“Tamara, untuk kali ini kau harus mengalah dengan adikmu.”
“Ibu aku ingin gaun ulang tahunku jelek, aku gaun milik kak Tamara.”“Tapi ibu, gaun ini Tamara yang pilih Tamara suka dengan gaun ini bu.”“Tamara, gaunnya untuk Queen saja yah, nanti kamu pakai gaun punya Queen. Kasihan Queen.”....“Ibu ayah, Queen juga mau jadi juara satu disekolah.”“Kalau begitu belajar yang rajin yah seperti kak Tamara.”“Tapi Queen tidak bisa seperti kak Tamara.”“Tamara, mulai sekarang kamu yang harus mengerjakan tugas sekolah Queen. Kasihan Queen dia tidak bisa terus – terus belajar karena takutnya kelelahan.”“Tapi ayah, Tamara juga ada banyak tugas sekolah.”“Tugas sekoalh Queen lebih penting, pokoknya ayah tidak mau tahu mulai sekarang tugas sekolah Queen kamu yang kerja sama juga kamu harus bantu Queen saat ujian. Kasihan Queen ingin dapat juara satu di sekolah.”....“Tamara, kamu itu adalah kakak. Jadi kamu harus mengalah pada Queen.”“Kak Tamara jahat ayah, dia tidak mau mengalah padaku.”“Ibu, aku ingin boneka kelinci milik Tamara, aku tidka suka dengan boneka ku. Boneka milik ku jelek”“Ayah, aku ingin sepatu cantik milik kak Tamara, sepatu milikku jelak aku tidak suka.”“Kak Tamara kenapa harus dapat nilai yang tinggi sih, kenapa kak Tamara gak jadi bodoh aja disekolah biar aku bisa dapat nilang yang tinggi.”“Kak Tamara kok banyak yang suka sih disekolah, kak Tamara tidak boleh seperti itu. Kak Tamara egois, pokoknya kakak harus jadi orang jahat aku gak suka kalau teman – teman disekolah semuanya suka sama kak Tamara.”“Kak Tamara jangan terlalu dekat dengan kak Damian, aku gak suka.”....“Tamara, jangan buat ayah marah. Kamu itu kakak harus mengalah dengan adik.”“Tamara, kamu jangan egois. Kasihan adik kamu Queen.”“Kak Taamara jangan mau bahagia sendiri lah, aku ini adik jadi kak Tamara gak boleh lebih baik dari aku.”“Kak Tamara harus mengalah sama aku.”“Kamu harus mengalah Tamara.”“Tamara jangan serakah.”“Tamara pikirkan juga perasaan adikmu.”“Tamara jangan jadi jahat, pentingkan adikmu.”Ada begitu banyak seruan yang terus memanggil – manggilnya, bayang – bayang kemarahan, tangisan dan bentakan semuanya tertuju padanya.Nafas yang tidak teratur dan keringat dingin mulai membasahi pelipis hingga seluruh badan, ia berusaha lepas dari itu semua. Badannya kaku dan tidak bisa digerakkan, juga orang – orang itu mulai mendekatinya dengan wajah yang begitu menakutkan sambil terus menyerukannya.”“Mengalah Tamara.”“Mengalah Tamara.”“Mengalah Tamara.”Ia tak dapat menghindari itu, ia ingin lari, ia tidak tahan dengan ini semua, ia begitu takut.“Aaaarrrkkkkkkk…….”Ketakutan dan terkejut keduanya bercampur hebat, hawa dingin seakan meresap kedalam tubuhnya. Tanpa ia sadari, ia sudah menangis sejak tadi. Matanya sembab dan wajah serta seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin, yang ia pikir hanyalah mimpi.Tamara mengusap wajahnya dan berusaha untuk menenangkan dirinya yang masih begitu terkejut dan ketakutan dengan semua kenyataan yang ia alami kembali terulang dalam mimpi buruk itu. Begitu sangat menakutkan, ia tidak menyangka jika akan kembali melalui masa – masa itu yang sama sekali tidak ia bayangkan akan semengerikan.Ia beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk sekedar membilas wajahnya dengan air yang mungkin akan sedikit mengurangi efek mimpi buruknya tadi.Jika dipikir – pikir lagi, Tamara memang sedari dulu selalu mengalah demi Queen