Share

Bab 2

Author: NurulQ
last update Last Updated: 2023-11-29 11:23:11

"Kenapa itu muka ditekuk, mending martabak manis, meski ditekuk masih ada rasanya, kalau yang ini, asem banget ngeliatnya,"

tegur Yulia pada Lila yang hanya melamun sambil mengaduk makanannya.

"Lupakan aja lelaki kayak gitu! dia nggak pantas buat kamu."

Kata Yulia lagi sambil menatap sahabatnya itu.

"Bagaimana bisa lupa? Pria itu sebentar lagi jadi suami adik sepupuku."

sahut Lila sewot.

"Ha! beneran?"

Seru Yulia dengan mata dan bibir membulat tak percaya.

"Masak aku bohong, sih?"

sahut Lila menatap Yulia kesal.

"Bagaimana bisa? Jangan-jangan, Dimas memutuskan pertunangan kalian karena ada sangkut pautnya dengan sepupumu!"

Gumam Yulia sambil menatap Lila serius, seketika pikirannya terpengaruh dengan ucapan sahabatnya itu.

"Entahlah, mungkin bukan jodoh." tepis Lila kemudian.

"Ya kalau udah begitu kamu move on, dong. Tunjukkan kamu bisa dapat pengganti yang lebih baik dari Dimas."

Ucap Yulia sambil tersenyum, berusaha menguatkan meski dia sendiri gemas luar biasa melihat sahabatnya yang terlihat kuyu dan menyedihkan itu.

"Dapat darimana pengganti yang lebih baik dari Dimas, Yul?" Keluh Lila sedih.

"Dimas saja sudah memutuskan pertunangan kami karena aku ini anak pembantu, kerjaku hanya karyawan toko, cantik juga tidak,"

Lanjut Lila setengah putus asa.

Peristiwa pembatalan pertunangan secara sepihak itu bukan hanya membuat Lila patah hati tapi juga membuat kepercayaan diri Lila seketika terbanting hingga ke tanah.

"Aku doakan kamu dapat pria yang lebih segalanya dari Dimas itu,"

Ucap Yulia dengan bersemangat. Ia menepuk bahu Lila dengan keras.

"Aamin!"

"Yang semangat, dong!" Seru Yulia bersemangat.

"Aamiin!" Seru Lila dengan suara kesal.

"Yang ikhlas, dari hati gitu. Biar cepat terkabul hajatnya." Ucap Yulia sambil tersenyum lebar. Ia hanya ingin membuat sahabatnya itu kembali ceria.

Tapi sekejap kemudian wajah Lila kembali muram.

"Aku kasihan pad a ibu dan bapakku," desis Lila dengan suara parau. Tak tahan juga untuk tidak curhat pada Yulia.

Ia bisa bersikap sok tegar di hadapan orangtuanya, tapi hatinya sudah hancur berserakan.

"Mereka sudah menabung untuk bakal pesta pernikahanku, ibu bahkan sudah membeli kain kebaya yang akan kami jadikan seragam nanti, dan tiba-tiba saja semua pupus seketika."

Ucap Lila sambil menyusut airmatanya.

"Orangtuaku tentu malu, mereka sudah bicara dengan keluarga besarku ...." Sambung Lila dengan suara tercekat.

Yulia mengulurkan tisu pada Lila. Gadis itu menyusut airmata yang mulai merebak.

"Udah! jangan sedih lagi. Ayo kita segera keluar. Waktu istirahat sudah habis,"

Hibur Yulia sambil melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ia membereskan kotak bekalnya, juga merapikan kotak bekal Lila yang masih tersisa banyak itu.

Yulia merasa bersimpati pada sahabatnya yang kini berdiri dan segera mencuci tangannya itu.

"Lila, ayo bantu aku melayani tamu yang datang,"

Perintah Bu Elsa muncul dari pintu pantry.

"Iya, Mbak!" seru Lila sambil mengelap tangannya.

Yulia menyusul mencuci tangan dan mengikuti Lila keluar dari pantry.

Bu Elga tampak sibuk melayani dengan seorang costumer yang sedang memilih baju pengantin itu.

"Semua bagus dan cantik-cantik, aku jadi bingung memilihnya," seru wanita yang memakai busana kerja formal itu dengan antusias.

