kali lipat.
Begitu juga dengan Jenna. Ia memang sudah membenci pria itu, tetapi sekarang semakin benci. Bahkan kepura-puraan pria itu hanya bertahan dalam hitungan hari. Ya, Jenna sama sekali tidak tahu, mengenai keberadaan foto-foto itu. Sama sekali, tidak tahu.
Air mata mengaburkan pandangan Jenna, ia bahkan tidak mendengar segala peringatan Paman Bong, yang berada di kursi penumpang bagian belakang. Jalanan sepi, membuat Jenna tidak sadar, bahwa mobil sudah melaju begitu kencang.
Saat itulah, seekor kucing melompat keluar dari bahu jalan.
Jenna, walaupun yakin ia tidak lagi seperti dulu. Namun, sifat asli seseorang sulit diubah. Sedari du
Jenna terbangun, dengan tubuh yang tersentak kuat, akibat terkejut. Seakan baru saja, ia terjatuh dari tebing yang tinggi.Kali ini, keadaan sekitar begitu sepi dan kembali, pandangannya gelap gulita. Mencoba menenangkan debar jantung yang menggila, karena ketakutan, Jenna mencerna apa yang terjadi.Mulailah dirasakan bagian tubuhnya. Kedua kaki dapat digerakkan, tetapi begitu sakit dan tidak leluasa. Begitu juga dengan kedua tangannya. Jenna mencoba menggeser tubuhnya, tetapi itu langkah yang salah. Ia begitu kesakitan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Sepertinya ada tulang yang patah.Jenna dapat mendengar langkah kaki mendekat dan pintu dibuka, semua terdengar begitu jelas."Anda sudah siuman?" tanya seseorang yang baru melangkah masuk."S-Siapa k-kamu?" tanya Jenna dengan suara serak."Saya adalah perawat di rumah sakit King. Minumlah sedikit, itu akan membuat tenggorokan Anda lebih baik," uja
Begitulah kehidupan Jenna, kembali terpuruk di titik terendah. Hatinya membeku, kemalangan seakan menyatu dengan dirinya."Apakah kamu baik-baik saja?"Jenna tahu, suara siapa itu. Itu ibu mertuanya, pertanyaan itu dilontarkan dengan nada penuh rasa cemas. Wajar ibu mertuanya merasa seperti itu, tentu saja ia tidak akan ikhlas jika warisan yang diterima Jenna, berakhir dengan disumbangkan.Jenna tidak menjawab pertanyaan itu, ia hanya duduk diam, mematung."Aku memperkerjakan seorang perawat, untuk mendampingi dirimu. Matamu buta, tentu akan sulit melakukan sesuatu," jelas Rosa yang melangkah masuk bersama seorang perawat. Perawat itu, dipekerjakan oleh Rosa dan semua hal yang berkaitan dengan Jenna, harus dilaporkan kepadanya."Selamat siang, Nyonya. Saya Maya, perawat Anda," sapa wanita paruh baya, yang dipekerjakan oleh Rosa.Jenna, tidak bergeming."Abaikan sikapnya itu, memang ia tidak pe
Seperti biasa, malam ini Leo pulang dalam keadaan mabuk. Hanya saja, ia tidak langsung tidur. Semenjak Jenna pulang dari rumah sakit, Leo tidak lagi tinggal di apartemen. Ia memutuskan untuk kembali ke kediaman dan menempati kamar utama, bersama dengan Jenna. Walaupun, itu selalu membuat emosi dan gairahnya tersulut, secara bersamaan.Setelah berpesta dan bercinta dengan wanita tadi, Leo tahu yang diinginkan adalah Jenna, bukan wanita yang mirip dengan istrinya itu.Tidak lagi terlalu mabuk, Leo melangkah ke dalam kamar yang remang dan menuju sisi ranjang, di mana Jenna terlelap. Duduk di sisi ranjang dan menatap cukup lama, wajah istrinya.Leo mengangkat tangan dan membelai sisi wajah Jenna. Tentu ia masih marah dan belum memaafkan wanita itu. Namun, jika kali ini Jenna tidak menolaknya, maka Leo mungkin akan mengesampingkan kenyataan pahit itu.Setelah tangannya membelai wajah Jenna, Leo membungkukkan tubuh dan mendekatkan wajahn