dan terkesan sangat tidak adil baginya. Dan entah kenapa kejadian yang terjadi beberapa tahun yang lalu kembali terulang didalam mimpinya.Tamara menlihat wajahnya dicermin dan kembali mengasihani dirinya sebagai anak yang sedari kecil tidak pernah sedikitpun merasakan yang namanya cinta dan kasih sayang dari orang tuanya. Setelah semua yang ia lakukan, ia korbankan, semuanya semata – mata untuk kebahagian Queen.Meskipun ia tahu jika apa yang telah dilakukan kedua orang tuanya sangalah tidak adil dan seakan pilih kasih, namun Tamara tak mampu berbuat banyak selain dengan menuruti segala permintaan kedua orang tua dan keinginan adiknya.Tamara menghembuskan nafas kasar lalu setelahnya ia berjalan keluar dari kamar, berniat untuk mengambil minum di dapur. Rasanya ia seperti habis melakukan aktifitas lomba lari sampai ia bisa selelah dan tenaganya terkuras banyak. Padahal dua jam yang lalu ia berniat untuk sekedar mengistiratkan tubuhnya saja yang sedikit kelelahan akibat efek kehamilannya yang sudah menginjak usia empat bulan.Sekarang pun mungkin sudah menunjukkan waktu larut malam, suasana rumah begitu sunyi karena pekerja rumah lainnya sudah beristirahat dan mungkin Damian juga sudah pulang dari kantor.Tamara menekan saklar lampu yang berada diruang tengah itu untuk pencahayaannya menuju dapur, namun bersamaan dengan pencahayaan lampu yang menerangi sedikit ruang itu, Tamara menyaksikan sesuatu yang seharusnay tidak ia lihat.Dua orang itu, Queen dan Damian tengah bercumbuh mesrah diatas sofa ruang keluarga. Tak ada yang seling menyadari di antara mereka bertiga, semuanya berlalu sampai mereka bisa saling bertatapan seperti saat ini.Sekejab Tamara menatap sepasang kekasih itu, sambil otaknya yang masih terus berusaha memproses apa yang baru saja ia lihat. Belum lagi ia bisa melupakan mimpi buruknya beberapa menit yang lalu sekarang batin dan fisiknya lagi – lagi menyaksikan adegan tak senonoh yang dilakukan dua orang itu.Tamara tertawa kecil setelah sepenuhnya sadar bahwa apa yang telah dilihatnya adalah suatu yang nyata dan benar – benar terjadi. Setelah bangun dari mimpi buruk, kini ia harus menghadapi kenyataannya yang lebih buruk.Tamara berjalan menuju dapur sesuai dengan tujuan awalnya tadi tanpa mempedulikan Queen dan juga Damian yang kini tengah sibuk memperbaiki penampilan mereka yang begitu kacau. Entah seperti apa yang telah mereka lalui tadi, sebelum Tamara menekan saklar lampu itu.“Aku akan pulang.”“Perlu aku antar, ini sudah malam.” Ujar sang pria kepada sang wanita.Queen menganguk pelan. “Aku bisa pulang sendiri dengan taksi, sungguh aku tidak enak dengan kak Tamara.”Setelah memastikan penampilannya sudah terlihat baik, Queen meraih tasnya dan berjalan menuju pintu depan. Damian yang tidak tega melihat sang kekasih pulang sendiri dimalam yang sudah larut ini lantas bergegas menyusul sang kekasih. Dan Tamara menjadi saksi bagaimana khawatirnya dan begitu sayangnya Damian kepada adiknya itu.Tamara meletakakn gelas kosong bekas air mineral yang baru saja ia minum untuk meredakan dahaganya. Ia berjalan menuju pintu depan dan bisa ia lihat disana, mobil pribadi Damian meninggalkan halaman rumah. Segera ia menutup pintu dan berjalan berniat untuk kembali ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti tepat didepan sofa yang menjadi tempat dua orang itu memadu kasih.Seperti biasa di hari pagi – pagi sebelumnya Tamara