"Kamu pilih yang mana, Sayang?"

Tanya wanita itu seraya menggamit lengan pria disebelahnya itu dengan manja.

"Terserah kamu, saja!" Jawab pria itu datar.

"Kita juga punya koleksi baru yang simple dan warna-warna soft yang cantik," Ucap Bu Elsa kembali mempromosikan gaun desainnya dengan bersemangat.

"Lila, tunjukkan gaun pengantin koleksi terbaru milik kita,"

Titah Bu Elsa lagi.

Lila segera mendekat, seketika ia tertegun ketika melihat siapa custumer yang sedang bicara dengan Bu Elsa.

Begitu juga pasangan yang akan sedang memilih gaun pengantin itu, tampak terkejut melihat Lila.

"Lila?!" Seru Dimas tampak terkejut melihat Lila berada di butik itu memakai pakaian hitam putih yang sama dengan pegawai butik itu

Sari tampak tersenyum sambil bergelanyut di lengan Dimas. Seolah ingin menunjukkan kepemilikannya pada pria itu.

Sari tidak menyapa sedikitpun pada Lila. Ia hanya melihat dengan senyum penuh kemenangan.

"Lila, ambilkan gaun yang baru selesai kemarin,"

titah Mbak Elsa yang segera dilaksanakan oleh Lila.

"Lil, dia itu mirip pria yang ada di ponselmu," tanya Yulia dengan nada ragu.

"Emang dia!"

Sahut Lila tak bisa menutupi wajahnya yang gusar.

"Kurang kerjaan, ya? Apa mereka nggak tahu kamu bekerja di sini?"

Tanya Yulia dengan nada marah.

"Enggak tahu! Jika tahu, mereka sengaja melakukan itu."

Dengkus Yulia marah.

Lila berusaha tenang dan melepas baju pengantin itu dari badan manekin dengan hati-hati.

"Mereka harus diberi pelajaran!" Ucap Yulia geram.

"Sudahlah, jangan cari perkara. Kita jaga nama baik di sini, ya!"

Cegah Lila pelan

Yulia mendengkus. Ia heran, mengapa ia yang kesal sendiri melihat perlakuan dua pasangan itu pada Lila.

Lila mengambil gaun berwarna dusty pink itu dibantu oleh Yulia.

Dengan langkah berat Lila berjalan kembali menemui Sari dan Dimas.

"Nah, ini koleksi terbaru kami, ini desain busana pengantin yang akan menjadi tren tahun ini,"

Jelas Bu Elga sambil menunjukkan gaun berhiaskan kristal swarovski itu.

"Wah, cantik sekali, ya, Mas! Cocok sama aku?"

Tanya Sari dengan suara manja sambil menatap Dimas dengan tatapan penuh cinta.

Lila mengalihkan wajah jengah, begitu juga dengan Yulia.

"Pasti cocok, dong!" sahut Dimas sambil tersenyum. Ekor matanya melirik Lila sekilas.

"Ayo, bantu mbak Sari fitting bajunya,"

Perintah Bu Elga pada Lila.

"Yulia! kamu ambilkan aksesoris dan veil pengantin untuk dicoba Mbak Sari,"

Perintah itu segera dilaksanakan Yulia tanpa banyak bicara.

"Silahkan ke ruang ganti, Mbak!"

titqh Sari segera menuju ruangan lapang. Hanya ada kursi sofa beludru dan sebuah cermin sepanjang besar menempel di tembok ruangan.

"Bantu aku memakai baju ini!"

Perintah Sari tanpa menoleh, ia terlihat mengamati dirinya di cermin.

Gadis itu bertingkah seolah tidak pernah mengenal Lila sebelumnya.

"Bisa lebih cepat sedikit memasang kancing-kancing itu?" Omel Sari tak sabar.

Lila tak menjawab.

Ia berusaha meredam perasaannya sambil tetap menautkan kancing bagian belakang pada baju Lila. Lila agak kesulitan karena baju itu terlalu sempit di badan Sari.

"Auw! Kamu sengaja, ya, bersikap kasar begitu?"

Seru Sari tiba-tiba dengan suara keras.

"Maksud kamu apa?" tanya Lila panik

"Alah! bilang saja tak ikhlas membantu aku, sampai kamu mencakar punggungku?" seru Sari dengan suara keras.

