“Nona hari ini pulang dari jam biasanya, nona ada pekerjaan lain yah tadi?” Bibi Harry adalah orang yang paling awal menyambut saat aku pulang kerumah, selalunya dia bertanya tentang bagaimana pekerjaanku hari ini dan apakah aku merasa baik dalam menjalaninya. Sebelumnya tidak ada orang yang memperlakukan aku seperti itu, bahkan pada bibi pengasuhku dulu tak melakukan sama seperti apa yang bibi Harry lakukan.Jika bukan bibi Harry aku mungkin akan sepenuhnya melalui kehidupanku yang begitu kesepian dirumah ini.“Nona pasti lelah karena bekerja seharian, lain kali nona tidak perlu begitu keras sekarang kan kandungan nona sudah membesar takutnya nanti terjadi apa – apa.” Bahkan dia mengkhawatirkan aku dan juga kandunganku, yang bahkan tak satu pun anggota keluarga yang mau menghawatirkanku seperti itu. Karena bibi Harry aku jadi bisa merasakan sedikit bagaimana rasanya dikhawatirkan oleh orang lain.“Bibi tahu, tadi itu aku bepergian dengan seorang teman baru.” Ujar sambil menetap bib
DO Company mengalami peningkatan saham berturut – turut dalam waktu enam bulan.DO Company digadang gadang akan memimpim pasar global.Damian Frendrick Diego kini resmi menjad Ceo DO Company menggantikan Marlon Laksama Diego.Sejumlah perusahaan besar global berusaha untuk menjalin kerja sama bersama DO Company.DO Company mengakuisisi sejumlah perusahaan ditanah air.Begitulah berita yang tersiar hari ini, semuanya membahas tentang kesuksesan dan kepopuleran perusahaan yang dipimpin oleh seorang Damian Frendrick Diego. Pria tampan dengan sejuta pesona dan kharismanya.“Sedang naik daun rupanya.” “Ya tuan, DO Company tengah menjadi perbincangan hangat karena saham mereka naik secara drastis dalam waktu yang cukup singkat. Dan menjadi perusahaan yang berhasil mencetak rekor tercepat.” Seorang pria dengan busana rapihnya begitu asik memandang semua portal berita diponselnya dan mendengar setiap penjelasan dari pria didekatnya tentang semua berita yang ia baca.“Tapi itu semua tidak le
“Dari mana?” Pertanyaan itulah yang dilontarkan pada Tamara saat ia baru saja tiba dirumah, rupanya suaminya pulang lebih awal dari acara pelantikannya sebagai Ceo utama perusahaan. Dan sepertinya tidak pulang sendiri, melihat adanya ibu dan ayah mertuanya yang sedang duduk santai diruang keluarga.“Rumah sakit.” Jawab Tamara singkat.“Kenapa kau tidak datang di acara tadi siang?” Bisik Damian dengan wajah yang merah padam, ia marah karena istrinya itu tidak datang diacara terpentingnya.“Aku tidak bisa datang.” Ujarnya.“Aku lelah, aku ingin segera kekamar untuk beristirahat.” Putus Tamara yang sudah ingin berlalu meninggalkan Damian.“Tunggu!!”Tahan Damian mencekal lengan Tamara.Tamara meringis menahan sakit dari cengkaram tangan Damian yang begitu erat. Bagaimana tidak Damian sudah memberitahu istrinay itu jika harus hadir diacara dia diangkat menjadi Ceo utama persahaan, acara yang begitu formal dan seluruh anggota keluarga harus datang apa lagi posisi Tamara adalah sebagai istr