sudah akan memulai aktifitasnya di dapur membuat sarapan dibantu dengan beberapa pelayan lain. Kehidupanya terus berjalan sebagai seorang istri yang tak pernah di anggap oleh suaminya, tepatnya hari ini pernikahan mereka sudah berjalan empat bulan. Namun tiada yang berubah sama sekali, yang ada hanya keduanya semakin mengacuhkan satu sama lain. Kedua suami istri itu seakan memiliki kehidupan mereka masing – masing, apa lagi sekarang Tamara resmi bekerja sebagai seorang guru di taman kanak- kanak yang tak jauh dari rumah. Tamara menyajikan nasi goreng buatannya di atas kedua piring lalu kemudian meletakkan di atas meja makan, juga disana Damian sudah duduk dan menunggu sarapannya. Pelayan yang menyaksikan interaksi mereka berdua hanya bisa diam dan menatap miris kedua majikannya ini yang bersikap seperti orang asing. Makan berdua di meja makan namun tak ada sedikit pun pembicaraan yang dapat menjembatangi terjadi sebuah interaksi kec
“Kandungan anda baik – baik saja, dia sehat.”Tamara menatap haru gambaran bayinya di layar monitor sana, setiap kali ia melihatnya hatinya seakan menerima sebuah sentuhan. Sentuhan yang begitu tulus sampai Tamara tak mampu untuk menahan rasa bahagia campur haru dalam hatinya.Tamara dengan cepat menghapus air matanya setelah dokter itu berbalik padanya dan berpura – pura tampak terlihat biasa saja, padahal raut wajah bahagia tiada tara diwajahnya itu terlihat begitu jelas percuma saja ia sembunyikan seperti itu.“Anda tidak perlu malu – malu seperti itu, justru ini adalah hal yang wajar. Lagi pula wanita mana yang tidak akan bahagia jika mengetahui bayi dalam kandungannya tumbuh dengan baik dan sehat. Saya malah senang jika anda terlihat menjaganya dengan baik.” Ujar dokter itu sambil tersenyum melihat Tamara.Tamara mulai beranjak dan kembali merapikan penampilannya. “Suami anda tidak pernah datang menemani anda yah, padahal saya berharapnya suami anda juga bisa datang dan melihat
Tak lama pelayan datang dengan membawa kursi yang sama dan meletakkannya di antara nyonya Diego dan Gabriella adik dari pada Damian. Itu semuanya berkat Tuan Marlon yang tidak enak hati membiarkan menantunya berdiri sementara anggota keluarga yang lain tengah duduk nyaman.“Tamara, ayah dan semua anggota keluarga lainnya mengra jika kau tidak akan hadir malam ini.” Ujar Marlon pada Tamara saat melihat dan bernafas lega karena menantunya itu sudah mendapatkan kursi yang sama dengan anggota keluarga lainnya.Tamara tersenyum tipis. “Aku juga tidak tahu, aku di undang atau tidak di acara makan malam keluarga ini. Saya mohon maaf kepada semuanya karena keterlambatan saya atau mungkin kedatanagn saya yang secara tiba – tiba mengganggu acara makan malam yang hangat ini.”Tamara megutarakan permohonan maafnya di hadapan semua orang, namun taka da satu pun yang mengubris itu. semuanya seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukan Tamara.Nenek Hanna hanya bisa menghela nafas kasar, ia tahu si