Lila terperangah melihat Sari yang tiba-tiba saja nampak marah. Lila bahkan heran kenapa gadis itu bisa bersikap dramatis seperti itu.

"Kamu kenapa, sih, Sari?"

Seru Lila bingung.

"Ada apa, ini?" Bu Elga dan Dimas berjalan tergesa memasuki ruangan itu.

"Pegawai anda ini! dia bersikap tidak sopan, dia sangat kasar dan mencakar punggungku saat membantu memasang kancing ini.

Adu Sari dengan berapi-api.

Bu Elga dan Dimas segera menatap Lila yang terpaku dengan tatapan tak percaya.

"Maaf, Mbak! biar saya sendiri yang akan membantu mbak Sari-" Lerai bu Elga berusaha menengahi.

"Sudah! Saya tidak nyaman lagi berada di tempat ini, bridal pengantin tidak cuma ada di sini," Seru Sari sambil berusaha melepaskan kancing baju yang telah tertaut separuh itu.

"Mbak Sari, sini saya, bantu!" Bu Elga segera mendekat dan membantu Sari melepas baju itu.

Dimas memilih kembali keluar ruangan.

Pria itu melayangkan pandangan mata kesal saat melewati Lila.

"Mbak Sari, maafkan atas keteledoran pegawai kami. Saya sendiri yang akan melayani, Mbak-"

Ucap Bu Elga mengikuti Sari yang berjalan tergopoh keluar dari fitting room dengan wajah marah itu.

Marah yang dibuat-buat seolah ia adalah korban di tempat itu.

"Nggak usah, Bu! Saya sudah tidak mood berada di sini," Sahut Sari sambil berjalan cepat menuju ke arah Dimas.

"Ayo kita pergi, Mas. Kita cari butik lain yang lebih bagus pelayanannya." seru Sari sambil menggamit lengan Dimas dan menyeret pria itu keluar dari butik.

"Kamu ini kenapa, sih?" tanya Dimas sambil melepaskan tangan Sari yang menyeretnya itu.

"Apa Lila bersikap kasar pada kamu?" Tanya Dimas untuk meyakinkan.

"Tidak, sih! Aku cuma nggak cocok aja dengan harga di butik itu, mahal-mahal. Masa dana pernikahan habis buat satu gaun pengantin, saja?"

Jawab Sari sambil berjalan menuju ke mobil milik Dimas yang terparkir di halaman butik.

Dimas menggeleng dan menatap tak percaya melihat tingkah calon istrinya itu.

Bu Elsa berjalan mondar mandir dengan wajah merah padam. Pelanggan pertama yang ia harapkan bisa memberi keuntungan padanya hari itu justru lepas karena Lila.

"Kamu ternyata bisa bersikap begitu, ya?" cecar Bu Elga sambil menatap tajam ke arah Lila.

Sedang Lila hanya menunduk sambil meremas tangan resah. Yulia hanya menatap sahabatnya itu dengan wajah bersimpati.

"Kamu punya masalah apa sama gadis itu? Kamu iri?" Bu Elga kembali berseru marah.

"Tapi, Bu. Saya tidak bersalah. Gadis itu yang bersikap kasar-"

Batin Lila membela diri.

"Kamu sudah bersalah tapi tidak menyesal, ya" Seru Bu Elga semakin murka.

"Aku tidak butuh karyawan kasar seperti kamu!"

Seru Bu Elga marah.

"Sekarang kamu keluar dan jangan kembali ke tempat ini!" Usir Bu Elga sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

"Bu, tolong beri kesempatan Lila-"

Ucap Yulia takut-takut.

"Sudah! Jangan bela dia atau kamu juga ingin dipecat!" Seru Bu Elga sambil berjalan tergesa menuju ke ruangan kerjanya.

Sementara Lila berjalan menuju ke arah loker karyawan dan mengemasi seluruh barangnya yang ada di tempat itu.

[Sari, kau telah merampas tunangan sekaligus membuatku menjadi pengangguran.]

Desis Lila geram.