Memang ada baiknya Tamara tidak pernah menjadi bagian dari keluarga Diego, keluarga yang dulunya begitu harmonis dan saling menyanyangi satu sama lain. Seperti apa yang dikatakan ibu mertuanya jika kehadirannya hanya membuat malu nama keluarga dan merupakan kesialan bagi mereka. Tamara meringis dalam hatinya, entah sudah berapa ribu kali ibu mertuanya itu melontarkan kata – kata menyakitkan untuknya. Tamara hanya ingin menghabiskan makan malamnya dengan tenang, tapi ibu mertuanya itu tiada hentinya terus mengoceh dan mengomelinya.“Tuhan!!! Sebenarnya dosa apa yang dulu aku lakukan hingga aku mendapatkan menantu yang tidak berguna sama sekali.”Tidak berguna, tidak tahu diri, tidak tahu malu, perempuan penggoda dan masih banyak lagi. Tamara muak dan lelah mendengar itu. Namun dibalik rasa lelah dan sakit hati, ia masih tetap bertahan dan tersenyum seolah ia tidak kebaratan dan menerima segala perkataan ibu mertuanya itu.“Kalau begini terus aku merasa kasihan dengan Damian, sudah bag
“Tamara!!”Aku menghentikan langkahku saat sedang menaiki tangga, aku berjalan begitu pelan membawa banyak beban pikiran sampai aku tidak menyadari jika ayah mertuku kini sedang berada diatas, lima anak tangga dari posisiku.“Ayah.” Ucapku pelan saat melihatnya tersenyum padaku.“Sudah ingin tidur nak?” Aku menunduk sambil memainkan jari tanganku, wajah orang baik dan peduli dengan keadaan kita wajahnya selalu terlihat teduh sampai rasanya beban berat yang ada dipikiran kita sedikitnya berkurang.“Tamara, kenapa diam?” Bingung Marlon karena menantunya itu tidak mengubrisnya sama sekali.“Aku sudah ingin tidur, ayah. Ayah sendiri kenapa belum tidur?” Tanyaku balik namun dengan kepala yang masih mendunduk.Marlon terkekeh pelan sambil mengggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Masih belum mengantuk, ayah sebetulnya ingin keluar melihat halaman belakang rumah untuk mencari udara segar. Ingin ikut bersama ayah juga? Keluar sebentar menikmati suasana malam hari bisa sedikit mengurangi beban
Kecupan manis seorang wanita kepada seorang pria yang masih bergelut nyaman dengan selimut tebalnya, menutupi tubuh telanjangnya.“Sudah ingin pergi?” Ujar itu dengan wajah cemberutnya karena sudah akan ditinggalkan oleh wanitanya.“Aku harus pulang kerumah ayah dan ibuku, aku ada janji kepada mereka karena malam nanti perusahaan akan mengadakan pesta untuk merayakan hari jadi perusahaan. aku harus tampil baik kan malam nanti.” Balas sang wanita sembari ia fokus mamakai kembali pakaiannya. Sang pria membalikkan tubuhnya menatap langit – langit ruangan itu. “Orang kaya memang seperti itu yah, mereka sangat mudah untuk memperkaya diri mereka. Aku jadi iri.”“Itulah mengapa kamu juga harus berusaha semaksimal mungkin.”“Sayang…… Dia sudah menjadi Ceo, kapan dia bercerai?” Tanya pria itu dengan antusias seperti ia memang sangat mendambakan apa yang dipertanyakannya.Wanita itu mengidikkan bahunya, dengan santai ia merias wajahnya yang terlihat masih apa adanya itu. “Mungkin tidak lama la
Tidak seburuk apa yang ada diekspektasiku, namun duduk diam tanpa ada yang peduli jauh lebih baik. Aku akhirnya dapat duduk dan menikmati hidangan pencuci mulut yang diberikan pelayan padaku, setelah tadi aku dikepungin banyak wartawan dengan seribu pertanyaan mereka. Dan kembali lagi sejatinya aku tidak ada yang mau peduli, suamiku sibuk berbincang dengan para koleganya, begitu pun dengan kedua orang tua dan mertuanya. Terlebih lagi adiknya, Queen yang sudah begitu asik berbicang dengan banyak orang. Tak peduli dengan siapa pun itu, nampaknya adiknya itu ingin membangun relasi dan koneksi dengan banyak orang. Dengan begini aku jadi tenang berada di acara ini bahkan hingga acara selesai jika semua orang itu tidak ada yang mempedulikannya, melirik pun juga tidak, dan tidak ada juga yang merasa aneh dengan aku yang seakan menjauhi keluargaku. Aku menyisakan sebagian hidangan pencuci mulut yang manis itu dan hanya memakannya sebagian saja, setelah aku beranjak menuju area balkon. B
