Share

Bab 3

Penulis: Ulfah Salsabila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 19:32:55
Christian menendang pemuda tadi sambil memarahinya karena tidak peka dengan situasi.

"Aku ke kamar mandi sebentar."

Aku berdiri perlahan, memilih untuk tidak marah di depan semua orang. Aku hanya ingin menjaga harga diri kami berdua.

Boni melirikku sebentar, lalu menoleh ke Sofie. Pada akhirnya, dia juga tidak mengejarku.

Saat aku kembali, semua orang sudah selesai makan dan duduk di tepi pantai.

Sofie duduk di samping Boni, posisi keduanya sangat dekat. Aku memilih tempat di sudut lain untuk duduk.

Christian mencoba mencairkan suasana.

"Baiklah, karena sudah lengkap semua, ayo waktunya main game! Kita main jujur atau tantangan!"

Putaran pertama, Boni menang sementara Sofie kalah.

Sofie memilih jujur dan Boni memberi pertanyaan yang mudah. "Apa hal yang paling membuatmu bahagia belakangan ini?"

Sofie mengedipkan mata sambil menatap Boni dengan penuh makna.

Lalu menjawab, "Aku bertemu dengan seorang pria yang luar biasa. Hanya dalam waktu sehari, aku langsung punya rumah dan mobil. Oh iya, dia juga mengajariku menyetir Mercedes dengan satu tangan."

Usai bicara, Sofie melirikku dengan ekspresi puas dan penuh ejekan.

Semua orang tahu bagaimana Sofie mendapatkan rumah dan mobil itu, tapi biasanya mereka memilih untuk berpura-pura tidak tahu.

Namun, Sofie malah membahas topik ini di depan semuanya.

Suasana menjadi canggung, bahkan Christian tampak salah tingkah.

Melihat aku tetap diam tanpa reaksi, Christian berusaha mencairkan suasana lagi.

"Sudah sudah, lanjut ke putaran kedua! Nah, sekarang giliran si cantik, Sherlyn!"

Giliranku tiba dan kali ini Sofie mendapat kesempatan untuk menghukumku.

"Aku pilih jujur," kataku datar.

Sofie membawa segelas alkohol dan mendekatiku.

"Sherlyn, kita main yang lebih seru, bagaimana kalau tantangan saja?"

Aku mengerutkan kening, firasat buruk langsung muncul.

"Aku pilih jujur."

"Tantangan saja, aku nggak akan menyulitkanmu. Kata Boni kamu itu atlet renang, bagaimana kalau kamu berenang satu putaran di depan kita semua?"

Dia menatap perutku dengan pandangan penuh arti.

Dengan suara rendah, aku menjawab tegas,

"Aku lagi nggak enak badan, nggak bisa berenang."

Dengan wajah memelas, Sofie menoleh ke Boni yang langsung menunjukkan ekspresi kesal.

"Bukannya kamu jago renang, ini hal yang paling kamu kuasai, kenapa malah bilang nggak bisa?"

"Lagipula, Sofie sudah minta maaf waktu itu, sekarang juga mencoba berhubungan baik denganmu. Apa salahnya kamu berenang sebentar?"

Tanpa peduli dengan penolakanku, Boni dan Sofie memaksaku berdiri, mendorongku menuju ke tepi pantai.

Sofie bahkan melepas jaketku. Dia sengaja menegukkan segelas alkohol di tangannya dan berkata,

"Sherlyn, aku sudah meneguk habis untukmu, sekarang giliranmu."

Dia membuat suasana seolah-olah aku yang salah. Akhirnya, kesabaranku pun habis.

"Sudah kubilang, aku nggak mau berenang. Aku bahkan nggak memaksamu untuk minum, itu bukan urusanku. Dan kenapa aku nggak boleh memilih jujur?"

Sofie mulai cemberut dan berpura-pura menangis, matanya mulai berkaca-kaca. Boni menatapku dengan marah.

Tiba-tiba, dia melempar botol alkohol ke pasir dan berteriak,

"Kenapa kamu sombong sekali? Hanya berenang saja? Sofie bahkan sudah mengalah dengan minum segelas tadi, kenapa kamu masih nggak tahu diri?"

Aku menatap Boni yang tampak seperti pahlawan kesiangan, lalu menoleh ke Sofie yang mulai terisak.

Aku tertawa sinis, "Aku nggak menyuruhnya minum dan aku sudah bilang nggak mau berenang. Bukankah ini jelas pemaksaan?"

Jawabanku membuat tangisan Sofie makin keras.

Dengan wajah muram, Boni menghentakkan kakinya.

"Nggak mau renang? Baiklah, aku akan berenang bersamamu!"