Hari-hari, dilewati dengan begitu lambat. Terkadang, Jenna berharap ia mati. Jika ia mati, maka semua ini tidak lagi perlu dijalani. Hanya saja, rasa benci tidak mengizinkannya.Setelah kehilangan indera penglihatan, indera pendengarannya menjadi lebih tajam.Jenna dapat mendengar langkah kaki yang masih jauh dari kamarnya dan tahu, siapa itu.Itu adalah langkah kaki ibu mertuanya.Pintu kamar dibuka dan Rosa yang begitu bahagia, berkata, "Maya, pastikan Nyonya butamu itu, tidak meninggalkan kamar. Hari ini, aku mengundang beberapa orang sahabat dan aku tidak mau, wanita buta itu mempermalukan diriku!""Baik, Nyonya," jawab Maya, sopan.Lalu, pintu kamar dibanting oleh Rosa, saat meninggalkan kamar itu.Jenna tahu, keberadaannya semakin tidak diperhitungkan. Namun, selama ia masih bernapas, maka kesempatan untuk membalas dendam pasti ada.Maya, di hadapan Rosa adalah perawat yang kompet
Digendong begitu saja, membuat Jenna langsung memeluk leher suaminya itu, saat takut terjatuh.Melangkah masuk ke dalam kamar, Leo mendudukkan Jenna di sisi ranjang."Duduk diam di sana!" perintah Leo dan meninggalkan Jenna sendirian.Kedua tangan Jenna yang berada di atas pangkuan, saling bertautan. Ia tahu, pasti Leo marah. Namun, seharusnya pria itu bertanya apa penyebabnya. Hanya saja, Jenna yakin pria itu tidak akan peduli.Jenna duduk diam di sana, tidak bergerak. Ia tidak ingin mencari masalah dengan Leo. Ia dapat berkelahi dengan ibu mertuanya itu, tetapi tidak dengan Leo.Pintu kamar dibuka dan Leo melangkah masuk.Leo meletakkan nampan di atas ranjang, tepat di samping Jenna. Lalu, melepaskan jas dan menggulung lengan kemejanya.Dari suara setiap gerakan, Jenna tahu Leo melepaskan jas dan saat ini berada tepat di hadapannya. Dari hembusan napas dan kehangatan tubuh Leo, yang dirasaka
Raut wajah Rosa, menghitam. Mendengar bahwa kedatangan Logan adalah untuk menemui Jenna, membuatnya merasa begitu cemburu. Namun, sesaat kemudian Rosa mulai tersenyum. Ya, hubungannya dengan Logan sudah tidak begitu baik dan ia, tidak ingin semakin memperburuk."Jenna ada di kamarnya, mari aku antar," balas Rosa dan melangkah pergi, diikuti oleh Logan yang menggandeng tangan putrinya.Tok tok tok!Rosa mengetuk pintu, sebelum membukanya."Jenna, Logan dan Anastasya datang menjengukmu," ujar Rosa, datar."Masuklah kalian, aku akan meminta pelayan mengantarkan teh," ujar Rosa kembali, kali ini kepada Logan.Jenna yang duduk di sudut ranjang, mengangkat wajahnya. Tubuhnya tersentak, saat merasakan bagaimana Anastasya yang berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Kehangatan pelukan gadis kecil itu, menggetarkan jiwanya yang membeku."Bibi, apakah mata Bibi masih sakit?" tanya Anastasya, sambil meng