Related chapters

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 3

    Lila berjalan menyusuri jalanan dengan wajah lesu. Ia menyipitkan mata saat sinar matahari itu seolah menembus kelopak matanya. Lila menghapus peluh yang menitik di dahinya. Ia merasa gerah, marah, lelah sekaligus kecewa. Ia mempercepat langkah ketika melewati rumah berlantai dua itu. Jika saja ada jalan lain menuju rumahnya selain melewati depan rumah itu, maka ia akan lebih memilih jalan itu. Dan sayangnya Lila harus melewati rumah besar milik keluarga Dimas itu. Lila terkejut ketika ada cipratan air yang mengenai celana dan sepatunya hingga basah.Lila segera menoleh ke rumah itu. Bu Mela tampak sedang menyirami tanaman koleksinya dengan selang air. Wanita itu tak menyapa atau minta maaf pada Lila karena telah membuat Lila terkena cipratan airnya. Dengan ragu Lila menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tapi Bu Mela ternyata hanya melengoskan wajah, mengacuhkan Lila. Lila hanya bersikap sopan, setidaknya mereka pernah punya hubungan baik hingga terjadi pertunangan itu

    Last Updated : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 4

    Lila berusaha untuk memejamkan mata. Ia menguap beberapa kali tapi ia tak bisa memejamkan mata. Lila mendengkus kesal. Kepalanya makin pusing, apalagi suara dari sound system itu makin keras terdengar. Mereka meletakkan sound-sound ukuran besar itu di halaman rumah Lila. Bi Pur bahkan tidak ijin pada empunya rumah saat meletakkan empat buah sound besar itu di sana. Bagaimana bisingnya suasana rumah Lila saat itu. Pesta Pernikahan mewah di gedung saja tidak memakai sound besar yang berisik seperti itu. Lagu-lagu dangdut patah hati terdengar seperti konser sejak pagi, padahal pernikahan baru akan dilaksanakan keesokan harinya. Lila semakin geram saja melihat ulah keluarga Bibinya itu. Tapi bapak dan Ibu tidak pernah berusaha membalas atau memarahi keluarga Bi Pur. Mereka masih menghormati Bibi Purwati sebagai keluarga meski adik kandung ibu itu tidak pernah memperlakukan hal yang sama mereka. "Ayo, kamu ikut saja tidur di rumah Bu Anggraini!" Titah Ibu begitu menyibak pint

    Last Updated : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 5

    5. Hantaran Diminta Kembali"Zal, kamu bareng saja sama Lila berangkat kondangan,"Usul bu Anggraini ketika melihat putranya itu duduk di taman sambil menyesap teh pekat. Lila yang sedang menyiram tanaman itu seketika menoleh, gadis itu terkejut luar biasa. Ia tak menyangka Bu Anggraini malah menyuruh anaknya menemani Lila ke acara kondangan itu. Dada Lila rasanya sudah bergemuruh menahan kesal sekaligus malu. "Aku nggak bisa, Bu-" Suara pria itu terdengar sangat kesal."Jadi, selesai kondangan ke tempat pegawaimu, kalian langsung ke acara pernikahan sepupu Lila!" Potong Bu Anggraini cepat. "Kenapa harus aku, sih? Dia bisa berangkat sendiri, kan?"Balas Rizal kesal sambil menatap ibunya. Lila seketika meremas jari resah, malu luar biasa. Bu Anggraini keukeh merayu anaknya yang jelas menolak berangkat ke acara kondangan bersama Lila. Pergi ke acara kondangan saja dia tidak mau apalagi diajak ke pelaminan. Lila rasanya ingin menghilang saja saat itu karena malu yang luar biasa.

    Last Updated : 2023-11-29
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 6

    6. Hantaran Diminta Kembali Suasana riuh rendah dan sibuk terasa saat Lila memasuki tenda itu. Lila terkagum-kagum melihat dekorasi pesta yang mewah. Lampu gantung, kelambu satin dan aneka bunga artifisial ditata dengan apik menambah kemewahan dekorasi tenda pernikahan itu. "Wah, ini tamu agungnya baru saja datang," seru Bi Pur dengan nada sinis. Senyum lebar tersungging di bibir merahnya. Ia berjalan pelan karena terhambat oleh lilitan jarik prada dan kebaya pas badan yang membalut tubuh padatnya. "Ayo, Lila, kapan mau menyusul?" tanya Bi Pur berbasa-basi sambil tersenyum pada Lila. Senyum yang menjadi seringaian sinis saat wanita itu berpaling dari Lila. "Akad nikahnya sudah selesai, ya?" tanya Bapak sambil menghampiri Paman. "Belum, Kang," jawab Paman pelan. Pria itu tampak gugup."Mempelai lelaki masih berganti pakaian," lanjut paman sambil melirik ke pintu rumah. Bapak menatap ibu yang tampak mengamati ruangan pesta itu. "Pengantin prianya terlambat banget,"bisik i

