“Apa maksudnya tadi itu?” Satu pertanyaan dari rentetan pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh Damian pada sang isteri, layaknya seorang isteri yang tertangkap basah berselingkuh oleh suaminya Tamara hanya bisa diam dengan posisinya duduk di sofa sementara Damian berdiri mengintrogasi dirinya.“Kamu pergi dengan laki – laki lain, apa menurutmu itu baik? Kamu mau mempermalukan aku lagi, mempermalukan keluarga kita lagi?”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami bertemu di taman dan dia berbaik hati mengantarkan aku pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan.” Jelas Tamara.“Tapi kenapa harus bersama dia, selama ini juga kamu selalu memesan taksi. Apa kamu tidak tahu siapa Kenzo itu, kalau ada ada media yang melihat kalian bersama menurutmu akan seperti apa reaksi mereka. Posisi kamu sekarang ini adalah sebagai seorang isteri, isteriku.” Damian.Tamara menganguk puas dengan itu, tak ingin lagi berlama – lama ia segera perlahan beranjak dari duduknya. Tak ingin terus mendengar
Prangg!!!Suara bising terdengar ruang kamar rumah sakit itu, perawat yang berada disana dengan buru keluar setelah meliat dokter mereka marah dan membanting kotak makanan itu ke lantai.“Kamu gila!!” Marahnya pada wanita yang duduk itu.“Kamu tahu kan, makanan selain dirumah sakit itu tidak boleh untuk pasien. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin makanan itu sehat atau tidak dan kamu memberikannya pada pasien yang sedang sakit.” Lanjutnya lagi.Tamara hanya terdiam mendengar amukan Queen padanya, saat tadi ia sedang menyuapkan makan makan untuk nenek Hanna Queen tiba – tiba masuk melihatnya dan membanting kotak makan itu.“Sekarang kamu pergi!!” Ujar Queen sembari menunjuk kea rah pintu.“Pergi!! Aku bilang, aku akan kasih tahu ibu dan ayah kalau kamu berani mengganggu nenek.”Tamara tak ada pilihan lain, meskipun Queen langcang padanya tapi saat ini ia tidak ada kekuatan untuk membalas Queen. Ia beranjak mematuhi Queen yang memintanya untuk segera keluar, namun tangan nenek Hanna
Gracelya Tamara Noa Itulah aku seorang gadis yang kehidupannya hanya ada rasa sakit dan kekecewaan. Aku hidup bersama dengan ayah, ibu dan juga adikku, ayahku bernama Arzano Alexander Noa seorang milliader dengan segala bisnis besar dimana – mana. Orang – orang mungkin berpikir bahwa hidupku ini sangalah bahagia.Setiap kali mereka mengatakan seperti itu, aku selalu tersenyum miris, bahkan tak jarang aku merasa marah dan tidak terima mereka mengatakan hal seperti itu. aku sungguh benci orang – orang yang seakan begitu tahu tentang kehidupan yang aku jalani, tanpa mereka pernah berpikir mulut, hati dan pikiran mereka sungguh melukai hati seseorang.Kadang pula aku membenci tuhan akan takdir yang ia berikan padaku, takdir yang seakan aku tidak boleh bahagia, aku tidak bisa dicintai tidak boleh mencintai dan tidak dapat merasakan kasih sayang. Apalah arti hidup tanpa semua itu, hidup namun rasa seakan mati.“Tamara!!!”Gerakan penaku berhenti sebelum aku menyelesaikan satu kata yang aku