Jenna, mendorong Logan dan mundur dua langkah. Di sela tangisannya, Jenna berkata, "Jangan datang menemuiku lagi! Aku yakin, kau tahu betapa sulitnya aku melewati semua ini. Jadi, aku mohon, aku butuh waktu dan apa yang terjadi saat ini, tentu terjadi dengan izin dariku. Tolong, jangan temui aku lagi. Jangan bawa Anastasya menemuiku lagi, aku tidak mau melukai perasaannya.""Apakah harus seperti ini?" tanya Logan, lirih.Jenna, mengangguk kencang untuk menjawab pertanyaan itu.Logan, terdiam untuk sesaat, sebelum berkata, "Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini. Mengapa aku datang menemuimu dan melakukan sejauh ini. Aku tidak tahu pasti, alasannya. Yang pasti, ini bukan karena rasa iba!"Setelah mengucapkan kalimat itu, baik Logan maupun Jenna, terdiam."Jika itu keinginanmu, maka akan aku penuhi. Namun, jika kamu tidak lagi mampu bertahan, jangan lupa aku akan selalu ada untukmu," ujar Logan, kemudian berbalik pergi, meninggalk
Hari-hari kembali berlalu dengan lambat. Keberadaan Jenna, tidak lagi diperhitungkan dalam kediaman. Dianggap tidak ada, lebih baik bagi Jenna. Hari ini, ia memiliki jadwal kontrol ke rumah sakit. Biasanya, Maya si mantan perawat yang menemaninya, tetapi saat ini perawat itu sudah dipecat.Mandi dan berganti pakaian, dilakukan sendiri. Jenna yang berada di ruang ganti, mulai memilih pakaian. Menyentuh kain dan tahu itu adalah gaun yang mana. Setelah berganti pakaian, Jenna berjalan ke arah pintu kamar. Semenjak buta, ia tidak butuh ponsel atau apa pun, bahkan ia tidak tahu apakah tas tangannya masih ada atau tidak. Pergi ke rumah sakit, Jenna tidak perlu membayar, sebab ia terdaftar sebagian anggota keluarga jajaran direksi.Membuka pintu kamar, tangan Jenna mulai meraba-raba."Hendak pergi ke rumah sakit?"Suara itu, membuat Jenna menghentikan langkah dan mengangguk."Aku akan mengantarmu," ujar Leo."Tidak per
Minggu demi minggu, berlalu. Lima bulan kembali dilewati, setelah mereka berpisah.Jenna, membuka toko bunga kecil di daerah puncak, di mana ia memilih untuk memulai kehidupan barunya. Hidup sederhana, dengan para tetangga yang penuh perhatian, membuatnya mulai dapat tersenyum. Walaupun, dalam hatinya seakan ada lubang yang tidak mampu ditutup sampai sekarang ini.Pagi ini, banyak jenis bunga yang masuk ke toko. Daerah puncak, juga merupakan tempat wisata. Bunga-bunga indah ini, selalu menarik minat wisatawan yang datang dan penginapan, serta restoran di daerah ini. Awalnya, Jenna tidak yakin apakah dapat hidup dengan mengandalkan dari bunga-bunga yang dijualnya. Namun, kenyataannya bisa, bahkan ia memiliki tabungan saat ini.Yang tidak diketahui Jenna adalah Leo, selalu memperhatikan dan menjaganya, dari jauh. Hotel dan restoran besar di daerah puncak ini telah dibeli olehnya dan semua keperluan bunga, diperintahkan untuk dibeli pada toko mili
Tidak lama, wanita itu tiba dengan dikawal oleh beberapa orang polisi. Wajah itu masih terlihat begitu angkuh, bahkan tidak ada tersirat rasa bersalah sama sekali."Ah, pasangan suami istri yang harmonis," ejek Anya, saat melihat keberadaan Leo dan Jenna."Pembunuh!" seru Jenna."Pembunuh? Apakah kamu memiliki bukti?" ejek Anya kembali."Kau–""Aku tidak akan menjawab pertanyaan apa pun! Tunggu pengacara keluargaku tiba dan beliau yang akan berbicara, mewakili diriku!" ujar Anya, memotong ucapan Leo.Ya, Anya yakin ia akan terbebas dari masalah ini. Keluarganya kaya dan tidak ada rencana pembunuhan yang diperintahkan olehnya. Tidak ada!Jenna yang berang, mulai melangkah dan melepaskan tangan Leo, yang berusaha menghentikannya.Tiba di hadapan Anya, Jenna pun berkata, "Mengapa kamu melakukan semua itu? Apakah aku memiliki kesalahan pada dirimu?""Ck ck ck! Pengacara ku berp
