Jenna, mendorong Logan dan mundur dua langkah. Di sela tangisannya, Jenna berkata, "Jangan datang menemuiku lagi! Aku yakin, kau tahu betapa sulitnya aku melewati semua ini. Jadi, aku mohon, aku butuh waktu dan apa yang terjadi saat ini, tentu terjadi dengan izin dariku. Tolong, jangan temui aku lagi. Jangan bawa Anastasya menemuiku lagi, aku tidak mau melukai perasaannya."
"Apakah harus seperti ini?" tanya Logan, lirih.
Jenna, mengangguk kencang untuk menjawab pertanyaan itu.
Logan, terdiam untuk sesaat, sebelum berkata, "Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini. Mengapa aku datang menemuimu dan melakukan sejauh ini. Aku tidak tahu pasti, alasannya. Yang pasti, ini bukan karena rasa iba!"
Setelah mengucapkan kalimat itu, baik Logan maupun Jenna, terdiam.
"Jika itu keinginanmu, maka akan aku penuhi. Namun, jika kamu tidak lagi mampu bertahan, jangan lupa aku akan selalu ada untukmu," ujar Logan, kemudian berbalik pergi, meninggalk
Hari-hari kembali berlalu dengan lambat. Keberadaan Jenna, tidak lagi diperhitungkan dalam kediaman. Dianggap tidak ada, lebih baik bagi Jenna. Hari ini, ia memiliki jadwal kontrol ke rumah sakit. Biasanya, Maya si mantan perawat yang menemaninya, tetapi saat ini perawat itu sudah dipecat.Mandi dan berganti pakaian, dilakukan sendiri. Jenna yang berada di ruang ganti, mulai memilih pakaian. Menyentuh kain dan tahu itu adalah gaun yang mana. Setelah berganti pakaian, Jenna berjalan ke arah pintu kamar. Semenjak buta, ia tidak butuh ponsel atau apa pun, bahkan ia tidak tahu apakah tas tangannya masih ada atau tidak. Pergi ke rumah sakit, Jenna tidak perlu membayar, sebab ia terdaftar sebagian anggota keluarga jajaran direksi.Membuka pintu kamar, tangan Jenna mulai meraba-raba."Hendak pergi ke rumah sakit?"Suara itu, membuat Jenna menghentikan langkah dan mengangguk."Aku akan mengantarmu," ujar Leo."Tidak per
Berusaha mengabaikan keberadaan Jenna, Leo tetap memejamkan mata sampai mereka tiba di rumah sakit.Begitu mereka sampai dan taksi berhenti, Leo langsung membuka mata dan turun dari taksi.Merapikan jas dan menarik membuang napas berulang-ulang, sebelum membantu Jenna turun dari taksi."Mau aku gendong?" tanya Leo, berusaha memecahkan ketegangan yang dirasakan."TIDAK!" seru Jenna langsung dan berjalan lebih cepat.Leo yang menggandeng lengan Jenna, turut mempercepat langkahnya.Kehadiran Leo, Tuan Muda Kim, menarik perhatian. Apalagi selama ini, pria itu tidak pernah mendampingi sang istri.Di dalam ruang praktek dokter, pemeriksaan dilakukan. Jenna menurut dengan setiap perintah sang dokter dan tidak mengajukan pertanyaan apa pun.Seperti biasa, hasil pemeriksaan bagus dan dokter hanya meresepkan suplemen."Dokter, segera jadwalkan transplantasi untuk istriku," peri
Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara. Jenna, memastikan tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi. Entah perlakuan Leo tulus, atau hanya pura-pura, ia tidak lagi memikirkan hal tersebut. Kebahagiaan, bukanlah sesuatu yang pantas dimiliki. Itulah yang diyakini oleh Jenna.Kembali ke kediaman, Jenna melakukan aktivitas seperti biasanya.Leo, mendatangkan seorang perawat profesional untuk mendampingi, tetapi Jenna langsung menolak. Ia yakin, perawat itu hanya akan memata-matai dan melaporkan segala sesuatu kepada Leo, sama seperti Maya, perawat yang diperkerjakan oleh ibu mertuanya.Dengan berat hati, Leo menyetujui penolakan Jenna dan meminta sang perawat untuk pergi.Jenna semakin menutup diri. Ia hanya akan berbicara saat ditanya, itu pun hanya satu atau dua kata yang diucapkan.***Hari demi hari, kembali berlalu. Leo semakin kesulitan, mendekati Jenna. Wanita itu akan memintanya pergi, jika ia datang mengh
