Share

Hantaran Diminta Kembali
Hantaran Diminta Kembali
Penulis: NurulQ

Bab 1

Penulis: NurulQ
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-29 11:22:08

"Saya ke sini hanya untuk menyampaikan pesan Dimas,"

Ucap sang calon mertua itu seketika membuat Lila penasaran. Tak sabar Lila mendengar kabar dari calon suami yang sudah hampir dua minggu tak berkabar padanya.

"Pesan apa, ya, Bu?"

Tanya ibu dari Lila itu dengan mata berbinar saat mendengar nama calon mantunya disebut.

"Begini, jadi tidak enak ngomongnya, tapi saya minta maaf sekali dan semua harap memaklumi, ya!" Ucap ibu Dimas dengan membingungkan.

Lila dan ibu berpandangan.

Tiba-tiba hatinya merasa gelisah tanpa sebab.

"Begini, kami mau menyampaikan pesan anak kami, Dimas, ia ingin membatalkan lamaran pada Lila,"

Ucap ibu Dimas dengan mantap.

Lila terhenyak, sama halnya dengan ibu yang wajahnya seketika berubah tegang.

Lila termangu, bayangan acara lamaran yang meriah karena semua saudara berkumpul. Mereka memuji ketampanan calon suaminya dan mereka kagum pada seserahan yang mewah dan ditata sangat cantik itu.

"Wah, seserahannya mewah, lengkap dan bagus. Beruntung kamu punya calon suami yang kaya dan royal," Puji Bi Pur, bibinya dengan kagum, sesekali ia melirik iri ke arah Lila.

Lila hanya mengangguk saat itu, rasa bangga timbul dalam hatinya.

Namun kini tiba-tiba saja Bu Mela duduk di hadapannya membatalkan lamaran putranya.

Apa ini permainan?

Bahkan acara pernikahan sudah ditetapkan dua bulan lagi dan semuanya tiba-tiba dibatalkan begitu saja.

"Kenapa begitu, Bu? Kenapa Nak Dimas tidak ikut datang dan membatalkannya sendiri?"

Cecar ibu dengan suara bergetar.

Ia tentu menahan emosi di dadanya.

"Saya hanya menyampaikan keinginan anak saya, ia tidak ingin melanjutkan pertunangan ini,"

Sahut Bu Mela gusar.

Patah.

Lila diam mematung menatap wanita yang tampak mulai sinis itu.

Hatinya terasa diremas hingga remuk.

"Kenapa Nak Dimas tidak kemari dan mengemukakan alasannya membatalkan perjodohan ini,"

Cecar ibu dari Lila itu dengan sedikit tersengal. Lila tahu ibu merasa sakit hati sama seperti yang dirasakannya

"Sebenarnya Dimas hanya menuruti kemauan ayahnya untuk dijodohkan dengan Lila, tapi sekarang ayahnya tidak bisa memaksa kalau Dimas tidak berkenan,"

Ucap Bu Mela dengan mata menyorot tajam pada Lila. Gadis itu menunduk mendapat tatapan yang terlihat tak menunjukkan simpati itu

"Daripada akan jadi bumerang, mending sekarang diselesaikan,"

Lanjut Bu Mela dengan nada mantap, tak terlihat rasa malu atau sesal di wajahnya.

Hati Lila terasa remuk redam.

Lila meremas sisi kain bajunya erat.

Hatinya makin tersayat mendengar setiap alasan yang dikemukan Bu Mela.

Dimas, tidak seharusnya pria itu bersikap seperti seorang pengecut.

Bukankah Dimas dulu yang mendekatinya, menunjukkan rasa sukanya dan menunjukkan itikad baiknya untuk segera meminang.

Dan tiba-tiba saja Dimas tak memberi kabar sama sekali hingga akhirnya ibunya datang sebagai jawaban atas menghilangnya pria sebulan sejak pertunangan mereka.

Lila akhirnya luluh dan berusaha menerimanya sebagai anugerah, ia cinta pertamanya, ia memantapkan hati menerima pinangan pemuda itu meski belum begitu mengenal.

Lila hanya sering melihatnya berada di rumah besar itu. Keluarganya Dimas adalah pendatang baru dan mereka menempati rumah baru yang bagus di kampung kami.

Ia sering terlihat melewati jalan desa, melaju dengan mobil merahnya.