Seorang pria denga setelan jas rapih berwarna hitamnya terlihat sedang memandangi arloji dipergelangan tangannya untuk kesekian kalinya jika dihitung – hitung, tangannya begitu gelisah mengusap bagian wajahnya sedari tadi. Orang dengan seguang kesibukan seperti dia ini memang tidak pantas dibuat menunggu seperti ini, seperti kata pepatah waktu adalah uang. Sangat pas untuk seorang pebisnis seperti dia ini. “Maaf yah, karena dia membuatmu menunggu seperti ini.” Pria itu menatap seorang wanita yang duduk tak jauh darinya dengan sorotan mata yang seakan mengmpat sial dengan siatuasi yang ia hadapi sekarang. “Aku baru saja menghubungi Arzano da-“ “Maaf membuatmu menunggu.” Tanpa mengubrisku pria bertubuh jangkung itu langsung saja berdiri dari duduknya, sikapnya itu sangat memperlihatkan jika saja ia Sudha begitu sangat kesal. “Karena dia sudah datang, jadi langsung saja perlihatkan semua yang paling terbaik disini.” Wanita kepala butik itu langsung sigap bergegas bersama dengan kar
Cahaya matahari dimusim semi pagi itu perlahan mulai memasuki ruang kamar lewat celah – celah dan jendela kaca yang terbuka lebar tirainya, suasana pagi itu sangat damai sekali bunga- bunga mulai bermekaran karena mendapat energi dari cahaya matahari serta burung – burung kecil berkicauan seakan tengah beryanyi gembira untuk menyambut pagi. Sangat nyaman untuk semua orang bersantai sambil menikmati secangkir kopi atau teh hangat untuk memulai hari, tapi berbeda dengan suasana yang terjadi di Villa keluarga Noa ada saat itu. begitu sibuk mengurus segala persiapan dari acara sakral yang beberapa menit lagi akan segera dimulai. Tamara menatap datar pantulan dirinya dicermin meja rias itu dengan beberapa penata rias dibelakang yang begitu sibuk untuk mempercantik dirinya. Sedari tadi para penata rias itu tiada hentinya berdecak kagum melihat dirinya dan mengatakan bahwa Tamara begitu sangat cantik, seperti layaknya seorang putri. Tamara sangat tidak suka mendengar mereka berkata seperti
Memang sudah tidak ada yang bisa Tamara lakukan untuk ia bisa terlepas dari semua ini, karena kenyataanya sekarang ia tengah berdiri tapt didepan altar dengan mengenggam sebuket bunga putih yang akan menjadi simbol dari suci dan sakralnya acara pernikahannya ini, dibelakang sana sudah dihadiri banyaknya tamu undangan dari pihak keluarga Noa dan keluarga Diego juga dari kalangan kolage bisnis keluarga mereka. Seperti yang dikatakan neneknya tadi Tamara harus bisa tersenyum dihadapan semua orang, sama halnya dengan anggota keluarga lain yang terlihat tersenyum bahagia namun sebenarnya dibalik senyum bahagia mereka itu terdapat rasa marah dan tidak suka yang sangat besar. Karena bagaimana pun yang merea inginkan adalah Queen, adiknya yang seharusnya di posisi Tamara. Tamara berjalan menuju altar dengan didampingin oleh ayahnya, bisa ia lihat bagaimana tampannya Damian di sana yang sudah menunggunya. Sekejab Tamara terpukau dengan ketampanan calon suaminya itu, memang sudah momen inilah
Pagi hari itu seorang wanita sudah begitu sibuk bergulat dengan berbagai peralatan dapur, ikut bebaur dengan beberapa pelayan disana. “Nona tidak perlu repot – repot seperti ini, biar saya saja yang menyiapkan sarapan pagi.” Ujar Harry pada sang majikan. “Jika bibi tidak keberatan bibi bisa membantu saya atau pun menyuruh pelayan lain, karena saya tidak dapat berhenti dari pekerjaan yang sedang saya lakukan.” Balas Tamara dengan begitu fokusnya menyusun beberapa toping di atas lapisan roti itu.” “Tapi bagaimana jika tuan muda keberatan.” “Pria itu tidak akan pernah peduli dengan apa yang saya lakukan, jadi tidak perlu khawatir.” Ucap Tamara dengan melempar senyuman pada Harry. Melihat majikannya itu yang tetap kekeuh dengan pendiriannya, Harry tidak dapat berbuat apa pun selain dengan ikut membantu sang majikan seperti apa yang diperintahkan. Namun siapa sangka jika jika majikannya itu begitu telaten memotong segala bahan yang dibutuhkan dan menyusunnya dengan rapih. Seperti jik