    Last Updated : 2023-12-18
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 7

    Hantaran Diminta Kembali Lila melirik Bibi Purwati yang beranjak menjauh dengan langkah tergesa itu. Kakinya tidak bisa melangkah sempurna karena lilitan kain jarik yang terlalu sempit itu. Lila merasa heran kenapa bibinya berusaha membuatnya menjauh dari tempat pesta itu begitu Dimas keluar dari kamar pengantin dan menuju ke tempat pesta. Wanita itu bahkan selalu mengawasi gerak gerik Lila.Bi Pur dengan tergesa mendekatinya dan menyuruhnya melakukan berbagai pekerjaan. Pesta itu memang terkesan kurang persiapan. Minuman saja belum tertata rapi meski tamu sudah mulai berdatangan. Bahkan ada makanan yang belum selesai dimasak. Acara akad nikah juga mundur dari jadwal pernikahan. "Bu, gimana sih EO-nya kok tidak beres, ya?"tanya Lila ketika melihat ibunya datang membawa tumpukan piring itu. "Mereka itu tidak pakai jasa EO atau katering, mereka cuma mengandalkan bantuan tetangga kanan-kiri saja," ucap Paman Manto sambil membawa semangkuk besar soup merah dan menuangnya dal

    Last Updated : 2023-12-18
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 8

    Hantaran Diminta Kembali Rizal mengalihkan wajah jengah. Ia mengedarkan pandangannya. Kenapa orang harus ribut kalau ada seorang pria datang sendirian ke pesta pernikahan tanpa membawa pasangan. Apa hal itu tampak mengenaskan?Anggap saja Rizal memang terlalu sensitif."Itu dia, sebentar," seru Rizal ketika melihat seorang gadis memakai celemek dan membawa piring oval besar itu. Rizal segera meninggalkan keluarga Dimas yang merubung.Keluarga Dimas dan Sari seketika sibuk memperbaiki baju, letak sanggul dan juga mengintip rapinya riasan mereka dari kaca kecil yang selalu mereka bawa. Mereka harus tampil sempurna saat berfoto dengan Pak direktur tampan itu. "Salsa, rapikan riasanmu!" bisik Bi Pur pada putri bungsunya itu sambil menyerahkan cermin lipat itu. "Dimas! Apa direkturmu itu sudah menikah?" tanya Bi Pur pada menantunya itu. "Setahu saya belum, Bu," jawab Dimassambil menatap mertuanya yang sibuk membenahi riasan putrinya itu. "Sepertinya usianya sudah matang, ya!"u

    Last Updated : 2023-12-19
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 9

    Hantaran Diminta Kembali Lila melirik sekilas ke arah Rizal yang sedang fokus mengemudi. Hampir tiga puluh menit mereka di dalam mobil, tak ada obrolan apapun di antara mereka. "Orang aneh!"Maki Lila dalam hati. Ia tak akan mungkin mengatakan hal itu di depan Rizal. Bagaimana tidak aneh? Beberapa menit yang lalu pria itu membuat kejutan dengan bersikap manis saat di pelaminan Dimas dan Sari. Dan menit berikut, Rizal sudah bertingkah seolah Lila tidak ada di sampingnya saat ini.Yang terjadi di pesta pernikahan Dimas itu memang hanya sandiwara.Tampaknya mereka sukses membuat keluarga Sari dan Dimas tertampar melihat Lila malam itu. Apa yang Lila dapatkan? Tentu ia merasa tenang karena ada yang menemaninya saat itu. Seperti ada yang mendukungnya saat ia terlihat mengenaskan. Lila sudah hampir menangis karena kesal dengan perlakuan Bi Pur kepada keluarganya. Ia juga menebalkan telinga dengan gunjingan tetangga dan saudara mereka tentang mantan tunangan Lila yang kini tela