Sosok yang menawan dan seketika menonjol di antara pemuda di kampung kami. Ia memiliki kesempurnaan untuk menjadi sosok ideal yang didambakan para gadis.

Tampan dan kaya. Ia juga telah bekerja di sebuah bank terkenal.

Siapa gadis yang tak tertarik pada Dimas? Lila pun terpikat.

Mungkin Lila yang terburu-buru percaya dan mudah jatuh simpati.

Ia tertipu dan dipermainkan dengan culasnya.

"Baiklah, kami menerimanya,"

Ucap Lila menyudahi perdebatan ibu dan wanita itu.

Ibu menoleh kepada Lila dengan pandangan yang tak terbaca.

Ia tahu ibu ingin mempertahankan sebisa mungkin pertunangan anaknya. Ibu sudah sangat bahagia dan pernikahanpun hampir di pelupuk mata.

"Syukurlah kamu bisa menerima, kamu memang bijaksana, Nak,"

Kata Bu Mela dengan nada datar. Seolah tak ada rasa penyesalan atau rasa bersalah dari wajahnya.

Ibu diam, menatap pasrah, apalagi yang bisa dilakukan kalau pihak laki-laki sudah memutuskan pertunangan kecuali menerima keputusan yang tak adil itu.

"Eem, Karena pertunangan gagal, maka kami minta seserahannya kembali, ya, yang belum terpakai saja. Kalau ada yang sudah terpakai, kami ikhlaskan."

Ucap Bu Mela tenang.

Lila seketika menegakkan badan, rasanya seperti tersetrum aliran listrik ribuan volt. Ia sampai tak bisa berkata apapun.

Lila hanya duduk termangu, hingga ibu tiba-tiba sudah menaruh kotak-kotak hantaran itu di atas meja, dihadapan Bu Mela.

"Ini cincinnya, Bu. Semua masih utuh di tempatnya,"

Kata ibu sambil menyerahkan kotak hantaran itu kepada Bu Mela.

Tentu saja, karena acara lamaran baru sebulan lalu dilangsungkan.

Semua barang, tas, sepatu, baju, hingga kosmetik masih utuh tertata dalam box-box cantik itu.

Bu Mela tersenyum lega mengamati box-box hantaran itu, kemudian ia berpamitan dengan tergesa.

Aku dan ibu hanya diam melihat wanita itu membawa keluar hantaran itu dibantu oleh sopirnya.

Mereka tahu ada tetangga kanan kiri, depan rumahnya yang mengintip dan melihat hantaran itu dibawa keluar kembali dari rumah Lila.

Besok tentu akan menjadi gunjingan dan suara sumbang akan digaungkan pada Lila dan keluarganya

"Ada apa? Kenapa semua hantaran itu dibawa lagi?"

tanya Bibi Marmi, tetangga depan rumah Lila itu berjalan tergopoh memasuki halaman rumah begitu mobil Bu Mega keluar dari halaman rumah kami.

"Lamaran batal, dan hantaran diminta kembali, Dek," tutur ibu pelan tapi membuat Bi Pur tampak terkejut. Mata dan mulutnya terbuka sambil menatap Lila, keponakannya itu.

"Ya, sudah, mungkin belum jodohnya, La," Ucap Bi Pur sambil mengelus bahu gadis itu.

Lila berjalan pelan, telinganya makin jelas mendengar pembicaraan seru dan riuh itu ketika langkahnya makin mendekati warung Bu Sri.

"Iya, pertunangan mereka gagal, putus!"

Seru suara yang dikenalnya itu dengan lantang membuat para ibu penggemar ghibah itu makin antusias saling menyahut dan mengomentari. Lila yakin itu pasti suara Bi Pur, Bibinya.

"Kasihan, ya!"

Hanya satu suara yang terdengar bersimpati pada Lila.

"Terus, gimana? Gagal dong dapat anak orang kaya," Tanya suara yang lain menimpali.

"Ya, iya. Si Lila tuh harus sadar diri, Bu Mela itu tentu tidak akan mau punya menantu anak seorang pembantu,"

Sahut suara lain dengan jujurnya.

"Iya juga, apalagi Bu Mela itu keturunan orang terhormat, ya," Ucap Bu Sri, sang empunya warung menimpali.

"Nah, Dimas mencari jodoh juga wanita yang sebanding dengan dirinya," Ucap seorang ibu makin membuat ajang ghibah itu semakin panas.

