Part 3
~~~~~~
Jika biasanya aku selalu semangat setiap kali jam kerja Nurma selesai, tapi tidak kali ini. Itu semua karena Yosy memaksaku untuk bertemu dengannya. Ya ... Tepat saat aku akan bertemu dengan Nurma. Padahal tahu sendiri kan, saat-saat bersama Nurma itu sangatlah aku nanti. Tapi Yosy merusak segalanya.
"Va, kamu nggak pulang?" ucap Nesa, wanita yang meminta bantuanku untuk menyelidiki dimana ayahnya yang pergi tanpa kabar selama sebulan ini.
"Bentar deh. Kamu duluan aja, jangan lupa kirimin berkas-berkas bokap kamu, ya. Kalau bisa besok mau aku kerjain," jawabku singkat dengan dijawab anggukan kepala olehnya.
Kubuka benda pipih di saku celanaku. Pukul setengah dua belas, sedangkan Nurma pulang pukul satu.
[Nur, seandainya kamu jemput Mira sendiri bisa nggak? Sama Bu Maryam aja? Aku mendadak ada urusan penting nih]
Dengan lesu kukirim pesan singkat itu pada Nurma. Semoga saja ia tak keberatan dengan permintaanku.
[Ba
Part 4~~~~~~Untuk beberapa saat tubuhku membeku setelah mendengar penuturan Nurma, bahwa seorang teman yang ia ceritakan juga bernama Yosy. Sama seperti wanita yang kini mengikat cinta denganku."Va, kamu kenapa?" tanya Nurma membuyarkan lamunanku."Ah ... Maaf, aku tidak sengaja. Tiba-tiba saja kepalaku pening," kilahku dengan memijit pelan pelipisku."Gantian aku yang nyetir, ya? Kamu duduk aja di sini,""Nggak usah, aku masih kuat," jawabku lantas menginjak pedal gas pelan. Masih terngiang jelas di telingaku saat Nurma menceritakan detail tentang temannya yang juga bernama Yosy."Nur, mengenai temanmu tadi, emang namanya Yosy siapa?" tanyaku sedikit penasaran, aku hanya ingin memastikan bahwa Yosy yang ia ceritakan bukanlah Yosy yang kukenal."Oh, tadi. Namanya Yosy Maharani. Kamu kenal?"DeghYosy Maharani? Sama persis dengan Yosy yang siang tadi sudah memaksaku untuk memenuhi semua kemauannya.Astaga
Part 5~~~~~"Adit! Tunggu. Sudah cukup kamu memperlakukanku seperti ini. Entah apa yang mendasari rasa bencimu hingga kini kamu merasa sangat dendam kepadaku, tapi aku mohon, maafkan aku, lupakan ... Mari kita hidup dengan lembaran baru," tandas Nurma saat kami berpapasan dengan seorang pria yang beberapa kali bertemu denganku dan Nurma.Pria yang disebut sebagai Adit itu menoleh, sesaat setelah ia dengan sengaja menabrak bahu Nurma kasar. Suasana ramai parkiran rumah sakit tak menjadikannya diam dan tak mencari gara-gara dengan Nurma."Jika memang kamu menginginkanku tak menemui dan ada di depan matamu lagi, akan aku lakukan, tapi tolong ... Jangan bersikap seperti anak kecil seperti ini. Toh semua sudah berlalu, tak seharusnya kita terus terjerat pada kenangan masa lalu." Nurma kembali berceloteh, membuatku semakin bingung dengan mereka berdua. Sebenarnya, ada hubungan apa?Tanpa menjawab perkataan Nurma, pria itu melengos dan pergi meninggalkan
Part 6~~~~~~Aku bagai orang b*doh yang sedang dipergoki tengah bertelanjang di depan umum. Ya, aku merasa sangat malu dan serasa tak punya harga diri ketika Nurma bercengkerama manis dengan Yosy, tunanganku.Andai saja aku dapat memutar waktu, pasti aku akan lebih dulu melepas Yosy meski apapun terjadi daripada harus seperti ini. Aku tak beda jauh dengan Bayu yang menjalani hubungan dengan dua wanita sekaligus, dan mereka pun saling kenal.Entah, apa yang akan Nurma lakukan jika ia tahu bahwa aku ini adalah tunangan Yosy."Kamu ngapain di sini?" Kudengar samar Yosy bertanya pada Nurma.Dengan sengaja aku berdiri dibalik tembok tempat mereka bertemu, aku takut jika mereka membicarakan tentangku. Lebih baik aku jujur daripada mereka harus tahu dengan cara seperti ini."Tadi jenguk ibunya temenku. Kamu ngapain di sini? Siapa yang sakit?""Oh ... Ini, calon mertuaku masuk rumah sakit. Penyakit jantungnya kambuh," sahut Yosy
Part 7~~~~~~Selama perjalanan, Yosy terlihat menekuk wajahnya. Ia juga terus menatap ke luar jendela mobil. Entah, apa yang sedang ia pikirkan. Tak biasanya dia bersikal seperti itu. Tapi tak apalah, apa peduliku?Kau sungguh merebut akal sehatkuTentang cinta dan pengertiannyaSampai 'ku tak jadi diriku sendiri'Tuk mendapatkan hatimuCinta tulus yang ada di hatikuMembutakan semua logikaDan apa yang akhirnya kuterimaTernyata 'ku hanya pelarianmuSeharusnya 'ku mundur sajaSaat pertama kau beriku rasaRasa cinta yang ternyata tak bisaTak bisa 'tuk memilihSatu di antara dua hatiCinta tulus yang ada di hatikuMembutakan semua logikaDan apa yang akhirnya kuterimaTernyata 'ku hanya pelarianmuSeharusnya 'ku mundur sajaSaat pertama kau beriku rasaRasa cinta yang ternyata tak bisaTak bisa 'tuk memilihSatu di antara dua hatiSeharusnya 'ku mundur