    Last Updated : 2023-12-19
  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 10

    Hantaran Diminta Kembali Lila berjalan ragu-ragu mendekati lobby hotel. Seorang bellboy mendekati, membukakan pintu kaca itu. Pria berpakaian tapi itu bertanya pada Lila."Ada yang bisa dibantu?"Sapa Bellboy itu sopan. Sikap ramah itu malah membuat Lila sungkan."Ee, toiletnya sebelah mana, ya, Mas?" tanya Lila sambil tersenyum malu."Mbak jalan terus belok sebelah-""Kamu ngapain di sini?" tegur seseorang memotong ucapan pegawai hotel itu.Lila terkejut ketika mendengar suara berat bernada dingin itu. Gadis itu segera menoleh dan melihat Rizal sudah berdiri, menatap dengan pandangan tajam ke arahnya. "Terima kasih, ya Mas!" ucap Lila mengangguk ramah pada pegawai hotel itu sambil berjalan menuju toilet yang dimaksud. "Kamu mau kemana?"tanya Rizal menahan langkah Lila. "Saya mau ke toilet, Pak,"jawab Lila berjalan cepat menghindari Rizal. Ia sedikit takut melihat pria itu. Rizal memang melarangnya masuk hotel dan Lila kini justru berkeliaran di tempat itu. Dengan langka

    Last Updated : 2023-12-20

Latest chapter

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 95

    Hantaran Diminta Kembali"Yud, cepat, ya!" seru Rizal dengan gusar. Ia menatap Lila yang nampak duduk dengan gelisah sambil beberapa kali menghembuskan nafas dengan cepat. "Ambil nafas, sayang!" ucap Rizal sambil mengusap keringat di dahi Lila. "Ambil nafas mulu, sudah ngos-ngosan ini!" seru Lila marah sambil melirik dengan tatapan tajam. Rizal bungkam seketika. "Iya, sabar, ya!" ucap Rizal tetap bersikap tenang sambil mengelus pinggang Lila. Dengan cepat Lila melesakkan dirinya dalam pelukan Rizal. Mencoba tenang dan menikmati sensari nyeri dan mulas yang semakin terasa. "Tenang, ya!" kata Rizal kembali sambil melirik ke depan. Jalanan di depan terlihat padat dan gelap. Banyak lampu terlihat di depan mereka, menandakan kondisi jalan yang sedang ramai. Lila diam, merasakan dada suaminya yang berdegub keras tak beraturan. Menandakan pria itu juga panik dan merasakan ketegangan yang sama. "Macet, pak!" keluh Yuda sambil membuang nafas kasar. Ia melirik Lila di jok belakang den

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 94

    Hantaran Diminta Kembali Lila menajamkan pandangannya saat ia melihat sosok berbaju putih dengan rok lilit batik berwarna hitam itu, terlihat sibuk di antara meja prasmanan. "Yulia!" seru Lila tak percaya. Gadis yang dipanggil segera menoleh dengan cepat dan tampak terkejut. "Lila! Oh ... maaf, Nyonya!" Yulia menyapa dengan gelagapan. Lila tampak terkejut, ia mendekati Yulia dan menggamit lengan Yulia untuk ke pinggir ruangan. "Ngapain manggil Nyonya?" Lila bertanya sambil mendongakkan dagu. Yulia tersenyum kikuk. "Eh, Nyonya-" Yulia menyebut lagi panggilan resmi itu dengan kaku. "Kenapa harus bersikap formal begitu, kalau teman, ya, sapa saja seperti biasa, Mbak," sela Rizal sambil mendekat. "Maaf, Pak, kan para tamu tamu di sini semua orang terhormat," Sahut Yulia malu-malu sambil membenahi celemek kecil yang melingkari pinggangnya. "Saya kok malah sok akrab sama ...." Yulia tidak melanjutkan ucapannya. "Ya ampun! bisa-bisanya, ya kepikiran begitu?"sergah Lila kes