"Kabarnya begitu, Dimas itu tidak mau dijodohkan dan memilih akan menikahi gadis yang sederajat dengan dirinya, kaya, pendidikan tinggi dan punya pekerjaan tetap." Sahut suara lain menimpali dengan bersemangat.

"Wah, bisa itu jadi mantu saya saja, Sari itu PNS dan sarjana pula!"

Dari jauh Lila mengenali suara yang menyebut nama Sari itu. Siapa lagi wanita yng mempunyai anak bernama Sari dikampung itu selain Bi Pur, bibinya.

Lila berbalik arah, menahan gemuruh di dadanya, dan memilih kembali pulang ke rumah. Ia sudah tidak berminat lagi untuk berbelanja di warung yang ramai dengan ibu-ibu kampung yang sedang bergosip tentang dirinya itu.

***

"Kamu baru pulang, Nak?" Tanya Bapak menyambut begitu Lila memasuki rumah.

"Iya, Pak." Jawab Lila pelan sambil mendekati bapak.

Matanya menatap sesuatu yang dipegang oleh Bapak.

"Undangan siapa itu, Pak!" Tanya Lila penasaran. Tiba-tiba ia ingat rencana pernikahannya sendiri yang telah batal.

"Duduk dulu!" Titah bapak sambil meletakkan tubuhnya di kursi tua itu. Lila memilih duduk di hadapan Bapak.

Ibu muncul dari ruang belakang sambil membawa mug stainles legendaris berisi teh panas untuk bapak.

"Tadi Bi Pur sekeluarga kemari, ia mengundang kita ke acara pernikahan Sari minggu depan,"

Terang bapak dengan suara berhati-hati.

"Sari menikah? Kok mendadak sekali, kok enggak ada gembar-gembor seperti biasanya!"

Tanya Lila kemudian tersenyum pelik sambil menutup mulut.

Merasa ia telah berkomentar nyinyir tentang sepupunya itu.

"Itu undangannya, Pak?"

Tanya Lila cepat, Bapak mengangguk sambil menyerahkan undangan kearahnya.

Dengan cepat ia mengambil kertas tebal berwarna merah marun itu.

"Dimas?"

Gimam Lila membaca nama di kertas undangan itu dengan suara tercekat.

Dimas Anggara, putra Bapak Hardjono Suseno dan ibu Mela Suseno.

Sudah sangat jelas, Dimas siapa yang namanya tercetak diundangan sebagai calon suami Sari, sepupunya.

"Iya, Sari akan menikah dengan Dimas."

"Padahal pria itu baru dua bulan memutuskan pertunagan dengan kamu, kini ia sudah akan menikah dengan Sari," sambung ibu dengan nada marah.

Lila meletakan undangan itu begitu saja di meja. Ia merasa ada yang mengganjal di dadanya hingga membuatnya terasa sesak.

Ada yang patah di sana, dan pupus sudah harapan yang diam-diam disimpan Lila untuk Dimas.

Inilah alasan Dimas menghilang begitu saja sejak pertunangan mereka batal.

"Aku tidak akan datang ke pernikahan mereka,"

Gumam Lila dengan suara bergetar.

"Kita datang saja, Nak. Dia juga saudara kita, Sari adalah sepupumu."

Ucap bapak pelan sambil menatap sendu wajah putrinya.

"Kita datang saja. Tunjukkan kamu bisa tegar di hadapan mereka," seru ibu dengan amarah yang tertahan.

Ibu, gampang sekali beliau berkata begitu. Bagaimana jika anak gadisnya ini tak mampu menahan diri melihat ritual upara pernikahan yang tentu akan membuat baper itu.

"Ibu akan mencarikan kamu jodoh yang lebih segalanya dari Si Dimas itu," seru ibu bersemangat, membuat Lila wajah Lila semakin kuyu mirip tisu toilet.

"Ayo, kita ke rumah mbak Zahra sekarang. Ibu akan minta ia menyulap kamu jadi Lutuna saat pernikahan Dimas nanti."

Ucap ibu sambil berdiri.

"Luna Maya, Bu!" Ralat Lila mengkoreksi ucapan ibu.

"Ya, dia, Luna yang itu!" seru ibu berapi-api.

Bahu Lila merosot seketika.