Awalnya ingin naik taksi saja, tapi orang yang tengah asik mengemudi sambil mendengarkan siaran radio begitu memaksa ingin mengantarku pulang. Aku ingin menolak tapi juga tidak ingin berbuat jahat dengan menolak niatan tulusnya itu, karena mau bagaimana pun dialah orang yang memaksaku untuk pergi.Aku sudah tidak ingin mengingat apa saja yang terjadi dan aku lalui beberapa menit yang lalu setelah aku pergi meninggalkan rumah. Maka dari itu aku menghabiskan waktuku selama diperjalanan dengan terus melihat arah luar, pemandangan kota yang indah karena dihiasi oleh daun – daun yang banyak berguguran juga dengan orang – orang yang menikmati malam bersama.Aku terlalu menikmati semua hal indah yang aku lihat sampai tidak menyadari jika pipiku ini sudah basah karena air mata yang terus berjatuhan, angin malam terus menerpa wajahku dan aku sangat menikmati itu.Dua kali bola mata pria itu melirik pada cermin mobilnya untuk memastikan wanita yang duduk diam dibelakang, ternyata memang bukan h
Dengan kesibukanku sekarang yang sebagai seorang guru di taman kanak, senang rasanya aku bisa berinteraksi dengan banyak orang utamanya dengan anak – anak manis dengan rasa kaingintahuan mereka. Aku senang karena diriku mampu untuk menyesuaikan dengan mereka, rasanya berinteraksi dengan anak – anak dan mengajarkan mereka banyak hal perlahan membuatku sedikit melupakan betapa beratnya hidup yang aku jalani. Aku mungkin percaya dengan apa yang pernah aku dengar jika bahagia itu kita sendirilah yang ciptakan. Sekarang aku jadi banyak teman, yah meskipun mereka semua anak – anak. Tapi bersama mereka aku jadi lebih leluasa, ceria dan bersemangat. Aku menutup pintu ruangan kelas setelah waktu jam pembelajaran selesai, anak – anak yang lain pun semuanya sudah dijemput oleh orang tua mereka masing – masing. Menghabiskan waktu dengan bermain dan belajar bersama anak – anak sedikit menguras tenagaku, belum lagi jika salah satu diantara mereka ada yang menangis terkadang satu anak bisa memeng
Sebagai manusia kita hanya selalu punya rencana dan memilih jalan keman akita akan pergi, tapi terkadang apa yang kita rencanakan terjadi tidak seperti apa yang telah pikirkan seperti apa jadinya nanti. Seperti saat ini aku dan seorang gadis kecil yang sedang nyamannya tertidur pulas di dekatku tengah menaiki bus yang akan mengantarkan kami berdua ketaman bermain. Aku dengan senang hati membiarkan gadis kecil itu tidur dengan bersandar ditubuhku, bahkan aku berbuat agar gadis tetap tertidur nyenyak. Dia begitu puas bermain denganku diwahana permain yang ada dipusat perbelanjaan mewah dan aku membiarkannya bermain apa pun yang dia sukai. Memang seperti ini yah rasanya mempunya seorang putri yang manis seperti Narumi, melihatnya tidur saja hati seakan jauh lebih tenang. Kurasa ini mungkin adalah salah satu alasan mengapa ibunya begitu menyanyangi putrinya. Selama diperjalanan aku terus memandangi wajah Narumi yang begitu tenang, gadis kecil keturunan jepang ini begitu manis dan baik h
Sang nenek melirik sang cucu yang terlihat gelisah, rasa tak nyaman terlihat jelas di wajahnya. Jarak membentang diatara posisi mereka, setelah beberapa bulan tidak pernah bertemu dengan sang cucu. Tapi setelah bertemu hari ini ia melihat beberapa sedikit perubahan di diri cucunya itu.“Ingin pulang yah, sudah mulai nyaman dirumah kalian?” “Apa kurang jelas, aku lelah dan ingin segara pulang.” Sarkas Tamara.Nenek Hanna tersenyum tipis, dia suka ketegasan dari cucunya itu. “Padahal nenek pikir kau sudah tidak ada rumah untuk pulang.”Cukup!!! Tamara sudah tidak tahan dengan nenek Hanna yang terus saja bertele – tele dengannya. Karenanya perasaan baik dan ceria yang tadi ia rasakan perlahan – lahan memudar, apa lagi dengan nenek Hanna yang terus saja berkata – kata seakan tengah menyinggung segala kesedihannya.“Nenek tidak tahu apa pun tentang diriku dari dulu sampai dengan sekarang. Sekarang pun aku sudah punya kehidupanku sendiri, nenek sendiri kan yang dulu bilang seperti itu pad
