Share

Bab 2

Penulis: Ulfah Salsabila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 19:32:55
Aku menghabiskan dua jam untuk infus di rumah sakit, tapi saat keluar, aku tidak menemukan mobil Boni di mana pun.

Aku merasa sangat tidak nyaman, hingga akhirnya terpaksa memesan taksi untuk pulang.

Padahal ponselku baru saja mati dua menit yang lalu.

Dengan kata lain, Boni sama sekali tidak datang menjemputku.

Padahal ... dia selalu perhatian padaku dulu. Sejak kapan sikap hangatnya berubah menjadi dingin seperti ini?

"Karena kamu memblokirku, jadi aku nggak bisa menghubungimu."

Boni sempat terdiam, sedikit terkejut. Wajah marahnya pun sedikit melunak.

"Aku tahu kamu pasti lapar, jadi aku bawakan bubur ayam dan telur pitan untukmu."

Aku menatap bubur itu.

Hanya ada taburan daun bawang di atasnya, tidak terlihat sedikitpun telur pitan dan potongan daging. Bubur itu lebih mirip sisa makanan orang lain.

Setengah jam sebelumnya, aku sempat melihat unggahan Sofie di instagram.

Foto itu menunjukkan Boni sedang memasak bubur di dapur, dengan tulisan,

"Siapa bilang nggak ada pria baik di dunia ini? Dia nggak hanya mengajariku menyetir mobil Mercedes dengan satu tangan, tapi juga memasak bubur untukku saat aku lapar. Hm, harum sekali~"

Aku mengaduk bubur itu dengan sendok sambi tersenyum pahit, tapi yang kurasakan hanya mual.

"Buang saja, aku nggak mau makan."

Raut wajah Boni langsung memuram. Dia menatapku tajam dan berkata,

"Kamu kenapa lagi? Aku sudah repot-repot membawakannya dan kamu malah mau buang begitu saja?"

"Kamu marah karena aku memindahkan kepemilikan rumah ke nama Sofie, 'kan? Aku tahu kamu kesal, tapi aku juga nggak melarangmu untuk tinggal di rumah itu."

"Anaknya butuh rumah untuk urusan administrasi sekolah. Dia hanya mengunggah foto untuk berterima kasih, tapi kamu malah komentar dengan sindiran seperti itu, aku bahkan belum mempermasalahkannya padamu soal itu."

Baru saja keguguran dan kaki yang kembali terluka, aku merasa sangat lelah.

Aku menjawab, "Kamu salah paham, aku hanya bingung kenapa sertifikat yang dia unggah itu tertuliskan alamat rumah kita ... "

Boni langsung memotongku dengan nada kesal,

"Salah paham? Ternyata benar yang Sofie bilang, kamu memang orang seperti ini!"

"Kamu memang suka marah nggak jelas, nggak punya toleransi dan rasa simpati. Setiap aku dekat dengan perempuan lain, kamu langsung curiga! Menurutku, masalahnya ada di dirimu!"

Dulu, aku akan mencoba membela diri, berharap dia bisa mengertiku.

Sekarang, aku hanya menatapnya dingin.

Setelah Boni selesai memarahiku dengan nada tinggi, barulah aku berkata pelan,

"Sudah selesai? Tolong matikan lampunya sebelum keluar."

Dia menatapku dengan ekspresi marah, lalu membanting pintu dan pergi, lampu masih dibiarkan menyala.

Beberapa detik kemudian, terdengar suara pintu yang dibanting dari ruang tamu.

Dulu, aku selalu sulit tidur semalaman setiap kali bertengkar dengannya dan dia pergi ke rumah Sofie.

Namun, aku tidur nyenyak sendirian malam ini.

Keesokan paginya, aku meminta rekomendasi teman untuk menghubungi seorang pengacara dan mulai berkonsultasi tentang perceraian.

Setelah membanting pintu waktu itu, Boni tidak pulang selama tiga hari.

Aku melihat fotonya lagi di unggahan seorang temannya, Christian.

Mereka sedang liburan bersama. Dalam foto itu, Sofie berdiri di samping Boni, mereka mengenakan baju pasangan. Wajah Sofie juga tampak sangat bahagia.

Aku pun memberikan tombol suka pada unggahan itu.

Boni langsung meneleponku.

"Aku akan menjemputku ke pantai nanti. Aku mau mengenalkan kamu ke teman-temanku."

Setelah berhenti sejenak, dia menambahkan,

"Sejujurnya aku nggak mau mengajakmu, Tapi, anggap saja ini hadiah untukmu, karena sudah berperilaku cukup baik belakangan ini."

"Iya."