Part 8~~~~~~Kami saling terdiam untuk beberapa saat, tak sekali pun netra ini mampu menatap Nurma. Sudah pasti setelah ini aku akan kehilangan Nurma. Ah, kenapa nasibku selalu saja seperti ini."Nur, maaf, aku mau bicara," ucap Yosy memecah keheningan.Nurma terlihat mendongakkan kepala, sedangkan degub jantungku semakin tak terkendali."Ya, bicara lah."Singkat dan dingin, Nurma menjawab perkataan Yosy, tak seperti Nurma yang biasa kukenal."Em ... Setelah pertemuan kita beberapa saat yang lalu, aku kini sadar, bahwa semua ini salah. Aku tak seharusnya seperti ini," kata Yosy yang membuatku semakin bingung."Ada apa? Katakan saja, bukankah kita adalah teman baik?""Ya, karena itulah. Aku sangat menyayangimu, bahkan telah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri." Yosy menatap Nurma lekat, entah apa artinya, "aku sadar aku telah salah memaksakan kehendak seperti ini. Dia, pantas bahagia meski tak bersamaku," lanjut Yosy
Part 9~~~~~~Pada akhirnya aku menuruti kemauan Adit dengan bertemu dengannya di sebuah cafe yang tak terlalu jauh. Aku ingin tahu bagaimana sebenarnya kisahnya dengan Nurma sehingga mereka terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan.Kulangkahkan kakiku menyusuri cafe Brilian yang tak terlalu luas ini sembari menengok keberadaan Adit. Entah hal apa yang ia ingin bicarakan hingga katanya tak dapat dibicarakan lewat telepon.Hingga pada akhirnya kedua netraku menangkap sosok Adit tengah duduk di pojok dengan memegang cangkir kopi hitam yang terlihat masih mengepulkan asap panas. Tergesa aku lantas menemuinya, karena setelah ini aku berencana akan bertemu Andro untuk sebuah pekerjaan."Adit," sapaku ketika telah sampai di sampingnya.Ia terkejut, lalu menggeser cangkir kopinya dan mempersilahkanku duduk. Ia terlihat lebih santai hari ini, tidak garang seperti biasanya."Em, ada apa mengajakku ketemu?" tanyaku langsung pada intinya.
Janda Terhormat**"Tolong jauhi pria itu. Dia ayah dari anak saya!"Tubuhku terperanjat saat seorang perempuan berparas cantik, rambut lurus sebahu berdiri tepat di depanku yang sedang duduk menunggu taksi online. Tatapannya garang, seolah memendam kebencian dalam manik matanya."Kamu sudah berani-beraninya merebut kasih sayang cinta pertama anakku! Dasar wanita lakn*t!"Ada apa ini? Siapa sebenarnya wanita ini. Bahkan sebelum ini aku sama sekali tak mengenalnya."Mbak, Anda salah orang?""Tidak. Saya tidak salah orang. Anda lah orang yang telah merebut pria itu dari anakku."Lagi-lagi dahiku mengernyit. Wanita ini sangat aneh, bahkan dia berteriak dengan lantangnya di halaman puskesmas yang masih ramai beberapa pegawai yang lalu-lalang hendak pulang.Aku lantas berdiri, lalu menatap wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala?"Mbak, tolong. Jangan asal tuduh. Anda siapa? Apa hubungannya saya dengan ana
Janda Terhormat**Jam yang melingkar di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 10.45, itu artinya lima belas menit lagi jam kerjaku akan selesai. Pekerjaanku pun seluruhnya juga sudah selesai, tinggal menunggu Mega datang ke ruanganku dan mengajak pulang. Biasanya setiap Jumat dia akan mengajakku singgah sebentar ke panti asuhan untuk menyerahkan beberapa kotak makanan pada ibu pengurus.Kutekan tombol On layar ponselku, lalu berselancar sebentar di dalam media sosial sembari menunggu Mega selesai. Hari ini pekerjaan tak terlalu banyak, jadi aku bisa pulang lebih cepat tanpa lembur. Adit pun sepertinya juga enggan memberiku pekerjaan tambahan.Tokk tokk tokkPasti itu Mega, tapi aneh sekali biasanya dia akan langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu dulu. "Masuk aja, Meg. Pakai ketuk pintu segala," sahutku dari dalam tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.Kenop pintu terdengar diputar dari arah luar. Tanggung, aku sedang bac