"Sudah sana, berangkat sama ibu ke salon. Biar kamu bisa segera dimodif sama Mbak Zahra." titah bapak sambil merogoh dompetnya.

"Memang Lila ini motor CB, pakai dimodif segala."

Keluh Lila sambil berdiri dan berjalan menuju kamarnya.

"Pak, kalau bisa kita segera mencari pria yang bisa digandeng Lila saat pesta pernikahan Sari dan Dimas nanti," bisik ibu sambil melirik ke arah pintu kamar Lila yang tertutup.

"Kira-kira siapa?"

Tanya bapak sambil menatap ibu dan seketika ibu hanya mengangkat bahu dengan lesu.

Bab terkait

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 2

    "Kenapa itu muka ditekuk, mending martabak manis, meski ditekuk masih ada rasanya, kalau yang ini, asem banget ngeliatnya,"tegur Yulia pada Lila yang hanya melamun sambil mengaduk makanannya. "Lupakan aja lelaki kayak gitu! dia nggak pantas buat kamu."Kata Yulia lagi sambil menatap sahabatnya itu. "Bagaimana bisa lupa? Pria itu sebentar lagi jadi suami adik sepupuku."sahut Lila sewot. "Ha! beneran?"Seru Yulia dengan mata dan bibir membulat tak percaya. "Masak aku bohong, sih?"sahut Lila menatap Yulia kesal. "Bagaimana bisa? Jangan-jangan, Dimas memutuskan pertunangan kalian karena ada sangkut pautnya dengan sepupumu!"Gumam Yulia sambil menatap Lila serius, seketika pikirannya terpengaruh dengan ucapan sahabatnya itu. "Entahlah, mungkin bukan jodoh." tepis Lila kemudian. "Ya kalau udah begitu kamu move on, dong. Tunjukkan kamu bisa dapat pengganti yang lebih baik dari Dimas."Ucap Yulia sambil tersenyum, berusaha menguatkan meski dia sendiri gemas luar biasa melihat sahaba

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 3

    Lila berjalan menyusuri jalanan dengan wajah lesu. Ia menyipitkan mata saat sinar matahari itu seolah menembus kelopak matanya. Lila menghapus peluh yang menitik di dahinya. Ia merasa gerah, marah, lelah sekaligus kecewa. Ia mempercepat langkah ketika melewati rumah berlantai dua itu. Jika saja ada jalan lain menuju rumahnya selain melewati depan rumah itu, maka ia akan lebih memilih jalan itu. Dan sayangnya Lila harus melewati rumah besar milik keluarga Dimas itu. Lila terkejut ketika ada cipratan air yang mengenai celana dan sepatunya hingga basah.Lila segera menoleh ke rumah itu. Bu Mela tampak sedang menyirami tanaman koleksinya dengan selang air. Wanita itu tak menyapa atau minta maaf pada Lila karena telah membuat Lila terkena cipratan airnya. Dengan ragu Lila menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tapi Bu Mela ternyata hanya melengoskan wajah, mengacuhkan Lila. Lila hanya bersikap sopan, setidaknya mereka pernah punya hubungan baik hingga terjadi pertunangan itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 4

    Lila berusaha untuk memejamkan mata. Ia menguap beberapa kali tapi ia tak bisa memejamkan mata. Lila mendengkus kesal. Kepalanya makin pusing, apalagi suara dari sound system itu makin keras terdengar. Mereka meletakkan sound-sound ukuran besar itu di halaman rumah Lila. Bi Pur bahkan tidak ijin pada empunya rumah saat meletakkan empat buah sound besar itu di sana. Bagaimana bisingnya suasana rumah Lila saat itu. Pesta Pernikahan mewah di gedung saja tidak memakai sound besar yang berisik seperti itu. Lagu-lagu dangdut patah hati terdengar seperti konser sejak pagi, padahal pernikahan baru akan dilaksanakan keesokan harinya. Lila semakin geram saja melihat ulah keluarga Bibinya itu. Tapi bapak dan Ibu tidak pernah berusaha membalas atau memarahi keluarga Bi Pur. Mereka masih menghormati Bibi Purwati sebagai keluarga meski adik kandung ibu itu tidak pernah memperlakukan hal yang sama mereka. "Ayo, kamu ikut saja tidur di rumah Bu Anggraini!" Titah Ibu begitu menyibak pint