Rencana perceraian sudah berjalan, aku tidak ingin dia tahu.

Sesuai janji, Boni menjemputku. Anehnya, kali ini Sofie tidak muncul.

Begitu tiba di pantai, Christian menghampiriku dan menyapa ramah,

"Aku yang mengadakan acaranya waktu itu, maaf nggak memberitahumu sebelumnya. Aku akan minum tiga gelas sebagai permintaan maaf."

Christian mencoba menjaga harga diriku di depan orang-orang.

Aku tersenyum tipis dan menjawab,

"Aku sibuk di kantor akhir-akhir ini, jadi juga nggak ada waktu luang."

"Dengar-dengar kamu berhasil meyakinan beberapa staf terbaik untuk ekspansi ke Kota Yeras. Selamat, ya!"

Ujar Christian dengan nada memuji.

Aku menjawab dengan senyuman kecil,

"Hanya rencana, belum pasti berhasil."

Usai bicara, Boni berjalan cepat ke arahku. Dia menatapku dengan kesal dan bertanya,

"Kamu mau ke Yeras? Kenapa nggak kasih tahu aku? Aku sudah mengizinkanmu?"

Aku menoleh dan menatapnya dengan tenang.

Seketika, suasana menjadi menegang.

Saat Boni terus mengomel, Christian mencoba mencairkan suasana dengan mengajak kami untuk mulai memanggang daging.

Beberapa pria dengan cepat menyiapkan panggangan. Boni duduk di sampingku, wajahnya tampak sedikit gelisah.

"Aku sudah bicara dengan Sofie. Setelah anaknya lulus SD, kepemilikan rumah itu akan dipindahkan kembali lagi."

"Jadi, jangan marah lagi. Itu rumahku, sebenarnya aku nggak wajib menjelaskannya padamu."

"Oh."

Aku mengangguk dengan tenang.

Tak lama kemudian, sosok yang familiar muncul dari kejauhan. Senyumanku langsung memudar.

Seseorang yang tak kukenal, tetapi sepertinya dekat dengan Boni dan Christian. Dia berdiri dan melambaikan tangan dengan semangat ke arah Sofie.

"Kakak ipar! Kakak ipar! Boni di sini, cepat ke sini!"

Dalam sekejap, suasana di sekitar kami langsung hening. Semua orang seperti menarik napas panjang.

Bab terkait

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 3

    Christian menendang pemuda tadi sambil memarahinya karena tidak peka dengan situasi."Aku ke kamar mandi sebentar."Aku berdiri perlahan, memilih untuk tidak marah di depan semua orang. Aku hanya ingin menjaga harga diri kami berdua.Boni melirikku sebentar, lalu menoleh ke Sofie. Pada akhirnya, dia juga tidak mengejarku.Saat aku kembali, semua orang sudah selesai makan dan duduk di tepi pantai.Sofie duduk di samping Boni, posisi keduanya sangat dekat. Aku memilih tempat di sudut lain untuk duduk.Christian mencoba mencairkan suasana."Baiklah, karena sudah lengkap semua, ayo waktunya main game! Kita main jujur atau tantangan!"Putaran pertama, Boni menang sementara Sofie kalah.Sofie memilih jujur dan Boni memberi pertanyaan yang mudah. "Apa hal yang paling membuatmu bahagia belakangan ini?"Sofie mengedipkan mata sambil menatap Boni dengan penuh makna.Lalu menjawab, "Aku bertemu dengan seorang pria yang luar biasa. Hanya dalam waktu sehari, aku langsung punya rumah dan mobil. Oh i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 4

    Entah berapa lama berlalu, aku tersadar kembali dan mendengar suara sahabatku, Vina yang terdengar sedang memarahi seseorang."Boni, kamu sudah gila? Bisa-bisanya memaksanya berenang? Kamu tahu nggak dia baru saja keguguran?""Keguguran? Kapan dia hamil? Kenapa aku nggak tahu ... ?"Suara Boni terdengar serak, penuh penyesalan yang mendalam."Kamu buta? Kamu nggak lihat dia begitu lemah beberapa hari ini? Kamu nggak lihat? Atau matamu hanya fokus ke Sofie?"Vina sangat marah hingga menggertakkan giginya.Jika bukan karena di rumah sakit, dirinya mungkin sudah menampar Boni."Aku benar-benar nggak tahu ... "Nada suara Boni mulai melemah."Cih, kamu nggak tahu? Tapi kamu bisa urus sertifikat rumah dan belikan mobil untuk wanita itu, kamu berani bilang nggak tahu semuanya? Kamu pikir dia keguguran karena apa? Dia kehilangan bayinya karenamu, dasar bajingan!""Aku ... ""Cukup, aku malas melihat mukamu, pergi saja."Suasana sekitar menjadi hening, aku perlahan membuka mata.Vina langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 5

