Part 5
~~~~~
"Adit! Tunggu. Sudah cukup kamu memperlakukanku seperti ini. Entah apa yang mendasari rasa bencimu hingga kini kamu merasa sangat dendam kepadaku, tapi aku mohon, maafkan aku, lupakan ... Mari kita hidup dengan lembaran baru," tandas Nurma saat kami berpapasan dengan seorang pria yang beberapa kali bertemu denganku dan Nurma.
Pria yang disebut sebagai Adit itu menoleh, sesaat setelah ia dengan sengaja menabrak bahu Nurma kasar. Suasana ramai parkiran rumah sakit tak menjadikannya diam dan tak mencari gara-gara dengan Nurma.
"Jika memang kamu menginginkanku tak menemui dan ada di depan matamu lagi, akan aku lakukan, tapi tolong ... Jangan bersikap seperti anak kecil seperti ini. Toh semua sudah berlalu, tak seharusnya kita terus terjerat pada kenangan masa lalu." Nurma kembali berceloteh, membuatku semakin bingung dengan mereka berdua. Sebenarnya, ada hubungan apa?
Tanpa menjawab perkataan Nurma, pria itu melengos dan pergi meninggalkan
Part 6~~~~~~Aku bagai orang b*doh yang sedang dipergoki tengah bertelanjang di depan umum. Ya, aku merasa sangat malu dan serasa tak punya harga diri ketika Nurma bercengkerama manis dengan Yosy, tunanganku.Andai saja aku dapat memutar waktu, pasti aku akan lebih dulu melepas Yosy meski apapun terjadi daripada harus seperti ini. Aku tak beda jauh dengan Bayu yang menjalani hubungan dengan dua wanita sekaligus, dan mereka pun saling kenal.Entah, apa yang akan Nurma lakukan jika ia tahu bahwa aku ini adalah tunangan Yosy."Kamu ngapain di sini?" Kudengar samar Yosy bertanya pada Nurma.Dengan sengaja aku berdiri dibalik tembok tempat mereka bertemu, aku takut jika mereka membicarakan tentangku. Lebih baik aku jujur daripada mereka harus tahu dengan cara seperti ini."Tadi jenguk ibunya temenku. Kamu ngapain di sini? Siapa yang sakit?""Oh ... Ini, calon mertuaku masuk rumah sakit. Penyakit jantungnya kambuh," sahut Yosy
Part 7~~~~~~Selama perjalanan, Yosy terlihat menekuk wajahnya. Ia juga terus menatap ke luar jendela mobil. Entah, apa yang sedang ia pikirkan. Tak biasanya dia bersikal seperti itu. Tapi tak apalah, apa peduliku?Kau sungguh merebut akal sehatkuTentang cinta dan pengertiannyaSampai 'ku tak jadi diriku sendiri'Tuk mendapatkan hatimuCinta tulus yang ada di hatikuMembutakan semua logikaDan apa yang akhirnya kuterimaTernyata 'ku hanya pelarianmuSeharusnya 'ku mundur sajaSaat pertama kau beriku rasaRasa cinta yang ternyata tak bisaTak bisa 'tuk memilihSatu di antara dua hatiCinta tulus yang ada di hatikuMembutakan semua logikaDan apa yang akhirnya kuterimaTernyata 'ku hanya pelarianmuSeharusnya 'ku mundur sajaSaat pertama kau beriku rasaRasa cinta yang ternyata tak bisaTak bisa 'tuk memilihSatu di antara dua hatiSeharusnya 'ku mundur
Part 8~~~~~~Kami saling terdiam untuk beberapa saat, tak sekali pun netra ini mampu menatap Nurma. Sudah pasti setelah ini aku akan kehilangan Nurma. Ah, kenapa nasibku selalu saja seperti ini."Nur, maaf, aku mau bicara," ucap Yosy memecah keheningan.Nurma terlihat mendongakkan kepala, sedangkan degub jantungku semakin tak terkendali."Ya, bicara lah."Singkat dan dingin, Nurma menjawab perkataan Yosy, tak seperti Nurma yang biasa kukenal."Em ... Setelah pertemuan kita beberapa saat yang lalu, aku kini sadar, bahwa semua ini salah. Aku tak seharusnya seperti ini," kata Yosy yang membuatku semakin bingung."Ada apa? Katakan saja, bukankah kita adalah teman baik?""Ya, karena itulah. Aku sangat menyayangimu, bahkan telah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri." Yosy menatap Nurma lekat, entah apa artinya, "aku sadar aku telah salah memaksakan kehendak seperti ini. Dia, pantas bahagia meski tak bersamaku," lanjut Yosy
Part 9~~~~~~Pada akhirnya aku menuruti kemauan Adit dengan bertemu dengannya di sebuah cafe yang tak terlalu jauh. Aku ingin tahu bagaimana sebenarnya kisahnya dengan Nurma sehingga mereka terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan.Kulangkahkan kakiku menyusuri cafe Brilian yang tak terlalu luas ini sembari menengok keberadaan Adit. Entah hal apa yang ia ingin bicarakan hingga katanya tak dapat dibicarakan lewat telepon.Hingga pada akhirnya kedua netraku menangkap sosok Adit tengah duduk di pojok dengan memegang cangkir kopi hitam yang terlihat masih mengepulkan asap panas. Tergesa aku lantas menemuinya, karena setelah ini aku berencana akan bertemu Andro untuk sebuah pekerjaan."Adit," sapaku ketika telah sampai di sampingnya.Ia terkejut, lalu menggeser cangkir kopinya dan mempersilahkanku duduk. Ia terlihat lebih santai hari ini, tidak garang seperti biasanya."Em, ada apa mengajakku ketemu?" tanyaku langsung pada intinya.