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 5

    5. Hantaran Diminta Kembali"Zal, kamu bareng saja sama Lila berangkat kondangan,"Usul bu Anggraini ketika melihat putranya itu duduk di taman sambil menyesap teh pekat. Lila yang sedang menyiram tanaman itu seketika menoleh, gadis itu terkejut luar biasa. Ia tak menyangka Bu Anggraini malah menyuruh anaknya menemani Lila ke acara kondangan itu. Dada Lila rasanya sudah bergemuruh menahan kesal sekaligus malu. "Aku nggak bisa, Bu-" Suara pria itu terdengar sangat kesal."Jadi, selesai kondangan ke tempat pegawaimu, kalian langsung ke acara pernikahan sepupu Lila!" Potong Bu Anggraini cepat. "Kenapa harus aku, sih? Dia bisa berangkat sendiri, kan?"Balas Rizal kesal sambil menatap ibunya. Lila seketika meremas jari resah, malu luar biasa. Bu Anggraini keukeh merayu anaknya yang jelas menolak berangkat ke acara kondangan bersama Lila. Pergi ke acara kondangan saja dia tidak mau apalagi diajak ke pelaminan. Lila rasanya ingin menghilang saja saat itu karena malu yang luar biasa.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 6

    6. Hantaran Diminta Kembali Suasana riuh rendah dan sibuk terasa saat Lila memasuki tenda itu. Lila terkagum-kagum melihat dekorasi pesta yang mewah. Lampu gantung, kelambu satin dan aneka bunga artifisial ditata dengan apik menambah kemewahan dekorasi tenda pernikahan itu. "Wah, ini tamu agungnya baru saja datang," seru Bi Pur dengan nada sinis. Senyum lebar tersungging di bibir merahnya. Ia berjalan pelan karena terhambat oleh lilitan jarik prada dan kebaya pas badan yang membalut tubuh padatnya. "Ayo, Lila, kapan mau menyusul?" tanya Bi Pur berbasa-basi sambil tersenyum pada Lila. Senyum yang menjadi seringaian sinis saat wanita itu berpaling dari Lila. "Akad nikahnya sudah selesai, ya?" tanya Bapak sambil menghampiri Paman. "Belum, Kang," jawab Paman pelan. Pria itu tampak gugup."Mempelai lelaki masih berganti pakaian," lanjut paman sambil melirik ke pintu rumah. Bapak menatap ibu yang tampak mengamati ruangan pesta itu. "Pengantin prianya terlambat banget,"bisik i

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 7

    Hantaran Diminta Kembali Lila melirik Bibi Purwati yang beranjak menjauh dengan langkah tergesa itu. Kakinya tidak bisa melangkah sempurna karena lilitan kain jarik yang terlalu sempit itu. Lila merasa heran kenapa bibinya berusaha membuatnya menjauh dari tempat pesta itu begitu Dimas keluar dari kamar pengantin dan menuju ke tempat pesta. Wanita itu bahkan selalu mengawasi gerak gerik Lila.Bi Pur dengan tergesa mendekatinya dan menyuruhnya melakukan berbagai pekerjaan. Pesta itu memang terkesan kurang persiapan. Minuman saja belum tertata rapi meski tamu sudah mulai berdatangan. Bahkan ada makanan yang belum selesai dimasak. Acara akad nikah juga mundur dari jadwal pernikahan. "Bu, gimana sih EO-nya kok tidak beres, ya?"tanya Lila ketika melihat ibunya datang membawa tumpukan piring itu. "Mereka itu tidak pakai jasa EO atau katering, mereka cuma mengandalkan bantuan tetangga kanan-kiri saja," ucap Paman Manto sambil membawa semangkuk besar soup merah dan menuangnya dal

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 8

    Hantaran Diminta Kembali Rizal mengalihkan wajah jengah. Ia mengedarkan pandangannya. Kenapa orang harus ribut kalau ada seorang pria datang sendirian ke pesta pernikahan tanpa membawa pasangan. Apa hal itu tampak mengenaskan?Anggap saja Rizal memang terlalu sensitif."Itu dia, sebentar," seru Rizal ketika melihat seorang gadis memakai celemek dan membawa piring oval besar itu. Rizal segera meninggalkan keluarga Dimas yang merubung.Keluarga Dimas dan Sari seketika sibuk memperbaiki baju, letak sanggul dan juga mengintip rapinya riasan mereka dari kaca kecil yang selalu mereka bawa. Mereka harus tampil sempurna saat berfoto dengan Pak direktur tampan itu. "Salsa, rapikan riasanmu!" bisik Bi Pur pada putri bungsunya itu sambil menyerahkan cermin lipat itu. "Dimas! Apa direkturmu itu sudah menikah?" tanya Bi Pur pada menantunya itu. "Setahu saya belum, Bu," jawab Dimassambil menatap mertuanya yang sibuk membenahi riasan putrinya itu. "Sepertinya usianya sudah matang, ya!"u