    Boni mengambil speaker itu dan hendak melemparkannya keluar. Tidak seperti sebelumnya yang tampak bersalah, kali ini wajahnya penuh rasa jengkel."Menjengkelkan sekali, kubuang sekarang juga."Saat speaker itu hampir dilempar keluar, aku mengulurkan tangan menghentikannya.Aku menghela napas, "Nggak perlu dibuang, aku benar-benar nggak peduli.""Sayang ... ""Lagipula kalian akan bersama juga, dia pasti akan marah kalau kamu buang ini."Usai aku bicara, wajah Boni langsung pucat. Aku memalingkan wajah, memilih melihat pemandangan di luar jendela.Sesampainya di rumah, Boni memberitahuku bahwa dia sudah memesan tiket pesawat untuk ke Edin bulan november.""Kamu suka melihat salju di Edin,' 'kan? Kamu harus jaga kesehatan akhir-akhir ini, kita akan berangkat di bulan november nanti. Aku sudah mengatur semuanya."Dulu, aku selalu bermimpi untuk mengesampingkan semua pekerjaan sejenak, lalu pergi ke Edin bersama orang yang kucintai. Menginap di sana selama setengah bulan dan menikmati kein

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 6

    Malam itu, aku memohon padanya untuk mempertimbangkan kembali hubungan kami dan demi cinta, memintanya untuk memutuskan hubungan dengan Sofie.Saat itu, Boni sedang duduk di sofa dan sibuk memainkan ponselnya.Entah apa pesan yang dikirimkan Sofie, tapi sudut bibirnya melengkung, senyumnya lembut penuh kasih sayang.Lalu, dia menatapku dengan dingin dan berkata, "Sherlyn, kenapa kamu selalu merusak kesenangan orang lain? Bisa nggak kamu berhenti menganggap cinta itu segalanya? Nggak ada orang yang nggak bisa hidup tanpa siapapun. Kalau kamu terus seperti ini, aku benar-benar tertekan." Malam itu, aku tidak tidur semalaman."Sayang, nggak bisakah kamu memaafkanku?"Boni memohon dengan matanya yang berkaca-kaca, suaranya penuh penyesalan."Bisa.""Benarkah? Kamu mau memaafkanku? Sayang ... ""Aku memaafkanmu, tapi itu nggak akan menghentikanku untuk menggugat cerai. Sampai bertemu di pengadilan."Usai bicara, aku berbalik dan pergi tanpa melihat wajahnya lagi. Boni terduduk di lantai d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 7

    "Iya, rasanya nggak salah kalau kita menyimpulkan seperti itu."Aku berhenti sejenak saat sedang melihat berkas dan tiba-tiba tersadar, "Jangan-jangan Boni memutuskan Sofie setelah punya pacar baru?"Di balik telepon, Vina tertawa pelan dan menjawab, "Bingo~ benar sekali! Pria yang kecanduan selingkuh mana bisa puas hanya dengan satu wanita?""Tapi jujur saja, selain kamu, selera wanita Boni nggak pernah berubah. Mahasiswi ini baru magang di perusahaan mereka, gayanya sama persis dengan Sofie yang dulu, angkuh sekali seperti ratu."Aku agak terkejut, tapi malah jadi penasaran dengan Sofie."Vina, Sofie sudah menyerahkan rumah itu ke Boni?"Vina mencibir, "Sofie nggak bodoh, mana mungkin dia mau menyerahkan rumah ke Boni? Dia malah sengaja menyemprotkan darah anjing dan kucing ke dalam mobil Mercedesnya, lalu menyuruh orang membawanya ke bawah apartemen Boni dan mobil itu langsung rusak. Dan soal anak itu, Sofie nggak terlalu peduli.""Boni lihat Sofie bertindak sekejam itu, jadi dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 1

    Saat Boni pulang, aku menelan satu butir mifepristone sambil memakan kue ulang tahun.Ini adalah obat yang harus dimakan di hari keguguran.Hari ini adalah hari ulang tahunku, aku sudah membeli kue lebih awal dan menunggu Boni pulang untuk merayakannya. Aku ingin memberitahunya bahwa aku hamil.Namun, aku menunggu sampai pukul tujuh malam, dia juga tak mengangkat telepon dan membalas pesan.Hingga aku mengomentari unggahan Sofie tentang sertifikat rumah. Boni langsung meneleponku dengan nada marah, memarahiku tanpa henti.Aku baru saja ingin menjelaskan, tapi teleponnya langsung dimatikan dan aku pun diblokir. Aku begitu marah hingga keguguran.Saat pulang, Boni melihat obat dan kue di meja makan. Dia mengernyit dan bertanya, "Siapa yang ulang tahun? Kamu?"Aku diam-diam menyimpan obat itu dan membuang kue itu ke tempat sampah, Lalu menjawab dengan tenang, "Bukan aku, temanku yang ulang tahun."Dia menghela napas lega."Aku ingat ulang tahunmu itu 28 September, hari ini baru tanggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 7