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 93

    Hantaran Diminta Kembali Lila berdiri menghadap kaca besar di kamarnya. Ia menipiskan bibir melihat bentuk tubuhnya yang terpantul di kaca itu. Kemudian melempar pandangan ke arah ranjang dengan lelah. Tampak setumpuk baju tergeletak di atas ranjang. "Belum siap, juga?" Rizal berjalan memasuki memasuki kamar dan melihat istrinya itu masih belum bersiap. "Kenapa? Bajunya sudah jelek semua?" Rizal bertanya dengan nada lembut sambil mengamati gaun-gaun itu. "Bukan bajunya yang jelek, aku yang yang terlihat jelek," keluh Lila sambil menatap lagi bayangan dirinya di cermin. Rizal tersenyum menatap wanita yang tengah hamil besar itu. Wanita yang memakai gaun sutra yang flowy itu sudah terlihat begitu anggun dan cantik di matanya. "Kamu cantik dan seksi sekali!" Rizal berkata sambil mengambil selembar scarf untuk Lila. Namun Lila tidak terpengaruh pujian itu. Ia hanya mengira Rizal hanya sedang menghiburnya saja. Menurut Lila, mana ada wanita hamil dengan perut membuncit dan b

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 92

    Hantaran Diminta Kembali Dimas tersentak, bibirnya sampai terbuka saking terkejutnya. "Bangun, nggak! cari kerja sana!" Sari menghardik sambil menunjukan jari ke pintu ke pintu."Kau tahu aku juga setiap hari pergi melamar kerja," sahut Dimas seraya bangkit dari ranjangnya Ia melihat Sari sudah mengenakan seragam warna khakinya. Wanita hamil itu sudah siap bekerja. "Aku menyuruhmu kerja, bukan hanya mencari kerja!" Sari berseru marah. "Aku kan sudah berusaha, Sari!" Dimas menyahut sambil meruyak rambut dengan kasar. "Berusaha itu ada hasilnya, tapi ini tidak!" Sari memotong dengan suara melengking. "Ingat, aku hampir melahirkan, Mas dan aku masih terus bekerja, bahkan cari obyekan ke sana kemari demi cicilan mobilmu," seru Sari makin emosional. "Iya, iya, aku akan kerja!" Dimas menyahut gusar."Aku seperti ini juga gara-gara kamu!" Dimas balik berteriak dan segera beranjak menuju ke kamar mandi dan menutupnya dengan keras. Bu Eni yang sedang menjemur baju di samping ruma

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 91

    Hantaran Diminta Kembali Selvi memasuki mobilnya dengan wajah ceria. Sebuah telepon pagi ini membawa kabar yang membuat mood-nya seketika membaik. Tumben pria angkuh itu menelpon, meminta dirinya datang ke kantornya jam sepuluh pagi ini. Rizal tak perlu memohon, Selvi seketika menyanggupi akan datang saat itu juga."Tentu, dengan seneng hati," sahut Selvi dengan nada manja. Selvi melonjak girang, melempar ponsel di atas ranjang dan gegas menuju kamar mandi, memakai baju terbaik dan sedikit mengekspos keindahan tubuhnya, menyemprotkan parfum beraroma seksi seluruh tubuhnya, bahkan ia sibuk memilih sepatu dan tas termahalnya. Semua harus istimewa demi memenuhi panggilan Rizal. "Kamu yakin mau datang memenuhi panggilan Pak Rizal?" Elsa bertanya ragu. Melirik Selvi yang asyik mengemudi sambil bersenandung. "Tentu saja, kapan lagi aku memuaskan rindu pada Zal, kalau tidak mendatanginya pagi ini," sahut Selvi seraya mengibaskan rambut panjangnya. "Entahlah, aku merasa ia akan

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 90

    Hantaran Diminta Kembali Rizal perlahan membuka pintu kamar. Ia tersenyum melihat sosok yang berbaring di atas ranjang. Lila sudah pulas dengan posisi seenaknya. Kakinya bahkan menggantung begitu saja. Rizal mendekat dan membenahi posisi kaki Lila yang menggantung. Rizal terkejut saat melihat kaki Lila agak bengkak. Diusapnya pelan kaki itu, membuat Lila terusik. Ia hanya menggerakkan kaki dan kembali pulas. Rizal berdiri dan beranjak keluar dari kamar. Rizal segera menuju ruang tengah, karena masih mendengar suara dari televisi dari ruang itu. Ibu dan bapak masih duduk sambil selonjoran di sofa. Rizal dan Lila memang memutuskan menginap di rumah mertuanya itu. "Kenapa belum tidur, Mas?" Bapak bertanya pada menantunya itu. Rizal dengan santai duduk di dekat kaki ibu mertuanya. Bu Eni tersenyum, kebiasaan Rizal saat kecil dulu masih tak berubah hingga ia menjadi dewasa."Belum ngantuk, Pak," sahut Rizal sambil menoleh pada ibu yang kini membenahi letak jilbabnya. "Buk,