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 9

    Hantaran Diminta Kembali Lila melirik sekilas ke arah Rizal yang sedang fokus mengemudi. Hampir tiga puluh menit mereka di dalam mobil, tak ada obrolan apapun di antara mereka. "Orang aneh!"Maki Lila dalam hati. Ia tak akan mungkin mengatakan hal itu di depan Rizal. Bagaimana tidak aneh? Beberapa menit yang lalu pria itu membuat kejutan dengan bersikap manis saat di pelaminan Dimas dan Sari. Dan menit berikut, Rizal sudah bertingkah seolah Lila tidak ada di sampingnya saat ini.Yang terjadi di pesta pernikahan Dimas itu memang hanya sandiwara.Tampaknya mereka sukses membuat keluarga Sari dan Dimas tertampar melihat Lila malam itu. Apa yang Lila dapatkan? Tentu ia merasa tenang karena ada yang menemaninya saat itu. Seperti ada yang mendukungnya saat ia terlihat mengenaskan. Lila sudah hampir menangis karena kesal dengan perlakuan Bi Pur kepada keluarganya. Ia juga menebalkan telinga dengan gunjingan tetangga dan saudara mereka tentang mantan tunangan Lila yang kini tela

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19

Bab terbaru

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 95

    Hantaran Diminta Kembali"Yud, cepat, ya!" seru Rizal dengan gusar. Ia menatap Lila yang nampak duduk dengan gelisah sambil beberapa kali menghembuskan nafas dengan cepat. "Ambil nafas, sayang!" ucap Rizal sambil mengusap keringat di dahi Lila. "Ambil nafas mulu, sudah ngos-ngosan ini!" seru Lila marah sambil melirik dengan tatapan tajam. Rizal bungkam seketika. "Iya, sabar, ya!" ucap Rizal tetap bersikap tenang sambil mengelus pinggang Lila. Dengan cepat Lila melesakkan dirinya dalam pelukan Rizal. Mencoba tenang dan menikmati sensari nyeri dan mulas yang semakin terasa. "Tenang, ya!" kata Rizal kembali sambil melirik ke depan. Jalanan di depan terlihat padat dan gelap. Banyak lampu terlihat di depan mereka, menandakan kondisi jalan yang sedang ramai. Lila diam, merasakan dada suaminya yang berdegub keras tak beraturan. Menandakan pria itu juga panik dan merasakan ketegangan yang sama. "Macet, pak!" keluh Yuda sambil membuang nafas kasar. Ia melirik Lila di jok belakang den

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 94

    Hantaran Diminta Kembali Lila menajamkan pandangannya saat ia melihat sosok berbaju putih dengan rok lilit batik berwarna hitam itu, terlihat sibuk di antara meja prasmanan. "Yulia!" seru Lila tak percaya. Gadis yang dipanggil segera menoleh dengan cepat dan tampak terkejut. "Lila! Oh ... maaf, Nyonya!" Yulia menyapa dengan gelagapan. Lila tampak terkejut, ia mendekati Yulia dan menggamit lengan Yulia untuk ke pinggir ruangan. "Ngapain manggil Nyonya?" Lila bertanya sambil mendongakkan dagu. Yulia tersenyum kikuk. "Eh, Nyonya-" Yulia menyebut lagi panggilan resmi itu dengan kaku. "Kenapa harus bersikap formal begitu, kalau teman, ya, sapa saja seperti biasa, Mbak," sela Rizal sambil mendekat. "Maaf, Pak, kan para tamu tamu di sini semua orang terhormat," Sahut Yulia malu-malu sambil membenahi celemek kecil yang melingkari pinggangnya. "Saya kok malah sok akrab sama ...." Yulia tidak melanjutkan ucapannya. "Ya ampun! bisa-bisanya, ya kepikiran begitu?"sergah Lila kes