Dalam tatapan kaget semua orang, tiba-tiba Boni menjambak rambutku dan memaksaku masuk ke air pantai.

Rasa dingin langsung merayap ke kulitku, membuat seluruh tubuhku menggigil. Detik berikutnya, air pantai masuk ke hidungku, membuatku batuk dan tersedak hebat.

Boni tetap tidak melepaskanku. Aku meronta dengan sekuat tenaga, mataku menjadi merah dan napasku tercekat.

Saat napasku terasa sesak, aku berusaha mendorong tubuh Boni, hingga akhirnya dia melepaskanku.

Sialnya, ombak besar datang menghantamku. Aku mencoba meraih celana Boni, tapi dia malah menendangku dengan keras.

Tubuhku terbawa arus, tenggelam dalam dinginnya air pantai.

Entah berapa lama, dengan sisa tenaga terakhir, aku berhasil berenang ke tepi pantai. Aku terengah-engah menghirup udara segar.

Dari kejauhan, aku melihat Boni merangkul Sofie dengan lembut. Tak lupa menenangkannya,

"Jangan menangis lagi, aku sudah menghukumnya."

"Dia memang pantas mendapatkannya, aku akan menghukumnya lagi nanti."

Setelah itu, Boni berjalan ke arahku. Dia menatapku dari atas sambil berkata,

"Minta maaf dengan Sofie! Lalu minum segelas alkohol untuk menghukum dirimu sendiri! Kalau nggak, kita ... "

Di bawah tatapan terkejut semua orang dan tatapan Boni yang penuh tekanan, aku memotongnya dengan mata berkaca-kaca,

"Boni, tunggu surat dari pengacaraku, kita cerai!"

Ucapan itu membuat Boni terdiam. Ekspresi tidak percayanya begitu jelas.

Dengan tubuh yang lemah, aku berjalan menjauh. Saat sampai di jalan raya, pandanganku menjadi gelap dan aku pun pingsan.

Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, samar-samar aku mendengar suara panik di sekitarku,

"Ada yang pingsan!"

"Cepat panggil ambulans! Astaga, dia berdarah! Darahnya banyak sekali!"

Bab terkait

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 4

    Entah berapa lama berlalu, aku tersadar kembali dan mendengar suara sahabatku, Vina yang terdengar sedang memarahi seseorang."Boni, kamu sudah gila? Bisa-bisanya memaksanya berenang? Kamu tahu nggak dia baru saja keguguran?""Keguguran? Kapan dia hamil? Kenapa aku nggak tahu ... ?"Suara Boni terdengar serak, penuh penyesalan yang mendalam."Kamu buta? Kamu nggak lihat dia begitu lemah beberapa hari ini? Kamu nggak lihat? Atau matamu hanya fokus ke Sofie?"Vina sangat marah hingga menggertakkan giginya.Jika bukan karena di rumah sakit, dirinya mungkin sudah menampar Boni."Aku benar-benar nggak tahu ... "Nada suara Boni mulai melemah."Cih, kamu nggak tahu? Tapi kamu bisa urus sertifikat rumah dan belikan mobil untuk wanita itu, kamu berani bilang nggak tahu semuanya? Kamu pikir dia keguguran karena apa? Dia kehilangan bayinya karenamu, dasar bajingan!""Aku ... ""Cukup, aku malas melihat mukamu, pergi saja."Suasana sekitar menjadi hening, aku perlahan membuka mata.Vina langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 5

    Boni mengambil speaker itu dan hendak melemparkannya keluar. Tidak seperti sebelumnya yang tampak bersalah, kali ini wajahnya penuh rasa jengkel."Menjengkelkan sekali, kubuang sekarang juga."Saat speaker itu hampir dilempar keluar, aku mengulurkan tangan menghentikannya.Aku menghela napas, "Nggak perlu dibuang, aku benar-benar nggak peduli.""Sayang ... ""Lagipula kalian akan bersama juga, dia pasti akan marah kalau kamu buang ini."Usai aku bicara, wajah Boni langsung pucat. Aku memalingkan wajah, memilih melihat pemandangan di luar jendela.Sesampainya di rumah, Boni memberitahuku bahwa dia sudah memesan tiket pesawat untuk ke Edin bulan november.""Kamu suka melihat salju di Edin,' 'kan? Kamu harus jaga kesehatan akhir-akhir ini, kita akan berangkat di bulan november nanti. Aku sudah mengatur semuanya."Dulu, aku selalu bermimpi untuk mengesampingkan semua pekerjaan sejenak, lalu pergi ke Edin bersama orang yang kucintai. Menginap di sana selama setengah bulan dan menikmati kein