"Kamu sudah bangun?" tanya Leo, pelan.Jenna yang baru terbangun, melihat ke sekeliling ruangan dan tatapannya kembali tertuju pada Leo yang duduk di sisi ranjang, tepat di sampingnya."Di mana ini?" tanyanya dengan suara tercekat.Leo tidak menjawab, ia membantu Jenna untuk duduk dan bersandar di sandaran ranjang.Menggeser duduknya lebih dekat, tangan Leo menyelipkan rambut Jenna ke belakang telinga."Kita menginap di penginapan terbagus di daerah perkemahan Bukit Utara. Besok, kita harus menghadiri upacara pemakaman untuk Yura dan putrinya," jelas Leo, singkat. Padahal, begitu banyak hal yang harus diurus, terkait penemuan jenazah itu.Jenna menatap ke arah jendela dan langit sudah gelap."Istirahatlah," pinta Leo. Ia tahu, Jenna pasti ingin kembali ke tempat itu."Biarkan pihak kepolisian bekerja. Kita tidak dapat melakukan apapun, jika berada di sana. Lagipula, setiap ada kab
Leo menutup layar laptop dan menggenggam tangan Jenna, seraya berkata, "Untuk kali ini, izinkan aku melakukan segalanya. Kamu cukup tetap berada di sisiku dan melihat."Lalu, Leo menarik tangan Jenna dan mereka berdua berjalan keluar dari ruang kerja. Di depan, Rosa dan Lulu masih menunggu dengan penasaran."Jangan berani masuk ke ruang kerja!" tegas Leo, ditujukan pada ibu tirinya itu. Kemudian lanjut melangkah dengan Jenna berada dalam gandengannya.Di depan kediaman, Leo membukakan pintu mobil untuk Jenna.Jenna melangkah masuk dan duduk. Leo membungkuk dan membantu memasangkan sabuk pengaman."Apakah kamu akan baik-baik saja duduk di sini?" tanya Leo, menatap wajah Jenna yang berada begitu dekat. Ia bertanya, sebab teringat akan kejadian terakhir kali saat menemani istrinya itu ke rumah sakit.Jenna mengangguk dan berkata, "Bisakah kita segera menemukan Yura?""Kita akan menemukannya. Aku berjanji!" j
Kembali ke ruang kerja, Jenna mulai mengerjapkan mata berulang kali. Walaupun sudah dapat melihat, tetapi terkadang pandangannya akan kabur, jika terlalu lelah.Ah, mengapa begitu bodoh? Bukankah ia hanya perlu menemukan file terbaru. Mengedit penyimpanan berdasarkan tanggal, maka file terbaru semua berada pada bagian paling atas.Jenna, membeku saat melihat file teratas, di sana tertera tanggal di saat ia terbangun di hotel dan saat Yura pergi. Selain itu, waktu yang tertera adalah pukul 10 malam.Memberanikan diri, Jenna membuka file itu, tepatnya rekaman video.Yura, terlihat di rekaman video itu. Wajahnya menunjukkan rasa takut dan penyesalan.[Nyonya, maafkan aku. Tapi, tapi aku melakukan ini, karena mereka menahan putriku. Setelah aku berhasil mendapatkannya putriku kembali, maka aku akan menjelaskan dan membersihkan nama Nyonya. Aku bersumpah!][Pria itu, nama aslinya adalah George Smith dan, dan ia beker
Jenna, membuka pintu kamar dengan perlahan. Kediaman sudah sepi, sebab para pelayan sudah beristirahat.Dengan jantung yang terus berdebar tidak menentu, Jenna melangkah ke arah ruang kerja. Perlahan, membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk, tidak lupa untuk segera menutup pintu.Ruangan gelap, hanya sinar rembulan lembut yang menerobos kaca jendela, menerangi remang ruangan itu. Namun, itu cukup dan Jenna segera berjalan ke arah meja kerja besar, yang diatasnya terdapat sebuah laptop.Menarik dan membuang napas beberapa kali, barulah Jenna mendekati perangkat itu. Mungkin saja, flashdisk ini tidak berisi hal penting, tetapi insting mengatakan berbeda. Ia yakin, ada sesuatu yang penting di dalamnya.Pintu ruang kerja terbuka, tepat di saat Jenna hendak menyambungkan flashdisk ke perangkat itu. Spontan, Jenna menarik tangannya menjauh dan menyembunyikan flashdisk itu dalam genggamannya.Leo, baru saja tiba di kedi