“Nona hari ini pulang dari jam biasanya, nona ada pekerjaan lain yah tadi?” Bibi Harry adalah orang yang paling awal menyambut saat aku pulang kerumah, selalunya dia bertanya tentang bagaimana pekerjaanku hari ini dan apakah aku merasa baik dalam menjalaninya. Sebelumnya tidak ada orang yang memperlakukan aku seperti itu, bahkan pada bibi pengasuhku dulu tak melakukan sama seperti apa yang bibi Harry lakukan.Jika bukan bibi Harry aku mungkin akan sepenuhnya melalui kehidupanku yang begitu kesepian dirumah ini.“Nona pasti lelah karena bekerja seharian, lain kali nona tidak perlu begitu keras sekarang kan kandungan nona sudah membesar takutnya nanti terjadi apa – apa.” Bahkan dia mengkhawatirkan aku dan juga kandunganku, yang bahkan tak satu pun anggota keluarga yang mau menghawatirkanku seperti itu. Karena bibi Harry aku jadi bisa merasakan sedikit bagaimana rasanya dikhawatirkan oleh orang lain.“Bibi tahu, tadi itu aku bepergian dengan seorang teman baru.” Ujar sambil menetap bib
Prangg!!!Suara bising terdengar ruang kamar rumah sakit itu, perawat yang berada disana dengan buru keluar setelah meliat dokter mereka marah dan membanting kotak makanan itu ke lantai.“Kamu gila!!” Marahnya pada wanita yang duduk itu.“Kamu tahu kan, makanan selain dirumah sakit itu tidak boleh untuk pasien. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin makanan itu sehat atau tidak dan kamu memberikannya pada pasien yang sedang sakit.” Lanjutnya lagi.Tamara hanya terdiam mendengar amukan Queen padanya, saat tadi ia sedang menyuapkan makan makan untuk nenek Hanna Queen tiba – tiba masuk melihatnya dan membanting kotak makan itu.“Sekarang kamu pergi!!” Ujar Queen sembari menunjuk kea rah pintu.“Pergi!! Aku bilang, aku akan kasih tahu ibu dan ayah kalau kamu berani mengganggu nenek.”Tamara tak ada pilihan lain, meskipun Queen langcang padanya tapi saat ini ia tidak ada kekuatan untuk membalas Queen. Ia beranjak mematuhi Queen yang memintanya untuk segera keluar, namun tangan nenek Hanna
“Apa maksudnya tadi itu?” Satu pertanyaan dari rentetan pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh Damian pada sang isteri, layaknya seorang isteri yang tertangkap basah berselingkuh oleh suaminya Tamara hanya bisa diam dengan posisinya duduk di sofa sementara Damian berdiri mengintrogasi dirinya.“Kamu pergi dengan laki – laki lain, apa menurutmu itu baik? Kamu mau mempermalukan aku lagi, mempermalukan keluarga kita lagi?”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami bertemu di taman dan dia berbaik hati mengantarkan aku pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan.” Jelas Tamara.“Tapi kenapa harus bersama dia, selama ini juga kamu selalu memesan taksi. Apa kamu tidak tahu siapa Kenzo itu, kalau ada ada media yang melihat kalian bersama menurutmu akan seperti apa reaksi mereka. Posisi kamu sekarang ini adalah sebagai seorang isteri, isteriku.” Damian.Tamara menganguk puas dengan itu, tak ingin lagi berlama – lama ia segera perlahan beranjak dari duduknya. Tak ingin terus mendengar