Janda Terhormat**"Tolong jauhi pria itu. Dia ayah dari anak saya!"Tubuhku terperanjat saat seorang perempuan berparas cantik, rambut lurus sebahu berdiri tepat di depanku yang sedang duduk menunggu taksi online. Tatapannya garang, seolah memendam kebencian dalam manik matanya."Kamu sudah berani-beraninya merebut kasih sayang cinta pertama anakku! Dasar wanita lakn*t!"Ada apa ini? Siapa sebenarnya wanita ini. Bahkan sebelum ini aku sama sekali tak mengenalnya."Mbak, Anda salah orang?""Tidak. Saya tidak salah orang. Anda lah orang yang telah merebut pria itu dari anakku."Lagi-lagi dahiku mengernyit. Wanita ini sangat aneh, bahkan dia berteriak dengan lantangnya di halaman puskesmas yang masih ramai beberapa pegawai yang lalu-lalang hendak pulang.Aku lantas berdiri, lalu menatap wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala?"Mbak, tolong. Jangan asal tuduh. Anda siapa? Apa hubungannya saya dengan ana
Janda Terhormat**Jam yang melingkar di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 10.45, itu artinya lima belas menit lagi jam kerjaku akan selesai. Pekerjaanku pun seluruhnya juga sudah selesai, tinggal menunggu Mega datang ke ruanganku dan mengajak pulang. Biasanya setiap Jumat dia akan mengajakku singgah sebentar ke panti asuhan untuk menyerahkan beberapa kotak makanan pada ibu pengurus.Kutekan tombol On layar ponselku, lalu berselancar sebentar di dalam media sosial sembari menunggu Mega selesai. Hari ini pekerjaan tak terlalu banyak, jadi aku bisa pulang lebih cepat tanpa lembur. Adit pun sepertinya juga enggan memberiku pekerjaan tambahan.Tokk tokk tokkPasti itu Mega, tapi aneh sekali biasanya dia akan langsung menerobos masuk tanpa mengetuk pintu dulu. "Masuk aja, Meg. Pakai ketuk pintu segala," sahutku dari dalam tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.Kenop pintu terdengar diputar dari arah luar. Tanggung, aku sedang bac
Janda Terhormat (3)**"Dengar! Adit memilih bercerai dariku karena masih mencintaimu, itu lah sebabnya aku sangat membencimu."Hatiku bagai di hantam batu ketika dengan lantangnya Reina mengatakan hal itu. Padahal apa yang Adit tunjukkan sangat berbanding terbalik dengan penuturan Reina.Jika memang, Adit bercerai dengannya karena masih mencintaiku kenapa sikapnya begitu dingin dan ketus kepadaku? Lagipula, kisah cinta kami sudah sangat lama. Mana mungkin Adit masih menyimpan namaku di dalam hatinya. Aneh, bukan?"Tidak ... Ini tidak mungkin. Kamu hanya salah sangka, Reina. Bahkan sedikitpun Adit tidak pernah bersikap baik padaku. Selama pertemuan kedua kami ini dia selalu saja ketus padaku, dia membenciku. Tolong, kamu jangan berfikir seperti itu.""Ciih! Aku tidak butuh pembelaanmu, Nurma. Sudah sekian lama aku takut hal ini akan terjadi, dan kini semuanya terjadi juga. Adit sudah berhasil mengenalkan Shima padamu," katanya lagi mem
Janda Terhormat (4)*"Bukankah hubungan kita baik-baik saja? Lalu, apa yang hendak di perbaiki?" tanyaku saat Adit telah menyelesaikan kata-katanya.Dia terlihat canggung, lalu menggaruk tengkuk lehernya. Sebenarnya aku paham betul dengan kata-katanya, hanya saja aku sedang ingin berusaha menjauh darinya agar Reina tidak memojokkanku terus menerus.Aku memang seorang janda, tapi bisa kupastikan bahwa statusku ini akan menjadi status yang tak mudah direndahkan oleh orang lain. Terlebih menyandang status sebagai perebut suami orang, aku harap hal itu tidak akan terjadi padaku."Em ... Bukan begitu. Maksudku ....""Oh, maaf. Laporannya sudah, kan? Aku permisi dulu ya, Pak," ucapku asal memotong pembicaraannya, karena memang aku sedang ingin sedikit menjauh darinya.Andai saja, sikap manisnya ini dia tunjukkan kemarin, pasti jika pun sekarang Reina menyudutkanku, aku tidak akan seacuh ini. Aku pikir, Adit benar-benar telah