Ditengah suasana hangatnya kebersamaan keluarga yang tengah menikmati sarapan pagi di meja makan mereka, seketika berubah saat melihat putri pertama dari keluarga itu datang dan tengah menyaksikan betapa bahagianya mereka.Beberapa menit setelah Damian pergi ke kantor, aku sendiri memutuskan untuk kerumah orang tuaku berniat mengambil beberapa barang – barangku yang bagiku sangatlah penting. Namun nyatanya disana tak ada sambutan hangat melainkan hanya sebuah tatapan risih, ntah bagaimana lagi harus menjelaskan seperti apa yang aku rasakan melihat keluarganya itu seakan terganggu dengan kehadirannya, haruskah mereka menatap aku seperti orang asing yang tiba – tiba datang, layaknya seorang tamu yang tak di undang. Mereka semua menatapku dengan tatapan yang tak layak, pribadi siapa yang tak sakit hati dengan perlakuan yang seperti itu.“Ada apa, pagi – pagi ke kesini?” Tanya tuan Arzano setelah ia meneguk habis kopi hangatnya.“Aku datang untuk mengambil beberapa barang saja, maaf jika
Prangg!!!Suara bising terdengar ruang kamar rumah sakit itu, perawat yang berada disana dengan buru keluar setelah meliat dokter mereka marah dan membanting kotak makanan itu ke lantai.“Kamu gila!!” Marahnya pada wanita yang duduk itu.“Kamu tahu kan, makanan selain dirumah sakit itu tidak boleh untuk pasien. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin makanan itu sehat atau tidak dan kamu memberikannya pada pasien yang sedang sakit.” Lanjutnya lagi.Tamara hanya terdiam mendengar amukan Queen padanya, saat tadi ia sedang menyuapkan makan makan untuk nenek Hanna Queen tiba – tiba masuk melihatnya dan membanting kotak makan itu.“Sekarang kamu pergi!!” Ujar Queen sembari menunjuk kea rah pintu.“Pergi!! Aku bilang, aku akan kasih tahu ibu dan ayah kalau kamu berani mengganggu nenek.”Tamara tak ada pilihan lain, meskipun Queen langcang padanya tapi saat ini ia tidak ada kekuatan untuk membalas Queen. Ia beranjak mematuhi Queen yang memintanya untuk segera keluar, namun tangan nenek Hanna
“Apa maksudnya tadi itu?” Satu pertanyaan dari rentetan pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh Damian pada sang isteri, layaknya seorang isteri yang tertangkap basah berselingkuh oleh suaminya Tamara hanya bisa diam dengan posisinya duduk di sofa sementara Damian berdiri mengintrogasi dirinya.“Kamu pergi dengan laki – laki lain, apa menurutmu itu baik? Kamu mau mempermalukan aku lagi, mempermalukan keluarga kita lagi?”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami bertemu di taman dan dia berbaik hati mengantarkan aku pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan.” Jelas Tamara.“Tapi kenapa harus bersama dia, selama ini juga kamu selalu memesan taksi. Apa kamu tidak tahu siapa Kenzo itu, kalau ada ada media yang melihat kalian bersama menurutmu akan seperti apa reaksi mereka. Posisi kamu sekarang ini adalah sebagai seorang isteri, isteriku.” Damian.Tamara menganguk puas dengan itu, tak ingin lagi berlama – lama ia segera perlahan beranjak dari duduknya. Tak ingin terus mendengar