“Apa ini, kamu melukis calon bayimu?” Tamara lantas berbalik melihat seseorang itu yang tak lain adalah Kenzo.“Kamu.”Kenzo tersenyum melihat Tamara, ia sudah tahu jika wanita hamil itu akan terkejut melihatnya. Bagamana tidak terkejut jika ia secara tiba – tiba datang dan menanyakan soal lukisannya.“Kupikir siapa wanita hamil yang duduk sendiri dibawah pohon.” Ujar Kenzo.“Bukan urusanmu, lagi pula untuk apa kamu disini. Ingin menggangguku?” Sembur Tamara mendengus kesal pada Kenzo.“Tadinya sedang lari sore dan tak sengaja melihatmu disini. Aku tidak ganggu lo yah, aku cuna bertanya tentang lusikanmu itu. Tidak kusangka kalau kau pandai melukis, kau pasti seorang seniman.” Jelas Kenzo.“Bukan urusanmu.” Ucap Tamara berbalik, ia enggan untuk mempedulikan Kenzo apa lagi ia bertanya tentang lukisan bayi kecil yang dibuatnya. Kenzo menarik nafas dan menghembuskannya, cukup menguras mental berbicara dengan Tamara. Apa karena mereka sebelumnya tidak pernah berinteraksi, waktu masih se
“Dia adalah salah satu guru yang sempat bengajar disini selama tiga bulan, sekarang ia mengajukan cuti dengan alasan kondisi kehamilannya yang semakin tua. Namun kami belum menerima kejelasan apakah ia akan kembali mengajar atau tidak.” Jelas seorang pria tua yang merukan kepala taman kanak – kanak.Pria itu mengaguk puas sambil membolak balikkan berkas mengenai ibu guru Tamara, tentu ada rasa kepuasan tersediri baginya setelah mengatahui dengan jelas bahwa Tamara adalah salah satu guru ditaman kanak – kanak ini.“Baiklah, kurasa itu cukup.” Ujarnya dengan mengembalikkan berkas itu kepada kepala taman kanak – kanak.“Apa ada saran dari anda tuan, anda kan sekarang adalah pemilik sah taman kanak – kanak ini.”“Aahh tidak, kau urus saja sendiri.”*** Sore hari yang cerah itu sekitar pukul 15:33, Tamara keluar dari rumah dengan menenteng keranjang kecil entah apa yang ia bawa. Setelah bermapitan kepada bibi Harry, Tamara langsung saja berjalan keluar dari gerbang rumahnya menghampiri mo
Pintu lift hotel terbuka untuk seorang pria yang sudah menunggu disana, sejenak ia me melihat arlojinya dan memutuskan untuk masuk kedalam lift bersama dengan asisten pribadinya.“Apa jadwal hari ini?” Tanya pada sang asisten wanitanya.Mendengar atasannya menanyakan jadwal dengan sigap wanita itu membuka tabnya dan mengecek jadwal untuk hari ini.“Pagi ini jam 09:00 kita akan menghadiri taman kanak – kanak untuk peresmian bagunan baru disana.”Pria bernama Ammanuel Kenzo Algatra itu kembali melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 08:10 pagi, baru ingat jika ia akan meresmikan gedung baru untuk taman kanak – kanak yang dibangun oleh keluarganya dan itu juga salah satu alasan mengapa Kenzo kembali ke negara ini.Pintu lift terbuka lagi untuk orang yang akan turun menuju lantai bawah, namun yang membuat alisnya terankat dan tersenyum tipis adalah seorang pria yang ia kenal disana bersama dengan seorang wanita yang memeluk lengan si pria. Pria yang tak lain adalah Damian Frendrick
Damian PovAku melirik arlogiku dan sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah waktunya jam kerja selesai melihat juga area parkiran sudah banyak yang kosong dan hanya ada beberapa mobil saja. Kantor yang pada jam awal begtu adat dan sibuk dengan pekerjaan masing – masing karyawan, kini terasa begitu senyap dengan langkah kakiku bersama Erlando terdengar begitu nyaring menyentuh lantai.Beberapa langkah aku melewati beberapa bagian kantor menuju ruanganku, terdengar juga suara seperti entakal heels seorang wanita. Aku yang akan mengarah ke kiri dan dia yang sebaliknya, bertemulah aku dengan wanita yang sudah dua minggu ini kami tidak ernah bertukar kabar.“Damian!!”Aku sedikit terkejut dan merasa hangat sekaligus saat merasakan nyamannya pelukan dari wanita itu, wanita bernama Queensha Nathallya Noa kekasihku, cintaku.Aku melepaskan pelukan kami dan beralih menatapnya dengan senang, melihat wajahnya yang lucu dan polos super menggemaskan ini membuat perasaanku perlahan membaik. Waj