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 6

    Malam itu, aku memohon padanya untuk mempertimbangkan kembali hubungan kami dan demi cinta, memintanya untuk memutuskan hubungan dengan Sofie.Saat itu, Boni sedang duduk di sofa dan sibuk memainkan ponselnya.Entah apa pesan yang dikirimkan Sofie, tapi sudut bibirnya melengkung, senyumnya lembut penuh kasih sayang.Lalu, dia menatapku dengan dingin dan berkata, "Sherlyn, kenapa kamu selalu merusak kesenangan orang lain? Bisa nggak kamu berhenti menganggap cinta itu segalanya? Nggak ada orang yang nggak bisa hidup tanpa siapapun. Kalau kamu terus seperti ini, aku benar-benar tertekan." Malam itu, aku tidak tidur semalaman."Sayang, nggak bisakah kamu memaafkanku?"Boni memohon dengan matanya yang berkaca-kaca, suaranya penuh penyesalan."Bisa.""Benarkah? Kamu mau memaafkanku? Sayang ... ""Aku memaafkanmu, tapi itu nggak akan menghentikanku untuk menggugat cerai. Sampai bertemu di pengadilan."Usai bicara, aku berbalik dan pergi tanpa melihat wajahnya lagi. Boni terduduk di lantai d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 7

    "Iya, rasanya nggak salah kalau kita menyimpulkan seperti itu."Aku berhenti sejenak saat sedang melihat berkas dan tiba-tiba tersadar, "Jangan-jangan Boni memutuskan Sofie setelah punya pacar baru?"Di balik telepon, Vina tertawa pelan dan menjawab, "Bingo~ benar sekali! Pria yang kecanduan selingkuh mana bisa puas hanya dengan satu wanita?""Tapi jujur saja, selain kamu, selera wanita Boni nggak pernah berubah. Mahasiswi ini baru magang di perusahaan mereka, gayanya sama persis dengan Sofie yang dulu, angkuh sekali seperti ratu."Aku agak terkejut, tapi malah jadi penasaran dengan Sofie."Vina, Sofie sudah menyerahkan rumah itu ke Boni?"Vina mencibir, "Sofie nggak bodoh, mana mungkin dia mau menyerahkan rumah ke Boni? Dia malah sengaja menyemprotkan darah anjing dan kucing ke dalam mobil Mercedesnya, lalu menyuruh orang membawanya ke bawah apartemen Boni dan mobil itu langsung rusak. Dan soal anak itu, Sofie nggak terlalu peduli.""Boni lihat Sofie bertindak sekejam itu, jadi dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 1

    Saat Boni pulang, aku menelan satu butir mifepristone sambil memakan kue ulang tahun.Ini adalah obat yang harus dimakan di hari keguguran.Hari ini adalah hari ulang tahunku, aku sudah membeli kue lebih awal dan menunggu Boni pulang untuk merayakannya. Aku ingin memberitahunya bahwa aku hamil.Namun, aku menunggu sampai pukul tujuh malam, dia juga tak mengangkat telepon dan membalas pesan.Hingga aku mengomentari unggahan Sofie tentang sertifikat rumah. Boni langsung meneleponku dengan nada marah, memarahiku tanpa henti.Aku baru saja ingin menjelaskan, tapi teleponnya langsung dimatikan dan aku pun diblokir. Aku begitu marah hingga keguguran.Saat pulang, Boni melihat obat dan kue di meja makan. Dia mengernyit dan bertanya, "Siapa yang ulang tahun? Kamu?"Aku diam-diam menyimpan obat itu dan membuang kue itu ke tempat sampah, Lalu menjawab dengan tenang, "Bukan aku, temanku yang ulang tahun."Dia menghela napas lega."Aku ingat ulang tahunmu itu 28 September, hari ini baru tanggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 2

    Aku menghabiskan dua jam untuk infus di rumah sakit, tapi saat keluar, aku tidak menemukan mobil Boni di mana pun.Aku merasa sangat tidak nyaman, hingga akhirnya terpaksa memesan taksi untuk pulang.Padahal ponselku baru saja mati dua menit yang lalu.Dengan kata lain, Boni sama sekali tidak datang menjemputku.Padahal ... dia selalu perhatian padaku dulu. Sejak kapan sikap hangatnya berubah menjadi dingin seperti ini?"Karena kamu memblokirku, jadi aku nggak bisa menghubungimu."Boni sempat terdiam, sedikit terkejut. Wajah marahnya pun sedikit melunak."Aku tahu kamu pasti lapar, jadi aku bawakan bubur ayam dan telur pitan untukmu."Aku menatap bubur itu.Hanya ada taburan daun bawang di atasnya, tidak terlihat sedikitpun telur pitan dan potongan daging. Bubur itu lebih mirip sisa makanan orang lain.Setengah jam sebelumnya, aku sempat melihat unggahan Sofie di instagram.Foto itu menunjukkan Boni sedang memasak bubur di dapur, dengan tulisan,"Siapa bilang nggak ada pria baik di dun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 7