“Apa ini, kamu melukis calon bayimu?” Tamara lantas berbalik melihat seseorang itu yang tak lain adalah Kenzo.“Kamu.”Kenzo tersenyum melihat Tamara, ia sudah tahu jika wanita hamil itu akan terkejut melihatnya. Bagamana tidak terkejut jika ia secara tiba – tiba datang dan menanyakan soal lukisannya.“Kupikir siapa wanita hamil yang duduk sendiri dibawah pohon.” Ujar Kenzo.“Bukan urusanmu, lagi pula untuk apa kamu disini. Ingin menggangguku?” Sembur Tamara mendengus kesal pada Kenzo.“Tadinya sedang lari sore dan tak sengaja melihatmu disini. Aku tidak ganggu lo yah, aku cuna bertanya tentang lusikanmu itu. Tidak kusangka kalau kau pandai melukis, kau pasti seorang seniman.” Jelas Kenzo.“Bukan urusanmu.” Ucap Tamara berbalik, ia enggan untuk mempedulikan Kenzo apa lagi ia bertanya tentang lukisan bayi kecil yang dibuatnya. Kenzo menarik nafas dan menghembuskannya, cukup menguras mental berbicara dengan Tamara. Apa karena mereka sebelumnya tidak pernah berinteraksi, waktu masih se
“Dia adalah salah satu guru yang sempat bengajar disini selama tiga bulan, sekarang ia mengajukan cuti dengan alasan kondisi kehamilannya yang semakin tua. Namun kami belum menerima kejelasan apakah ia akan kembali mengajar atau tidak.” Jelas seorang pria tua yang merukan kepala taman kanak – kanak.Pria itu mengaguk puas sambil membolak balikkan berkas mengenai ibu guru Tamara, tentu ada rasa kepuasan tersediri baginya setelah mengatahui dengan jelas bahwa Tamara adalah salah satu guru ditaman kanak – kanak ini.“Baiklah, kurasa itu cukup.” Ujarnya dengan mengembalikkan berkas itu kepada kepala taman kanak – kanak.“Apa ada saran dari anda tuan, anda kan sekarang adalah pemilik sah taman kanak – kanak ini.”“Aahh tidak, kau urus saja sendiri.”*** Sore hari yang cerah itu sekitar pukul 15:33, Tamara keluar dari rumah dengan menenteng keranjang kecil entah apa yang ia bawa. Setelah bermapitan kepada bibi Harry, Tamara langsung saja berjalan keluar dari gerbang rumahnya menghampiri mo
Pintu lift hotel terbuka untuk seorang pria yang sudah menunggu disana, sejenak ia me melihat arlojinya dan memutuskan untuk masuk kedalam lift bersama dengan asisten pribadinya.“Apa jadwal hari ini?” Tanya pada sang asisten wanitanya.Mendengar atasannya menanyakan jadwal dengan sigap wanita itu membuka tabnya dan mengecek jadwal untuk hari ini.“Pagi ini jam 09:00 kita akan menghadiri taman kanak – kanak untuk peresmian bagunan baru disana.”Pria bernama Ammanuel Kenzo Algatra itu kembali melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 08:10 pagi, baru ingat jika ia akan meresmikan gedung baru untuk taman kanak – kanak yang dibangun oleh keluarganya dan itu juga salah satu alasan mengapa Kenzo kembali ke negara ini.Pintu lift terbuka lagi untuk orang yang akan turun menuju lantai bawah, namun yang membuat alisnya terankat dan tersenyum tipis adalah seorang pria yang ia kenal disana bersama dengan seorang wanita yang memeluk lengan si pria. Pria yang tak lain adalah Damian Frendrick
Damian PovAku melirik arlogiku dan sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah waktunya jam kerja selesai melihat juga area parkiran sudah banyak yang kosong dan hanya ada beberapa mobil saja. Kantor yang pada jam awal begtu adat dan sibuk dengan pekerjaan masing – masing karyawan, kini terasa begitu senyap dengan langkah kakiku bersama Erlando terdengar begitu nyaring menyentuh lantai.Beberapa langkah aku melewati beberapa bagian kantor menuju ruanganku, terdengar juga suara seperti entakal heels seorang wanita. Aku yang akan mengarah ke kiri dan dia yang sebaliknya, bertemulah aku dengan wanita yang sudah dua minggu ini kami tidak ernah bertukar kabar.“Damian!!”Aku sedikit terkejut dan merasa hangat sekaligus saat merasakan nyamannya pelukan dari wanita itu, wanita bernama Queensha Nathallya Noa kekasihku, cintaku.Aku melepaskan pelukan kami dan beralih menatapnya dengan senang, melihat wajahnya yang lucu dan polos super menggemaskan ini membuat perasaanku perlahan membaik. Waj