Queen menatap tajam penuh kebencian pada kakaknya yang sudah berjalan jauh darinya, ia merasa kesal karena sampai sekarang Tamara masih saja bisa terlihat kuat padanya. Padahal ia begitu ingin melihat Tamara memujanya dan menghormatinya, tapi justru Tamara semakin membangkang padanya bahkan bersikap kurang hajar padanya seperti tadi.Tidak!! Queen tidak bisa terima dirinya diperlakukan seperti itu, ia mau semu orang memujanya dan mencintainya termasuk Tamara harus bisa tunduk patuh tak berdaya dihadapannya. Tidak bisa dibiarkan jika seperti ini terus, Tamara harus mengambil tindakan yang lebih keras lagi agar ia bisa membuat Tamara menangis dan memohon padanya. Harus lebih keras lagi dibanding dengan malam pesta itu. Tapi mengingat Tamara, pikiran Queen jadi terbesit dengan Damian.Sekarang ia jadi penasaran apa yang pria itu lakukan dan dimana pria itu sekarang, belakangan ini komunikasi mereka tidak berjalan dengan baik. Akhir – akhir ini mereka jarang sekali berkomunikasi, terakhir
Keduanya berbalik kesumber suara laki – laki yang kini telah berada di dekat mereka berdua, dengan santainya tersenyum dan menyapa mereka.“Senang bisa bertemu kembali dengan anda tuan George,” Salamnya.Vladimir lantas mengalihkan perhatiannya pada sosok pria yang kini menyapa dengan penuh hormat, Ammanuel Kenzo Algatra.”Vladimir terbelalak senang melihat sosok partner bisnis itu, tanpa menunggu lama ia langsung membalas uluran tangan dan menyapanya kembali. “Ooohhh hahahaha….. Algatra, rupanya anda juga menhadiri acara saya, saya pikir yang akan datang hanya orang perwakilan anda. Saya benar – benar tidak menyangkan.”Diam, kaku dan dingin.Begitulah reaksi Damian saat melihat seseorang yang baru saja muncul dihadapannya ini, Ammanuel Kenzo Algatra. Ia masih begitu jelas mengingat wajah orang itu, orang yang dulu begitu ia benci dan sekarang kini mereka kembali bertemu.Kenzo diam – diam menyunggingkan senyuman dan mengedipkan mata jahil pada orang yang ada didekatnya ini, memang t
Queen menatap kagum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin meja riasnya, setelah tadi ia merasa kesal dengan ibunya ia pun memutuskan untuk segera bersiap sebelum waktunya ia pergi ke rumah sakit. Penampilannya yang feminim memang tidak pernah gagal, tak heran jika ia bisa mencapai tingkat popularitas sebagai anak pengusaha terkenal di kota ini. Bahkan tak banyak orang yang merasa iri dengannya karena hidupnya yang begitu SEMPURNA, memang selalu sempurna dimana ia bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Dan hal itu akan terus ia pertahankan dan tidak akan pernah ia sia – siakan.Queen beranjak dari meja riasnya dan melangkah keluar dari kamar, ia melihat jika suasana rumahnya sudah sepi dan hanya ada pelayan yang sedang bekerja itu artinya sekarang ibunya sudah tidak berada dirumah.Queen sedikit berdecak kesal padahal ia sangat berharap jika ibunya itu tetap berada dirumah dan menunggunya keluar dari kamar untuk meminta maaf langsung padanya. Suasana hatinya jadi sediki buru