Bab 37~Taman Bermain
SemalamSuasana hati Xia Lien sangat buruk saat berada di acara reuni sekolah tadi. Ia benar-benar kecewa terhadap teman-temannya yang selalu bersikap sama seperti biasa, merendahkan dirinya hanya karena perkataan Lu Xialan dulu yang tak terbukti kebenarannya.Dari dulu hingga sekarang Lu Xialan membencinya gara-gara cintanya kepada Dong Shu tak terbalaskan dan menyalahkan Xia Lien sebagai penyebab jauhnya mereka. Padahal, pria itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap Xia Lien dan menganggap Lu Xialan hanya sebatas teman.Dong Shu pindah ke luar negeri setelah ditolak oleh Xia Lien, tapi itu dimanfaatkan Lu Xialan dengan sebaik-baiknya. Ia mengatakan jika dirinya dan Dong Shu putus gara-gara orang ketiga yaitu Xia Lien.Gosip menyebar dengan cepat di sekolah. Xia Lien jadi kambing hitam dan dibenci teman-temannya. Bukan karena masalah percintaan saja, Xia Lien juga dituding curang ketika ujian karena mendapat nilaBab 38~Terlihat Manis.Zhang Yuze menatap sinis sang istri yang menertawainya dengan terbahak sembari memegangi perut. "Diam kamu! Dasar," Terlihat jelas ekspresi marah Zhang Yuze ketika menatap sang istri.Sementara Xia Lien tertawa sampai keluar air mata. "Hahaha, astaga Yuze! Aku kira kamu itu lelaki jantan, ternyata penakut. Haish, naik beginian saja kamu jerit-jerit macam gadis." ejek Xia Lien."Aku bukan takut, cuma ... cuma__""Cuma apa? Bilang aja takut, apa susahnya sih?! Hihihi," sela Xia Lien masih tertawa. "Baiklah ... baiklah, aku takut! Puas?" "Belum. Sesuai perjanjian, jika yang kalah harus menuruti semua keinginan yang menang dan itu ide Presdir Zhang sendiri. Jadi ... Temani aku naik wahana yang lainnya!" Zhang Yuze berdiri tegak dengan alis terangkat. "Naik apa lagi? Awas kalau yang bikin aku mati!" "Nggak, dijamin deh!" Xia Lien terlihat sungguh-sungguh. Sebelum berucap, ia menol
Bab 39~Pindah KamarMobil sport milik Zhang Yuze memasuki gerbang Mension pribadinya, lalu menutup sendiri setelah si pemilik berada di dalam. Kedua orang pengendara itu keluar dari mobil kemudian melangkahkan kaki memasuki rumah tersebut. "Malam ini kamu pindah ke kamarku. Pindahkan barang-barangmu sebelum Kakek datang!" Xia Lien refleks menoleh. "Hah? Kakek mau ke sini? Kenapa gak ngomong?" "Ini aku ngomong," sahut Zhang Yuze. "Tapi ini telat, dodol. Seharusnya dari kemarin-kemarin kamu ngomong biar aku bisa berbenah atau pulang lebih awal. Kalau gini 'kan aku capek harus beresin dengan cepat. Mana barang-barangku banyak lagi," keluh Xia Lien. "Makanya aku bilang nanti aja beresinnya. Aku bantu, deh!" cetusnya. "Baiklah, sekarang aku harus masak dulu. Umm, Kakek suka dimasakin apa nih?" "Masak aja apa yang ada," sahutnya singkat.Xia Lien mendengus. "Ish, ini pertama kalinya Kakek ke rumah kita
Bab 40~Adik? "Eh?" Xia Lien lantas menoleh ke belakang tanpa melepas pelukannya. "argh, putar balik!" Zhang Yuze hanya tertawa menuruti sambil mengangkat kedua tangan ke atas. "Hahaha, kamu itu lucu ya. Aku nggak boleh lihat tapi masih bisa merasakannya, lho!" "Brengsek, preman mesum!" umpat Xia Lien. Seketika Zhang Yuze marah. "Lepas!" Xia Lien menggeleng. "Denger ya Nona Xia, kamu yang langsung memelukku karena takut aku melihat tubuhmu. Lalu sekarang, kamu menyalahkan ku karena aku merasakannya. Yang salah sebenarnya siapa? Aku atau kamu?" "Tapi tetap saja, kamu__" Bertepatan itu bel terdengar nyaring. Ada tamu yang datang malam itu dan mungkin tamu tersebut tamu yang sedang ditunggunya. Keduanya panik namun bingung dengan kondisi saat ini. "Gimana ini? Itu pasti Kakek," "Ya udah, lepasin pelukannya biar aku buka pintu dulu! Takut Kakek nunggu lama," usul Zhang Yuze. "Tapi kamu me
Bab 41~KecelakaanBrummmMotor sport itu melaju sangat kencang setelah keluar dari gerbang mansion pribadi milik Zhang Yuze. Xia Lien mengendarai di atas kecepatan rata-rata karena hatinya sedang kesal.Bagaimana tidak? Melihat suaminya sedang berciuman panas seketika darahnya mendidih naik hingga ubun-ubun. Apakah Xia Lien cemburu? Tidak, dia bukan siapa-siapa! tepis keras Xia Lien.Namun, bayangan kemesraan itu terus terngiang di pikiran dan menarik pelupuk mata. "Argh, sial!" erang Xia Lien sembari memacu kendaraannya dengan cepat. Motor sport merah tersebut melesat melewati beberapa kendaraan di depannya. "Zhang Yuze brengsek, preman sialan. Aku benci kamu!" teriak Xia Lien layaknya kesetanan. Ia seperti orang tidak waras yang berteriak seiring raungan mesin motor. Entahlah saat ini motor tersebut mengarah ke mana sebab Xia Lien sendiri tak tahu arah tujuan. Yang ada dipikirannya saat