    "Iya, rasanya nggak salah kalau kita menyimpulkan seperti itu."Aku berhenti sejenak saat sedang melihat berkas dan tiba-tiba tersadar, "Jangan-jangan Boni memutuskan Sofie setelah punya pacar baru?"Di balik telepon, Vina tertawa pelan dan menjawab, "Bingo~ benar sekali! Pria yang kecanduan selingkuh mana bisa puas hanya dengan satu wanita?""Tapi jujur saja, selain kamu, selera wanita Boni nggak pernah berubah. Mahasiswi ini baru magang di perusahaan mereka, gayanya sama persis dengan Sofie yang dulu, angkuh sekali seperti ratu."Aku agak terkejut, tapi malah jadi penasaran dengan Sofie."Vina, Sofie sudah menyerahkan rumah itu ke Boni?"Vina mencibir, "Sofie nggak bodoh, mana mungkin dia mau menyerahkan rumah ke Boni? Dia malah sengaja menyemprotkan darah anjing dan kucing ke dalam mobil Mercedesnya, lalu menyuruh orang membawanya ke bawah apartemen Boni dan mobil itu langsung rusak. Dan soal anak itu, Sofie nggak terlalu peduli.""Boni lihat Sofie bertindak sekejam itu, jadi dia

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 6

    Malam itu, aku memohon padanya untuk mempertimbangkan kembali hubungan kami dan demi cinta, memintanya untuk memutuskan hubungan dengan Sofie.Saat itu, Boni sedang duduk di sofa dan sibuk memainkan ponselnya.Entah apa pesan yang dikirimkan Sofie, tapi sudut bibirnya melengkung, senyumnya lembut penuh kasih sayang.Lalu, dia menatapku dengan dingin dan berkata, "Sherlyn, kenapa kamu selalu merusak kesenangan orang lain? Bisa nggak kamu berhenti menganggap cinta itu segalanya? Nggak ada orang yang nggak bisa hidup tanpa siapapun. Kalau kamu terus seperti ini, aku benar-benar tertekan." Malam itu, aku tidak tidur semalaman."Sayang, nggak bisakah kamu memaafkanku?"Boni memohon dengan matanya yang berkaca-kaca, suaranya penuh penyesalan."Bisa.""Benarkah? Kamu mau memaafkanku? Sayang ... ""Aku memaafkanmu, tapi itu nggak akan menghentikanku untuk menggugat cerai. Sampai bertemu di pengadilan."Usai bicara, aku berbalik dan pergi tanpa melihat wajahnya lagi. Boni terduduk di lantai d

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 5

    Boni mengambil speaker itu dan hendak melemparkannya keluar. Tidak seperti sebelumnya yang tampak bersalah, kali ini wajahnya penuh rasa jengkel."Menjengkelkan sekali, kubuang sekarang juga."Saat speaker itu hampir dilempar keluar, aku mengulurkan tangan menghentikannya.Aku menghela napas, "Nggak perlu dibuang, aku benar-benar nggak peduli.""Sayang ... ""Lagipula kalian akan bersama juga, dia pasti akan marah kalau kamu buang ini."Usai aku bicara, wajah Boni langsung pucat. Aku memalingkan wajah, memilih melihat pemandangan di luar jendela.Sesampainya di rumah, Boni memberitahuku bahwa dia sudah memesan tiket pesawat untuk ke Edin bulan november.""Kamu suka melihat salju di Edin,' 'kan? Kamu harus jaga kesehatan akhir-akhir ini, kita akan berangkat di bulan november nanti. Aku sudah mengatur semuanya."Dulu, aku selalu bermimpi untuk mengesampingkan semua pekerjaan sejenak, lalu pergi ke Edin bersama orang yang kucintai. Menginap di sana selama setengah bulan dan menikmati kein