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 93

    Hantaran Diminta Kembali Lila berdiri menghadap kaca besar di kamarnya. Ia menipiskan bibir melihat bentuk tubuhnya yang terpantul di kaca itu. Kemudian melempar pandangan ke arah ranjang dengan lelah. Tampak setumpuk baju tergeletak di atas ranjang. "Belum siap, juga?" Rizal berjalan memasuki memasuki kamar dan melihat istrinya itu masih belum bersiap. "Kenapa? Bajunya sudah jelek semua?" Rizal bertanya dengan nada lembut sambil mengamati gaun-gaun itu. "Bukan bajunya yang jelek, aku yang yang terlihat jelek," keluh Lila sambil menatap lagi bayangan dirinya di cermin. Rizal tersenyum menatap wanita yang tengah hamil besar itu. Wanita yang memakai gaun sutra yang flowy itu sudah terlihat begitu anggun dan cantik di matanya. "Kamu cantik dan seksi sekali!" Rizal berkata sambil mengambil selembar scarf untuk Lila. Namun Lila tidak terpengaruh pujian itu. Ia hanya mengira Rizal hanya sedang menghiburnya saja. Menurut Lila, mana ada wanita hamil dengan perut membuncit dan b

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 92

    Hantaran Diminta Kembali Dimas tersentak, bibirnya sampai terbuka saking terkejutnya. "Bangun, nggak! cari kerja sana!" Sari menghardik sambil menunjukan jari ke pintu ke pintu."Kau tahu aku juga setiap hari pergi melamar kerja," sahut Dimas seraya bangkit dari ranjangnya Ia melihat Sari sudah mengenakan seragam warna khakinya. Wanita hamil itu sudah siap bekerja. "Aku menyuruhmu kerja, bukan hanya mencari kerja!" Sari berseru marah. "Aku kan sudah berusaha, Sari!" Dimas menyahut sambil meruyak rambut dengan kasar. "Berusaha itu ada hasilnya, tapi ini tidak!" Sari memotong dengan suara melengking. "Ingat, aku hampir melahirkan, Mas dan aku masih terus bekerja, bahkan cari obyekan ke sana kemari demi cicilan mobilmu," seru Sari makin emosional. "Iya, iya, aku akan kerja!" Dimas menyahut gusar."Aku seperti ini juga gara-gara kamu!" Dimas balik berteriak dan segera beranjak menuju ke kamar mandi dan menutupnya dengan keras. Bu Eni yang sedang menjemur baju di samping ruma

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 91

    Hantaran Diminta Kembali Selvi memasuki mobilnya dengan wajah ceria. Sebuah telepon pagi ini membawa kabar yang membuat mood-nya seketika membaik. Tumben pria angkuh itu menelpon, meminta dirinya datang ke kantornya jam sepuluh pagi ini. Rizal tak perlu memohon, Selvi seketika menyanggupi akan datang saat itu juga."Tentu, dengan seneng hati," sahut Selvi dengan nada manja. Selvi melonjak girang, melempar ponsel di atas ranjang dan gegas menuju kamar mandi, memakai baju terbaik dan sedikit mengekspos keindahan tubuhnya, menyemprotkan parfum beraroma seksi seluruh tubuhnya, bahkan ia sibuk memilih sepatu dan tas termahalnya. Semua harus istimewa demi memenuhi panggilan Rizal. "Kamu yakin mau datang memenuhi panggilan Pak Rizal?" Elsa bertanya ragu. Melirik Selvi yang asyik mengemudi sambil bersenandung. "Tentu saja, kapan lagi aku memuaskan rindu pada Zal, kalau tidak mendatanginya pagi ini," sahut Selvi seraya mengibaskan rambut panjangnya. "Entahlah, aku merasa ia akan