Inilah yang sama sekali tidak aku harapkan, semua mata tertuju pada kami bertiga. Seolah kami adalah objek utama yang membuat mereka semua teralihkan dari kesibukannya, saat ini yang paling aku takutkan adalah sorot mata tajam Damian padaku. Aku tahu kali ini, aku kembali membuatnya marah dan kecewa.“Ada apa ini?” Ayahku yang sudah melontarkan pertanyaannya untuk yang kedua kalinya.“Dia putri anda kan tuan Arzano??” Lantas wanita itu kembali melemparka pertanyaan pada ayahku sambil ia menunjukku. Ayahku tak mengubris sama sekali dan hanya menatapku, seakan ia bingung apa lagi yang terjadi, apa lagi yang aku perbuat, masalah apa lagi ini.“Dia putri kami, ada apa sebenarnya?” Ujar ibuku dengan kepanikan dan kecemasan, suaranya lirih memandang aku dengan prihatin.“Putri kalian ini sangat tidak tahu malu, beraninya ia menggoda suamiku. Padahal dalam kondisi hamil tua tapi masih saja gatal dengan pria orang.” Cibir wanita itu dengan lantangnya. Lantas itu membuat beberapa tamu
Prangg!!!Suara bising terdengar ruang kamar rumah sakit itu, perawat yang berada disana dengan buru keluar setelah meliat dokter mereka marah dan membanting kotak makanan itu ke lantai.“Kamu gila!!” Marahnya pada wanita yang duduk itu.“Kamu tahu kan, makanan selain dirumah sakit itu tidak boleh untuk pasien. Lagi pula tidak ada yang bisa menjamin makanan itu sehat atau tidak dan kamu memberikannya pada pasien yang sedang sakit.” Lanjutnya lagi.Tamara hanya terdiam mendengar amukan Queen padanya, saat tadi ia sedang menyuapkan makan makan untuk nenek Hanna Queen tiba – tiba masuk melihatnya dan membanting kotak makan itu.“Sekarang kamu pergi!!” Ujar Queen sembari menunjuk kea rah pintu.“Pergi!! Aku bilang, aku akan kasih tahu ibu dan ayah kalau kamu berani mengganggu nenek.”Tamara tak ada pilihan lain, meskipun Queen langcang padanya tapi saat ini ia tidak ada kekuatan untuk membalas Queen. Ia beranjak mematuhi Queen yang memintanya untuk segera keluar, namun tangan nenek Hanna
“Apa maksudnya tadi itu?” Satu pertanyaan dari rentetan pertanyaan yang sebelumnya diajukan oleh Damian pada sang isteri, layaknya seorang isteri yang tertangkap basah berselingkuh oleh suaminya Tamara hanya bisa diam dengan posisinya duduk di sofa sementara Damian berdiri mengintrogasi dirinya.“Kamu pergi dengan laki – laki lain, apa menurutmu itu baik? Kamu mau mempermalukan aku lagi, mempermalukan keluarga kita lagi?”“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, kami bertemu di taman dan dia berbaik hati mengantarkan aku pulang karena kondisiku yang tidak memungkinkan.” Jelas Tamara.“Tapi kenapa harus bersama dia, selama ini juga kamu selalu memesan taksi. Apa kamu tidak tahu siapa Kenzo itu, kalau ada ada media yang melihat kalian bersama menurutmu akan seperti apa reaksi mereka. Posisi kamu sekarang ini adalah sebagai seorang isteri, isteriku.” Damian.Tamara menganguk puas dengan itu, tak ingin lagi berlama – lama ia segera perlahan beranjak dari duduknya. Tak ingin terus mendengar