Suasana hati yang buruk, membuat Leo segera kehilangan kesabaran. Dengan kasar, Leo menepis tangan Logan yang mencengkeram kerah kemeja dan melayangkan satu tinju, tepat ke wajah sang paman.BUKKK!Leo tidak lagi peduli dengan status Logan, yang adalah pamannya sendiri. Pukulan itu, membuat tubuh Logan terpental ke belakang dan terjatuh di atas lantai.Leo tidak berhenti di sana, ia pun langsung melompat ke atas tubuh Logan dan kembali meluncurkan satu pukulan tepat ke wajah pamannya itu. Tentu, Logan membalas.Keributan langsung terjadi dan itu menarik perhatian seluruh tamu yang ada di dalam pub, termasuk dengan para karyawan.Tidak butuh waktu yang lama beberapa petugas keamanan berbadan kekar, langsung melerai mereka. Tidak peduli dengan status mereka, para petugas keamanan langsung melemparkan mereka berdua keluar dari pub.Baik Leo maupun Logan, tubuh mereka berdua terjatuh di atas aspal dengan cukup keras. Seti
"Selamat tinggal."Itulah ucapan Paman Bong yang didengar Jenna, sebelum ia terbangun dari mimpi.Napas memburu dan wajah basah, karena air mata yang masih mengalir deras. Memeluk dirinya sendiri begitu erat, Jenna berusaha menenangkan diri. Ia tahu itu adalah mimpi dan semua, masih terasa begitu nyata.Kesedihan, melanda jiwa. Butuh waktu cukup lama, untuk menghentikan tangisan dan menenangkan diri. Jenna yang mulai tenang, membalikkan tubuh dan tidur telentang. Napasnya sudah kembali normal, hanya saja perasaannya masih begitu kacau.Membuka mata dan seperti biasa, disambut oleh kegelapan. Hanya saja, ini terasa lain. Ia dapat melihat cahaya rembulan yang lembut. Cahaya yang menerobos masuk, dari celah-celah tirai dan membuat Jenna dapat melihat langit-langit kamar.Apakah ia mendapatkan keajaiban? batin Jenna. Rasa takut dan antusias, menggantikan rasa sedih yang dirasakan tadi. Perlahan, ia bangkit dan turun dari ranjang
Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara. Jenna, memastikan tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Entah perlakuan Leo tulus, atau hanya pura-pura, ia tidak lagi memikirkan hal tersebut. Kebahagiaan, bukanlah sesuatu yang pantas dimiliki. Itulah yang diyakini oleh Jenna.Kembali ke kediaman, Jenna melakukan aktivitas seperti biasanya.Leo, mendatangkan seorang perawat profesional untuk mendampingi, tetapi Jenna langsung menolak. Ia yakin, perawat itu hanya akan memata-matai dan melaporkan segala sesuatu kepada Leo, sama seperti Maya, perawat yang diperkerjakan oleh ibu mertuanya.Dengan berat hati, Leo menyetujui penolakan Jenna dan meminta sang perawat untuk pergi.Jenna semakin menutup diri. Ia hanya akan berbicara saat ditanya, itu pun hanya satu atau dua kata yang diucapkan.***Hari demi hari, kembali berlalu. Leo semakin kesulitan, mendekati Jenna. Wanita itu akan memintanya pergi, jika ia datang mengh