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 90

    Hantaran Diminta Kembali Rizal perlahan membuka pintu kamar. Ia tersenyum melihat sosok yang berbaring di atas ranjang. Lila sudah pulas dengan posisi seenaknya. Kakinya bahkan menggantung begitu saja. Rizal mendekat dan membenahi posisi kaki Lila yang menggantung. Rizal terkejut saat melihat kaki Lila agak bengkak. Diusapnya pelan kaki itu, membuat Lila terusik. Ia hanya menggerakkan kaki dan kembali pulas. Rizal berdiri dan beranjak keluar dari kamar. Rizal segera menuju ruang tengah, karena masih mendengar suara dari televisi dari ruang itu. Ibu dan bapak masih duduk sambil selonjoran di sofa. Rizal dan Lila memang memutuskan menginap di rumah mertuanya itu. "Kenapa belum tidur, Mas?" Bapak bertanya pada menantunya itu. Rizal dengan santai duduk di dekat kaki ibu mertuanya. Bu Eni tersenyum, kebiasaan Rizal saat kecil dulu masih tak berubah hingga ia menjadi dewasa."Belum ngantuk, Pak," sahut Rizal sambil menoleh pada ibu yang kini membenahi letak jilbabnya. "Buk,

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 89

    Hantaran Diminta Kembali Lila menyalami para tamunya dengan wajah ceria. Sementara para mereka mengucapkan terima kasih dan mendoakan kebaikan untuk Lila. Para tamu mendapat hidangan yang berlimpah dan mendapat sufenir yang mewah.Lila dan Rizal telah menjamu tamunya dengan baik. Mereka tidak membedakan antara tamu relasi Rizal atau para warga kampung dan keluarga, semua berbaur bersama dalam satu ruangan. Hanya berbeda tempat antara tamu pria dan wanita saja. Satu hal yang tak akan mereka lupakan dalam acara itu adalah upaya Sari yang hampir mencelakai Lila dengan mencoba mencampur pil penggugur kandungan itu pada minuman Lila. Para tamu dan tetangga kini sibuk bergunjing, bagaimana nasib Sari setelah ini, apakah wanita hamil itu akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama. "Kalau aku yang jadi Lila, akan aku laporkan si Sari ke kantor polisi," bisik Bu Eneng dengan ketus. "Iya, Bu. Ini kejahatan yang direncakanan, efek obat itu berbahaya sekali, Bu!" sahut Bu Ema, wani

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 88

    Hantaran Diminta Kembali"Pinternya, playing victim!" Yuda berdecak muak. "Aku tidak bersalah!" Sari berteriak histeris mengundang kerumunan para tamu. Mereka merubung, ingin mengetahui perselisihan dua keluarga yang memang sudah sejak lama mereka ketahui itu. Sudah bukan rahasia lagi jika dua keluarga itu tidak akur. Ada yang pro dan kontra, meski tak sedikit yang ikut membenci keluarga Lila karena hasutan Bi Pur dan rasa dengki mereka."Jangan asal menuduh, Mas, kalau tak ada bukti!" Seorang wanita yang merupakan tetangga mereka ikut mendukung. "Bukti ini kurang jelas?" Sentak Yuda menunjukkan pecahan gelas dan butiran tablet yang hampir larut itu. "Pasti ada orang lain yang meletakkan di sana, dan kebetulan Sari yang mengambilkan minuman untuk Lila!" seru Bi Pur berang. "Maksud baik dibalas fitnah!" imbuh Bi Pur memanaskan suasana. "Sungguh aku tidak bersalah, Bu, aku difitnah!" Sari menangis tersedu-sedu sambil bersimpuh. Para tamu yang kebanyakan ibu-ibu itu merasa jat

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 87

    Hantaran Diminta Kembali Sari takjub melihat suasana acara empat bulanan itu, Kemeriahannya seperti sebuah pesta pernikahan. "Duh, ini berlebihan! mereka mau pamer kalau sudah jadi keluarga sultan!" Bi Pur bergumam nyinyir.Sari hanya diam, dongkol sekaligus iri melibas hatinya. Acara empat bulanan kehamilan Sari tidak semeriah acara ini, biasa saja. Hanya pengajian ibu-ibu kampung. Mereka memasuki tenda yang penuh hiasan bunga segar itu. Seluruh bagian dan isi tenda yang berhias kelambu satin dengan warna pink dan putih itu tak luput dari perhatian mereka. Lila menjadi seorang ratu dengan pakaian yang indah, duduk di kursi putih dikelilingi bunga dan didampingi, suami, orangtua, mertua, bahkan bahkan ipar dan semua keponakannya yang semua memakai baju bernuansa biru muda. Lila seperti ratu dengan kecantikan paripurna. Rizal terlihat beberapa kali melirik dan tersenyum menatap istrinya. Mereka terlihat sangat bahagia. "Perasaan, si Lila makin cantik, ya?"Salsa, adik bu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status