    "Iya, rasanya nggak salah kalau kita menyimpulkan seperti itu."Aku berhenti sejenak saat sedang melihat berkas dan tiba-tiba tersadar, "Jangan-jangan Boni memutuskan Sofie setelah punya pacar baru?"Di balik telepon, Vina tertawa pelan dan menjawab, "Bingo~ benar sekali! Pria yang kecanduan selingkuh mana bisa puas hanya dengan satu wanita?""Tapi jujur saja, selain kamu, selera wanita Boni nggak pernah berubah. Mahasiswi ini baru magang di perusahaan mereka, gayanya sama persis dengan Sofie yang dulu, angkuh sekali seperti ratu."Aku agak terkejut, tapi malah jadi penasaran dengan Sofie."Vina, Sofie sudah menyerahkan rumah itu ke Boni?"Vina mencibir, "Sofie nggak bodoh, mana mungkin dia mau menyerahkan rumah ke Boni? Dia malah sengaja menyemprotkan darah anjing dan kucing ke dalam mobil Mercedesnya, lalu menyuruh orang membawanya ke bawah apartemen Boni dan mobil itu langsung rusak. Dan soal anak itu, Sofie nggak terlalu peduli.""Boni lihat Sofie bertindak sekejam itu, jadi dia

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 6

    Malam itu, aku memohon padanya untuk mempertimbangkan kembali hubungan kami dan demi cinta, memintanya untuk memutuskan hubungan dengan Sofie.Saat itu, Boni sedang duduk di sofa dan sibuk memainkan ponselnya.Entah apa pesan yang dikirimkan Sofie, tapi sudut bibirnya melengkung, senyumnya lembut penuh kasih sayang.Lalu, dia menatapku dengan dingin dan berkata, "Sherlyn, kenapa kamu selalu merusak kesenangan orang lain? Bisa nggak kamu berhenti menganggap cinta itu segalanya? Nggak ada orang yang nggak bisa hidup tanpa siapapun. Kalau kamu terus seperti ini, aku benar-benar tertekan." Malam itu, aku tidak tidur semalaman."Sayang, nggak bisakah kamu memaafkanku?"Boni memohon dengan matanya yang berkaca-kaca, suaranya penuh penyesalan."Bisa.""Benarkah? Kamu mau memaafkanku? Sayang ... ""Aku memaafkanmu, tapi itu nggak akan menghentikanku untuk menggugat cerai. Sampai bertemu di pengadilan."Usai bicara, aku berbalik dan pergi tanpa melihat wajahnya lagi. Boni terduduk di lantai d

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 5

    Boni mengambil speaker itu dan hendak melemparkannya keluar. Tidak seperti sebelumnya yang tampak bersalah, kali ini wajahnya penuh rasa jengkel."Menjengkelkan sekali, kubuang sekarang juga."Saat speaker itu hampir dilempar keluar, aku mengulurkan tangan menghentikannya.Aku menghela napas, "Nggak perlu dibuang, aku benar-benar nggak peduli.""Sayang ... ""Lagipula kalian akan bersama juga, dia pasti akan marah kalau kamu buang ini."Usai aku bicara, wajah Boni langsung pucat. Aku memalingkan wajah, memilih melihat pemandangan di luar jendela.Sesampainya di rumah, Boni memberitahuku bahwa dia sudah memesan tiket pesawat untuk ke Edin bulan november.""Kamu suka melihat salju di Edin,' 'kan? Kamu harus jaga kesehatan akhir-akhir ini, kita akan berangkat di bulan november nanti. Aku sudah mengatur semuanya."Dulu, aku selalu bermimpi untuk mengesampingkan semua pekerjaan sejenak, lalu pergi ke Edin bersama orang yang kucintai. Menginap di sana selama setengah bulan dan menikmati kein