“Apa ini, kamu melukis calon bayimu?” Tamara lantas berbalik melihat seseorang itu yang tak lain adalah Kenzo.“Kamu.”Kenzo tersenyum melihat Tamara, ia sudah tahu jika wanita hamil itu akan terkejut melihatnya. Bagamana tidak terkejut jika ia secara tiba – tiba datang dan menanyakan soal lukisannya.“Kupikir siapa wanita hamil yang duduk sendiri dibawah pohon.” Ujar Kenzo.“Bukan urusanmu, lagi pula untuk apa kamu disini. Ingin menggangguku?” Sembur Tamara mendengus kesal pada Kenzo.“Tadinya sedang lari sore dan tak sengaja melihatmu disini. Aku tidak ganggu lo yah, aku cuna bertanya tentang lusikanmu itu. Tidak kusangka kalau kau pandai melukis, kau pasti seorang seniman.” Jelas Kenzo.“Bukan urusanmu.” Ucap Tamara berbalik, ia enggan untuk mempedulikan Kenzo apa lagi ia bertanya tentang lukisan bayi kecil yang dibuatnya. Kenzo menarik nafas dan menghembuskannya, cukup menguras mental berbicara dengan Tamara. Apa karena mereka sebelumnya tidak pernah berinteraksi, waktu masih se
“Dia adalah salah satu guru yang sempat bengajar disini selama tiga bulan, sekarang ia mengajukan cuti dengan alasan kondisi kehamilannya yang semakin tua. Namun kami belum menerima kejelasan apakah ia akan kembali mengajar atau tidak.” Jelas seorang pria tua yang merukan kepala taman kanak – kanak.Pria itu mengaguk puas sambil membolak balikkan berkas mengenai ibu guru Tamara, tentu ada rasa kepuasan tersediri baginya setelah mengatahui dengan jelas bahwa Tamara adalah salah satu guru ditaman kanak – kanak ini.“Baiklah, kurasa itu cukup.” Ujarnya dengan mengembalikkan berkas itu kepada kepala taman kanak – kanak.“Apa ada saran dari anda tuan, anda kan sekarang adalah pemilik sah taman kanak – kanak ini.”“Aahh tidak, kau urus saja sendiri.”*** Sore hari yang cerah itu sekitar pukul 15:33, Tamara keluar dari rumah dengan menenteng keranjang kecil entah apa yang ia bawa. Setelah bermapitan kepada bibi Harry, Tamara langsung saja berjalan keluar dari gerbang rumahnya menghampiri mo
Pintu lift hotel terbuka untuk seorang pria yang sudah menunggu disana, sejenak ia me melihat arlojinya dan memutuskan untuk masuk kedalam lift bersama dengan asisten pribadinya.“Apa jadwal hari ini?” Tanya pada sang asisten wanitanya.Mendengar atasannya menanyakan jadwal dengan sigap wanita itu membuka tabnya dan mengecek jadwal untuk hari ini.“Pagi ini jam 09:00 kita akan menghadiri taman kanak – kanak untuk peresmian bagunan baru disana.”Pria bernama Ammanuel Kenzo Algatra itu kembali melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 08:10 pagi, baru ingat jika ia akan meresmikan gedung baru untuk taman kanak – kanak yang dibangun oleh keluarganya dan itu juga salah satu alasan mengapa Kenzo kembali ke negara ini.Pintu lift terbuka lagi untuk orang yang akan turun menuju lantai bawah, namun yang membuat alisnya terankat dan tersenyum tipis adalah seorang pria yang ia kenal disana bersama dengan seorang wanita yang memeluk lengan si pria. Pria yang tak lain adalah Damian Frendrick
Damian PovAku melirik arlogiku dan sudah menunjukkan pukul 10 malam, ini sudah waktunya jam kerja selesai melihat juga area parkiran sudah banyak yang kosong dan hanya ada beberapa mobil saja. Kantor yang pada jam awal begtu adat dan sibuk dengan pekerjaan masing – masing karyawan, kini terasa begitu senyap dengan langkah kakiku bersama Erlando terdengar begitu nyaring menyentuh lantai.Beberapa langkah aku melewati beberapa bagian kantor menuju ruanganku, terdengar juga suara seperti entakal heels seorang wanita. Aku yang akan mengarah ke kiri dan dia yang sebaliknya, bertemulah aku dengan wanita yang sudah dua minggu ini kami tidak ernah bertukar kabar.“Damian!!”Aku sedikit terkejut dan merasa hangat sekaligus saat merasakan nyamannya pelukan dari wanita itu, wanita bernama Queensha Nathallya Noa kekasihku, cintaku.Aku melepaskan pelukan kami dan beralih menatapnya dengan senang, melihat wajahnya yang lucu dan polos super menggemaskan ini membuat perasaanku perlahan membaik. Waj