"Selamat tinggal."Itulah ucapan Paman Bong yang didengar Jenna, sebelum ia terbangun dari mimpi.Napas memburu dan wajah basah, karena air mata yang masih mengalir deras. Memeluk dirinya sendiri begitu erat, Jenna berusaha menenangkan diri. Ia tahu itu adalah mimpi dan semua, masih terasa begitu nyata.Kesedihan, melanda jiwa. Butuh waktu cukup lama, untuk menghentikan tangisan dan menenangkan diri. Jenna yang mulai tenang, membalikkan tubuh dan tidur telentang. Napasnya sudah kembali normal, hanya saja perasaannya masih begitu kacau.Membuka mata dan seperti biasa, disambut oleh kegelapan. Hanya saja, ini terasa lain. Ia dapat melihat cahaya rembulan yang lembut. Cahaya yang menerobos masuk, dari celah-celah tirai dan membuat Jenna dapat melihat langit-langit kamar.Apakah ia mendapatkan keajaiban? batin Jenna. Rasa takut dan antusias, menggantikan rasa sedih yang dirasakan tadi. Perlahan, ia bangkit dan turun dari ranjang
Suasana hati yang buruk, membuat Leo segera kehilangan kesabaran. Dengan kasar, Leo menepis tangan Logan yang mencengkeram kerah kemeja dan melayangkan satu tinju, tepat ke wajah sang paman.BUKKK!Leo tidak lagi peduli dengan status Logan, yang adalah pamannya sendiri. Pukulan itu, membuat tubuh Logan terpental ke belakang dan terjatuh di atas lantai.Leo tidak berhenti di sana, ia pun langsung melompat ke atas tubuh Logan dan kembali meluncurkan satu pukulan tepat ke wajah pamannya itu. Tentu, Logan membalas.Keributan langsung terjadi dan itu menarik perhatian seluruh tamu yang ada di dalam pub, termasuk dengan para karyawan.Tidak butuh waktu yang lama beberapa petugas keamanan berbadan kekar, langsung melerai mereka. Tidak peduli dengan status mereka, para petugas keamanan langsung melemparkan mereka berdua keluar dari pub.Baik Leo maupun Logan, tubuh mereka berdua terjatuh di atas aspal dengan cukup keras. Seti
Jenna, membuka pintu kamar dengan perlahan. Kediaman sudah sepi, sebab para pelayan sudah beristirahat.Dengan jantung yang terus berdebar tidak menentu, Jenna melangkah ke arah ruang kerja. Perlahan, membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk, tidak lupa untuk segera menutup pintu.Ruangan gelap, hanya sinar rembulan lembut yang menerobos kaca jendela, menerangi remang ruangan itu. Namun, itu cukup dan Jenna segera berjalan ke arah meja kerja besar, yang diatasnya terdapat sebuah laptop.Menarik dan membuang napas beberapa kali, barulah Jenna mendekati perangkat itu. Mungkin saja, flashdisk ini tidak berisi hal penting, tetapi insting mengatakan berbeda. Ia yakin, ada sesuatu yang penting di dalamnya.Pintu ruang kerja terbuka, tepat di saat Jenna hendak menyambungkan flashdisk ke perangkat itu. Spontan, Jenna menarik tangannya menjauh dan menyembunyikan flashdisk itu dalam genggamannya.Leo, baru saja tiba di kedi
Kembali ke ruang kerja, Jenna mulai mengerjapkan mata berulang kali. Walaupun sudah dapat melihat, tetapi terkadang pandangannya akan kabur, jika terlalu lelah.Ah, mengapa begitu bodoh? Bukankah ia hanya perlu menemukan file terbaru. Mengedit penyimpanan berdasarkan tanggal, maka file terbaru semua berada pada bagian paling atas.Jenna, membeku saat melihat file teratas, di sana tertera tanggal di saat ia terbangun di hotel dan saat Yura pergi. Selain itu, waktu yang tertera adalah pukul 10 malam.Memberanikan diri, Jenna membuka file itu, tepatnya rekaman video.Yura, terlihat di rekaman video itu. Wajahnya menunjukkan rasa takut dan penyesalan.[Nyonya, maafkan aku. Tapi, tapi aku melakukan ini, karena mereka menahan putriku. Setelah aku berhasil mendapatkannya putriku kembali, maka aku akan menjelaskan dan membersihkan nama Nyonya. Aku bersumpah!][Pria itu, nama aslinya adalah George Smith dan, dan ia beker
Leo menutup layar laptop dan menggenggam tangan Jenna, seraya berkata, "Untuk kali ini, izinkan aku melakukan segalanya. Kamu cukup tetap berada di sisiku dan melihat."Lalu, Leo menarik tangan Jenna dan mereka berdua berjalan keluar dari ruang kerja. Di depan, Rosa dan Lulu masih menunggu dengan penasaran."Jangan berani masuk ke ruang kerja!" tegas Leo, ditujukan pada ibu tirinya itu. Kemudian lanjut melangkah dengan Jenna berada dalam gandengannya.Di depan kediaman, Leo membukakan pintu mobil untuk Jenna.Jenna melangkah masuk dan duduk. Leo membungkuk dan membantu memasangkan sabuk pengaman."Apakah kamu akan baik-baik saja duduk di sini?" tanya Leo, menatap wajah Jenna yang berada begitu dekat. Ia bertanya, sebab teringat akan kejadian terakhir kali saat menemani istrinya itu ke rumah sakit.Jenna mengangguk dan berkata, "Bisakah kita segera menemukan Yura?""Kita akan menemukannya. Aku berjanji!" j