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 4

    Entah berapa lama berlalu, aku tersadar kembali dan mendengar suara sahabatku, Vina yang terdengar sedang memarahi seseorang."Boni, kamu sudah gila? Bisa-bisanya memaksanya berenang? Kamu tahu nggak dia baru saja keguguran?""Keguguran? Kapan dia hamil? Kenapa aku nggak tahu ... ?"Suara Boni terdengar serak, penuh penyesalan yang mendalam."Kamu buta? Kamu nggak lihat dia begitu lemah beberapa hari ini? Kamu nggak lihat? Atau matamu hanya fokus ke Sofie?"Vina sangat marah hingga menggertakkan giginya.Jika bukan karena di rumah sakit, dirinya mungkin sudah menampar Boni."Aku benar-benar nggak tahu ... "Nada suara Boni mulai melemah."Cih, kamu nggak tahu? Tapi kamu bisa urus sertifikat rumah dan belikan mobil untuk wanita itu, kamu berani bilang nggak tahu semuanya? Kamu pikir dia keguguran karena apa? Dia kehilangan bayinya karenamu, dasar bajingan!""Aku ... ""Cukup, aku malas melihat mukamu, pergi saja."Suasana sekitar menjadi hening, aku perlahan membuka mata.Vina langsung

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 3

    Christian menendang pemuda tadi sambil memarahinya karena tidak peka dengan situasi."Aku ke kamar mandi sebentar."Aku berdiri perlahan, memilih untuk tidak marah di depan semua orang. Aku hanya ingin menjaga harga diri kami berdua.Boni melirikku sebentar, lalu menoleh ke Sofie. Pada akhirnya, dia juga tidak mengejarku.Saat aku kembali, semua orang sudah selesai makan dan duduk di tepi pantai.Sofie duduk di samping Boni, posisi keduanya sangat dekat. Aku memilih tempat di sudut lain untuk duduk.Christian mencoba mencairkan suasana."Baiklah, karena sudah lengkap semua, ayo waktunya main game! Kita main jujur atau tantangan!"Putaran pertama, Boni menang sementara Sofie kalah.Sofie memilih jujur dan Boni memberi pertanyaan yang mudah. "Apa hal yang paling membuatmu bahagia belakangan ini?"Sofie mengedipkan mata sambil menatap Boni dengan penuh makna.Lalu menjawab, "Aku bertemu dengan seorang pria yang luar biasa. Hanya dalam waktu sehari, aku langsung punya rumah dan mobil. Oh i

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 2

    Aku menghabiskan dua jam untuk infus di rumah sakit, tapi saat keluar, aku tidak menemukan mobil Boni di mana pun.Aku merasa sangat tidak nyaman, hingga akhirnya terpaksa memesan taksi untuk pulang.Padahal ponselku baru saja mati dua menit yang lalu.Dengan kata lain, Boni sama sekali tidak datang menjemputku.Padahal ... dia selalu perhatian padaku dulu. Sejak kapan sikap hangatnya berubah menjadi dingin seperti ini?"Karena kamu memblokirku, jadi aku nggak bisa menghubungimu."Boni sempat terdiam, sedikit terkejut. Wajah marahnya pun sedikit melunak."Aku tahu kamu pasti lapar, jadi aku bawakan bubur ayam dan telur pitan untukmu."Aku menatap bubur itu.Hanya ada taburan daun bawang di atasnya, tidak terlihat sedikitpun telur pitan dan potongan daging. Bubur itu lebih mirip sisa makanan orang lain.Setengah jam sebelumnya, aku sempat melihat unggahan Sofie di instagram.Foto itu menunjukkan Boni sedang memasak bubur di dapur, dengan tulisan,"Siapa bilang nggak ada pria baik di dun

  • Hanya Karena Sebuah Rumah   Bab 1

    Saat Boni pulang, aku menelan satu butir mifepristone sambil memakan kue ulang tahun.Ini adalah obat yang harus dimakan di hari keguguran.Hari ini adalah hari ulang tahunku, aku sudah membeli kue lebih awal dan menunggu Boni pulang untuk merayakannya. Aku ingin memberitahunya bahwa aku hamil.Namun, aku menunggu sampai pukul tujuh malam, dia juga tak mengangkat telepon dan membalas pesan.Hingga aku mengomentari unggahan Sofie tentang sertifikat rumah. Boni langsung meneleponku dengan nada marah, memarahiku tanpa henti.Aku baru saja ingin menjelaskan, tapi teleponnya langsung dimatikan dan aku pun diblokir. Aku begitu marah hingga keguguran.Saat pulang, Boni melihat obat dan kue di meja makan. Dia mengernyit dan bertanya, "Siapa yang ulang tahun? Kamu?"Aku diam-diam menyimpan obat itu dan membuang kue itu ke tempat sampah, Lalu menjawab dengan tenang, "Bukan aku, temanku yang ulang tahun."Dia menghela napas lega."Aku ingat ulang tahunmu itu 28 September, hari ini baru tanggal

DMCA.com Protection Status