Queen menatap tajam penuh kebencian pada kakaknya yang sudah berjalan jauh darinya, ia merasa kesal karena sampai sekarang Tamara masih saja bisa terlihat kuat padanya. Padahal ia begitu ingin melihat Tamara memujanya dan menghormatinya, tapi justru Tamara semakin membangkang padanya bahkan bersikap kurang hajar padanya seperti tadi.Tidak!! Queen tidak bisa terima dirinya diperlakukan seperti itu, ia mau semu orang memujanya dan mencintainya termasuk Tamara harus bisa tunduk patuh tak berdaya dihadapannya. Tidak bisa dibiarkan jika seperti ini terus, Tamara harus mengambil tindakan yang lebih keras lagi agar ia bisa membuat Tamara menangis dan memohon padanya. Harus lebih keras lagi dibanding dengan malam pesta itu. Tapi mengingat Tamara, pikiran Queen jadi terbesit dengan Damian.Sekarang ia jadi penasaran apa yang pria itu lakukan dan dimana pria itu sekarang, belakangan ini komunikasi mereka tidak berjalan dengan baik. Akhir – akhir ini mereka jarang sekali berkomunikasi, terakhir
Keduanya berbalik kesumber suara laki – laki yang kini telah berada di dekat mereka berdua, dengan santainya tersenyum dan menyapa mereka.“Senang bisa bertemu kembali dengan anda tuan George,” Salamnya.Vladimir lantas mengalihkan perhatiannya pada sosok pria yang kini menyapa dengan penuh hormat, Ammanuel Kenzo Algatra.”Vladimir terbelalak senang melihat sosok partner bisnis itu, tanpa menunggu lama ia langsung membalas uluran tangan dan menyapanya kembali. “Ooohhh hahahaha….. Algatra, rupanya anda juga menhadiri acara saya, saya pikir yang akan datang hanya orang perwakilan anda. Saya benar – benar tidak menyangkan.”Diam, kaku dan dingin.Begitulah reaksi Damian saat melihat seseorang yang baru saja muncul dihadapannya ini, Ammanuel Kenzo Algatra. Ia masih begitu jelas mengingat wajah orang itu, orang yang dulu begitu ia benci dan sekarang kini mereka kembali bertemu.Kenzo diam – diam menyunggingkan senyuman dan mengedipkan mata jahil pada orang yang ada didekatnya ini, memang t
Queen menatap kagum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin meja riasnya, setelah tadi ia merasa kesal dengan ibunya ia pun memutuskan untuk segera bersiap sebelum waktunya ia pergi ke rumah sakit. Penampilannya yang feminim memang tidak pernah gagal, tak heran jika ia bisa mencapai tingkat popularitas sebagai anak pengusaha terkenal di kota ini. Bahkan tak banyak orang yang merasa iri dengannya karena hidupnya yang begitu SEMPURNA, memang selalu sempurna dimana ia bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Dan hal itu akan terus ia pertahankan dan tidak akan pernah ia sia – siakan.Queen beranjak dari meja riasnya dan melangkah keluar dari kamar, ia melihat jika suasana rumahnya sudah sepi dan hanya ada pelayan yang sedang bekerja itu artinya sekarang ibunya sudah tidak berada dirumah.Queen sedikit berdecak kesal padahal ia sangat berharap jika ibunya itu tetap berada dirumah dan menunggunya keluar dari kamar untuk meminta maaf langsung padanya. Suasana hatinya jadi sediki buru