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 89

    Hantaran Diminta Kembali Lila menyalami para tamunya dengan wajah ceria. Sementara para mereka mengucapkan terima kasih dan mendoakan kebaikan untuk Lila. Para tamu mendapat hidangan yang berlimpah dan mendapat sufenir yang mewah.Lila dan Rizal telah menjamu tamunya dengan baik. Mereka tidak membedakan antara tamu relasi Rizal atau para warga kampung dan keluarga, semua berbaur bersama dalam satu ruangan. Hanya berbeda tempat antara tamu pria dan wanita saja. Satu hal yang tak akan mereka lupakan dalam acara itu adalah upaya Sari yang hampir mencelakai Lila dengan mencoba mencampur pil penggugur kandungan itu pada minuman Lila. Para tamu dan tetangga kini sibuk bergunjing, bagaimana nasib Sari setelah ini, apakah wanita hamil itu akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama. "Kalau aku yang jadi Lila, akan aku laporkan si Sari ke kantor polisi," bisik Bu Eneng dengan ketus. "Iya, Bu. Ini kejahatan yang direncakanan, efek obat itu berbahaya sekali, Bu!" sahut Bu Ema, wani

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 88

    Hantaran Diminta Kembali"Pinternya, playing victim!" Yuda berdecak muak. "Aku tidak bersalah!" Sari berteriak histeris mengundang kerumunan para tamu. Mereka merubung, ingin mengetahui perselisihan dua keluarga yang memang sudah sejak lama mereka ketahui itu. Sudah bukan rahasia lagi jika dua keluarga itu tidak akur. Ada yang pro dan kontra, meski tak sedikit yang ikut membenci keluarga Lila karena hasutan Bi Pur dan rasa dengki mereka."Jangan asal menuduh, Mas, kalau tak ada bukti!" Seorang wanita yang merupakan tetangga mereka ikut mendukung. "Bukti ini kurang jelas?" Sentak Yuda menunjukkan pecahan gelas dan butiran tablet yang hampir larut itu. "Pasti ada orang lain yang meletakkan di sana, dan kebetulan Sari yang mengambilkan minuman untuk Lila!" seru Bi Pur berang. "Maksud baik dibalas fitnah!" imbuh Bi Pur memanaskan suasana. "Sungguh aku tidak bersalah, Bu, aku difitnah!" Sari menangis tersedu-sedu sambil bersimpuh. Para tamu yang kebanyakan ibu-ibu itu merasa jat

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 87

    Hantaran Diminta Kembali Sari takjub melihat suasana acara empat bulanan itu, Kemeriahannya seperti sebuah pesta pernikahan. "Duh, ini berlebihan! mereka mau pamer kalau sudah jadi keluarga sultan!" Bi Pur bergumam nyinyir.Sari hanya diam, dongkol sekaligus iri melibas hatinya. Acara empat bulanan kehamilan Sari tidak semeriah acara ini, biasa saja. Hanya pengajian ibu-ibu kampung. Mereka memasuki tenda yang penuh hiasan bunga segar itu. Seluruh bagian dan isi tenda yang berhias kelambu satin dengan warna pink dan putih itu tak luput dari perhatian mereka. Lila menjadi seorang ratu dengan pakaian yang indah, duduk di kursi putih dikelilingi bunga dan didampingi, suami, orangtua, mertua, bahkan bahkan ipar dan semua keponakannya yang semua memakai baju bernuansa biru muda. Lila seperti ratu dengan kecantikan paripurna. Rizal terlihat beberapa kali melirik dan tersenyum menatap istrinya. Mereka terlihat sangat bahagia. "Perasaan, si Lila makin cantik, ya?"Salsa, adik bu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status