Queen menatap tajam penuh kebencian pada kakaknya yang sudah berjalan jauh darinya, ia merasa kesal karena sampai sekarang Tamara masih saja bisa terlihat kuat padanya. Padahal ia begitu ingin melihat Tamara memujanya dan menghormatinya, tapi justru Tamara semakin membangkang padanya bahkan bersikap kurang hajar padanya seperti tadi.Tidak!! Queen tidak bisa terima dirinya diperlakukan seperti itu, ia mau semu orang memujanya dan mencintainya termasuk Tamara harus bisa tunduk patuh tak berdaya dihadapannya. Tidak bisa dibiarkan jika seperti ini terus, Tamara harus mengambil tindakan yang lebih keras lagi agar ia bisa membuat Tamara menangis dan memohon padanya. Harus lebih keras lagi dibanding dengan malam pesta itu. Tapi mengingat Tamara, pikiran Queen jadi terbesit dengan Damian.Sekarang ia jadi penasaran apa yang pria itu lakukan dan dimana pria itu sekarang, belakangan ini komunikasi mereka tidak berjalan dengan baik. Akhir – akhir ini mereka jarang sekali berkomunikasi, terakhir
Keduanya berbalik kesumber suara laki – laki yang kini telah berada di dekat mereka berdua, dengan santainya tersenyum dan menyapa mereka.“Senang bisa bertemu kembali dengan anda tuan George,” Salamnya.Vladimir lantas mengalihkan perhatiannya pada sosok pria yang kini menyapa dengan penuh hormat, Ammanuel Kenzo Algatra.”Vladimir terbelalak senang melihat sosok partner bisnis itu, tanpa menunggu lama ia langsung membalas uluran tangan dan menyapanya kembali. “Ooohhh hahahaha….. Algatra, rupanya anda juga menhadiri acara saya, saya pikir yang akan datang hanya orang perwakilan anda. Saya benar – benar tidak menyangkan.”Diam, kaku dan dingin.Begitulah reaksi Damian saat melihat seseorang yang baru saja muncul dihadapannya ini, Ammanuel Kenzo Algatra. Ia masih begitu jelas mengingat wajah orang itu, orang yang dulu begitu ia benci dan sekarang kini mereka kembali bertemu.Kenzo diam – diam menyunggingkan senyuman dan mengedipkan mata jahil pada orang yang ada didekatnya ini, memang t
Queen menatap kagum melihat pantulan dirinya sendiri di cermin meja riasnya, setelah tadi ia merasa kesal dengan ibunya ia pun memutuskan untuk segera bersiap sebelum waktunya ia pergi ke rumah sakit. Penampilannya yang feminim memang tidak pernah gagal, tak heran jika ia bisa mencapai tingkat popularitas sebagai anak pengusaha terkenal di kota ini. Bahkan tak banyak orang yang merasa iri dengannya karena hidupnya yang begitu SEMPURNA, memang selalu sempurna dimana ia bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Dan hal itu akan terus ia pertahankan dan tidak akan pernah ia sia – siakan.Queen beranjak dari meja riasnya dan melangkah keluar dari kamar, ia melihat jika suasana rumahnya sudah sepi dan hanya ada pelayan yang sedang bekerja itu artinya sekarang ibunya sudah tidak berada dirumah.Queen sedikit berdecak kesal padahal ia sangat berharap jika ibunya itu tetap berada dirumah dan menunggunya keluar dari kamar untuk meminta maaf langsung padanya. Suasana hatinya jadi sediki buru