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 4

    Entah berapa lama berlalu, aku tersadar kembali dan mendengar suara sahabatku, Vina yang terdengar sedang memarahi seseorang."Boni, kamu sudah gila? Bisa-bisanya memaksanya berenang? Kamu tahu nggak dia baru saja keguguran?""Keguguran? Kapan dia hamil? Kenapa aku nggak tahu ... ?"Suara Boni terdengar serak, penuh penyesalan yang mendalam."Kamu buta? Kamu nggak lihat dia begitu lemah beberapa hari ini? Kamu nggak lihat? Atau matamu hanya fokus ke Sofie?"Vina sangat marah hingga menggertakkan giginya.Jika bukan karena di rumah sakit, dirinya mungkin sudah menampar Boni."Aku benar-benar nggak tahu ... "Nada suara Boni mulai melemah."Cih, kamu nggak tahu? Tapi kamu bisa urus sertifikat rumah dan belikan mobil untuk wanita itu, kamu berani bilang nggak tahu semuanya? Kamu pikir dia keguguran karena apa? Dia kehilangan bayinya karenamu, dasar bajingan!""Aku ... ""Cukup, aku malas melihat mukamu, pergi saja."Suasana sekitar menjadi hening, aku perlahan membuka mata.Vina langsung

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 3

    Christian menendang pemuda tadi sambil memarahinya karena tidak peka dengan situasi."Aku ke kamar mandi sebentar."Aku berdiri perlahan, memilih untuk tidak marah di depan semua orang. Aku hanya ingin menjaga harga diri kami berdua.Boni melirikku sebentar, lalu menoleh ke Sofie. Pada akhirnya, dia juga tidak mengejarku.Saat aku kembali, semua orang sudah selesai makan dan duduk di tepi pantai.Sofie duduk di samping Boni, posisi keduanya sangat dekat. Aku memilih tempat di sudut lain untuk duduk.Christian mencoba mencairkan suasana."Baiklah, karena sudah lengkap semua, ayo waktunya main game! Kita main jujur atau tantangan!"Putaran pertama, Boni menang sementara Sofie kalah.Sofie memilih jujur dan Boni memberi pertanyaan yang mudah. "Apa hal yang paling membuatmu bahagia belakangan ini?"Sofie mengedipkan mata sambil menatap Boni dengan penuh makna.Lalu menjawab, "Aku bertemu dengan seorang pria yang luar biasa. Hanya dalam waktu sehari, aku langsung punya rumah dan mobil. Oh i

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 2

    Aku menghabiskan dua jam untuk infus di rumah sakit, tapi saat keluar, aku tidak menemukan mobil Boni di mana pun.Aku merasa sangat tidak nyaman, hingga akhirnya terpaksa memesan taksi untuk pulang.Padahal ponselku baru saja mati dua menit yang lalu.Dengan kata lain, Boni sama sekali tidak datang menjemputku.Padahal ... dia selalu perhatian padaku dulu. Sejak kapan sikap hangatnya berubah menjadi dingin seperti ini?"Karena kamu memblokirku, jadi aku nggak bisa menghubungimu."Boni sempat terdiam, sedikit terkejut. Wajah marahnya pun sedikit melunak."Aku tahu kamu pasti lapar, jadi aku bawakan bubur ayam dan telur pitan untukmu."Aku menatap bubur itu.Hanya ada taburan daun bawang di atasnya, tidak terlihat sedikitpun telur pitan dan potongan daging. Bubur itu lebih mirip sisa makanan orang lain.Setengah jam sebelumnya, aku sempat melihat unggahan Sofie di instagram.Foto itu menunjukkan Boni sedang memasak bubur di dapur, dengan tulisan,"Siapa bilang nggak ada pria baik di dun

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 1

    Saat Boni pulang, aku menelan satu butir mifepristone sambil memakan kue ulang tahun.Ini adalah obat yang harus dimakan di hari keguguran.Hari ini adalah hari ulang tahunku, aku sudah membeli kue lebih awal dan menunggu Boni pulang untuk merayakannya. Aku ingin memberitahunya bahwa aku hamil.Namun, aku menunggu sampai pukul tujuh malam, dia juga tak mengangkat telepon dan membalas pesan.Hingga aku mengomentari unggahan Sofie tentang sertifikat rumah. Boni langsung meneleponku dengan nada marah, memarahiku tanpa henti.Aku baru saja ingin menjelaskan, tapi teleponnya langsung dimatikan dan aku pun diblokir. Aku begitu marah hingga keguguran.Saat pulang, Boni melihat obat dan kue di meja makan. Dia mengernyit dan bertanya, "Siapa yang ulang tahun? Kamu?"Aku diam-diam menyimpan obat itu dan membuang kue itu ke tempat sampah, Lalu menjawab dengan tenang, "Bukan aku, temanku yang ulang tahun."Dia menghela napas lega."Aku ingat ulang tahunmu itu 28 September, hari ini baru tanggal

DMCA.com Protection Status