Bab 42~Amarah Xia LongZhang Yuze berlari ke dalam setelah kakinya menapak di pelataran rumah sakit kota. Ia tidak peduli teguran orang-orang saat dirinya memarkirkan mobil sembarangan. Yang ada dipikirannya saat ini adalah keselamatan Xia Lien. "Suster, di mana ruangan Xia Lien? Maksudku korban kecelakaan yang dibawa tadi," Napas Zhang Yuze masih terengah ketika bertanya pada suster jaga. "Nona tadi dibawa ke UGD. Silahkan ke sebelah sana!" Suster menunjukan jalan kepada Zhang Yuze. Pria itu segera berlari kembali mengikuti arah petunjuk suster tadi. Ketika sampai di IGD, dia bertemu polisi yang menghubunginya tadi sedang bersama seorang dokter. "Dok, bagaimana keadaannya?" tanya Zhang Yuze langsung. Polisi dan dokter menoleh. "Anda ...?" "Suaminya Xia Lien, Zhang Yuze." Ia mengulurkan tangan ke arah polisi dan dokter yang langsung menjabat tangannya.Dokter pun menjelaskan kondisi Xia Lien saat ini. "Kondisi pasie
Bab 43~Izin MenemuiSelama dua hari Xia Lien belum sadarkan diri. Gadis itu terbaring lemah dengan kepala terbalut perban dan selang infus di tangan kiri. Kondisinya mulai stabil setelah keluar dari masa kritis, tapi gadis itu seolah lelah menghadapi kenyataan hidupan hingga tak sadarkan diri sampai saat ini. Xia Long menggenggam tangan adiknya dengan mata berkaca. Sungguh, pemandangan saat ini membuat hatinya sakit bagai teriris sembilu. Bayangkan saja, ia hampir kehilangan adik semata wayangnya, keluarga satu-satunya yang dimiliki di dunia ini. Xia Long menangis. Xiao Mei menepuk pundak pria itu lembut sembari berkata, "Along, istirahatlah! Aku akan menjaganya untukmu," ujarnya tulus. Namun, Xia Long menggelengkan kepala, menolak kebaikan yang ditawarkan Xiao Mei padanya. "Aku tidak akan meninggalkan adikku barang sedetik saja," cetusnya. "Tapi Along, pikirkan juga kesehatanmu! Sudah dua hari dua malam kamu menun
Bab 44~Merindukanmu.Saat ini dokter Peter tengah memeriksa kondisi kesehatan Xia Lien dengan seksama. Pasalnya, setelah siuman Xia Lien tidak mengenali siapapun yang ada di sekelilingnya kecuali sang kakak.Raut wajahnya menunjukan kebingungan. Ia terlihat depresi ketika orang-orang bertanya kenapa dan ada apa. "Bagaimana, Dok? Apa yang salah?" Zhang Yuze bertanya tak sabar. Dokter Peter menatap wajah semua orang satu-persatu, kemudian membacakan hasil CT scene Xia Lien. "Benturan keras yang dialami Nona Xia akibat kecelakaan tempo hari itu mengakibatkan amnesia. Bisa sementara bisa juga selamanya, tergantung kondisi pasien." Jelasnya. "Amnesia? Lalu, bagaimana cara menyembuhkannya?" Serempak mereka bertanya. "Dengan terapi rangsangan otak, seperti mengingatkan kenangan-kenangan manis bersamanya atau kenangan masa kecilnya. Itu akan sangat membantu," jelas dokter lagi.Semua orang terdiam, memikirkan penjelasan dokt
Bab 45~Mendekati"Lien'er sayang, aku merindukanmu!" Gu Xi berteriak seraya berlari masuk ke rumah Xia Long tanpa permisi. Ia mencari keberadaan Xia Lien di kamar dan di ruangan lainnya namun tak ketemu. "Eh, di mana dia? Kenapa nggak ada?"Kakinya berbalik melangkah kembali ke luar menemui Xia Long yang sedang sibuk mengeluarkan barang belanjaan dari dalam mobil. Ketika pria itu sedang berbelanja keperluan sehari-hari di pasar swalayan terdekat, tak sengaja bertemu Gu Xi yang sedang membeli sesuatu juga di sana. Karena berpapasan, Xia Long pun tak bisa menghindari gadis cerewet pengagumnya itu. Gu Xi mengajak Xia Long berbelanja bersama sambil mengobrol. Gadis itu terkejut setelah mengetahui kabar kecelakaan Xia Lien. Sudah sebulan lebih Gu Xi berada di Paris. Ponselnya tak bisa dihubungi sebab dirinya sedang sibuk mengurus pekerjaan karena perusahaannya baru saja menandatangani kerjasama dengan perusahaan lain di kota tersebut.