Janda Terhormat (4)
*
"Bukankah hubungan kita baik-baik saja? Lalu, apa yang hendak di perbaiki?" tanyaku saat Adit telah menyelesaikan kata-katanya.
Dia terlihat canggung, lalu menggaruk tengkuk lehernya. Sebenarnya aku paham betul dengan kata-katanya, hanya saja aku sedang ingin berusaha menjauh darinya agar Reina tidak memojokkanku terus menerus.
Aku memang seorang janda, tapi bisa kupastikan bahwa statusku ini akan menjadi status yang tak mudah direndahkan oleh orang lain. Terlebih menyandang status sebagai perebut suami orang, aku harap hal itu tidak akan terjadi padaku.
"Em ... Bukan begitu. Maksudku ...."
"Oh, maaf. Laporannya sudah, kan? Aku permisi dulu ya, Pak," ucapku asal memotong pembicaraannya, karena memang aku sedang ingin sedikit menjauh darinya.
Andai saja, sikap manisnya ini dia tunjukkan kemarin, pasti jika pun sekarang Reina menyudutkanku, aku tidak akan seacuh ini. Aku pikir, Adit benar-benar telah
Janda Terhormat (5).Shima makan dengan lahap. Usianya yang masih kecil membuatnya terlihat sangat menggemaskan ketika disuapi oleh pengasuhnya. Badannya tak begitu gempal, tapi dia makan sangat banyak."Enak, Tante," ucapnya saat pengasuhnya memberikan suapan terakhirnya.Aku tersenyum, lalu menyodorkan minuman padanya. Mega menungguku yang masih menemani Shima makan siang, dia juga terlihat sangat gemas dengan tingkah Shima.Usianya masih sekitar empat tahun, tapi bicaranya sudah sangat fasih, bahkan dia terlihat lebih dewasa dari usianya. Entah kenapa, atau juga pengaruh akibat perpisahan kedua orang tuanya."Kenyang, Sayang? Sudah mau sore, pulang, yuk," ajak pengasuhnya yang bernama Mbak Mirna.Shima mengangguk, tapi menolak untuk diajak pulang oleh Mbak Mirna. Aku dan Mega saling berpandangan ketika gadis kecil itu merajuk dan justru malah mendekat ke arahku."Aku nggak mau pulang, Mbak. Mau sama Tante Nurma," ucap polos
Janda Terhormat (6)."Apa katamu? Shima hilang? Bukannya tadi habis bertemu denganku?" ucapku seakan tak percaya dengan perkataannya.Adit terlihat cemas, sepertinya apa yang dikatakannya benar-benar terjadi. Namun, bagaimana bisa sedangkan Shima saja di jaga oleh pengasuh dan juga sopir pribadinya. Lagipula usai Shima masih sangat kecil, kecil kemungkinan jika dia melarikan diri atau hilang begitu saja."Cepat masuk! Ikut bersamaku mencarinya," tutur Adit membuatku semakin gugup.Dengan langkah tergopoh aku hanya menutup pintu dan pagar rumah, lalu masuk ke dalam mobilnya lalu melesat pergi. Bahkan aku sama sekali tidak memperdulikan rasa penat yang sedang melanda tubuhku.Kepergianku dengan Adit hanya bermodalkan ponsel dan baju seadanya, karena memang aku telah bersiap hendak beristirahat. Jika saja siang tadi aku tidak bertemu dengan Shima, mungkin saat ini aku pun juga enggan untuk mengikuti Adit mencarinya."Tadi siang ka
Janda Terhormat (7).Aku tidak menyangka bahwa Reina akan menuduhku atas hilangnya Shima. memang betul kuakui bahwa beberapa saat yang lalu aku baru saja bertemu dengan Shima. Namun, sedikit pun tak ada niatan untuk menyembunyikannya atau memisahkan Shima dari kedua orang tuanya.Reina menatapku tajam saat Adit merengkuh dan membawaku menjauh darinya. Sepertinya amarahnya semakin memuncak ketika melihat sikap manis Adit kepadaku.Seharusnya aku tidak ikut Adit masuk ke dalam rumah ini, karena aku tahu bahwa Reina sangat membenciku. Namun, tak apa ... kedatanganku di rumah ini hanya sekedar ingin membantu mereka yang sedang mencari gadis kecil itu."Katakan di mana anakku," ucap Reina lagi menuduhku.Aku masih diam hingga Reina berusaha mendekatiku lagi, "cukup, aku benar-benar tidak tahu di mana Shima.""Bohong."Reina membentakku dengan kasar sedangkan Adit lantas melepaskan lengannya dari bahuku, lalu mendekat
Janda Terhormat (8)."Jangan coba-coba membawa Shima pergi dari rumah ini," tutur Reina tajam.Sedikit banyaknya aku bisa melihat sebuah ketakutan dan kesepian dalam manik mata Reina, entah apa yang terjadi hingga dia bisa bersikap seperti itu kepada darah dagingnya. Mungkinkah ini semua ada kaitanya dengan perpisahannya dengan Adit?"Tidak ada gunanya Shima bersamamu jika sikap dan perbuatanmu sama sekali tidak berubah. Justru hal itu akan membuat Shima semakin merasa tertekan dan menjadi pribadi yang tertutup. apa kamu tidak menyadari bagaimana perubahan sikap Shima selama ini, jika seharusnya diusianya yang sekarang dia tumbuh menjadi sosok gadis kecil yang periang tapi kini dia menjadi seorang anak yang sangat pendiam dan penakut," ujar Adit yang kusadari juga.Memang sejak pertemuan pertama dengan Shima, aku bisa merasakan bahwa gadis kecil itu tumbuh tidak seperti teman sebayanya. Dia lebih cenderung tertutup, murung, dan takut jika berhadap
Janda Terhormat (9).Tubuhku masih saja membeku setelah mendengar pengakuan dari Reina bahwa kini dia tengah hamil. Rasanya masih belum percaya dengan apa yang dia katakan. Bagaimana mungkin, dia hamil sedang statusnya saja seorang janda?Dia masih terisak, sepertinya apa yang sedang dirasakannya kini benar-benar menyiksa batinnya. Namun, jika memang apa yang dia rasakan sangat mengganggu hatinya lantas mengapa dia tidak menceritakannya pada orang lain?"Ka-kamu hamil?" tanyaku terbata.Reina menganggukkan kepalanya dengan airmata yang masih meleleh di kedua pipinya. Aku hanya bisa mendesah pelan melihat pengakuan darinya."Apa kah anak Adit?"Seketika dia menatapku, lalu menggeleng pelan. Sontak hal itu membuatku semakin terkejut."Berapa usia kandungannya?" tanyaku lagi saat kulihat dia jauh lebih ramah kepadaku.Bisa kulihat raut frustasi dalam wajahnya. Sepertinya hal ini benar-benar telah mengganggu pikiranny
Janda Terhormat (10).Aku masih memikirkan mengenai masalah yang sedang dihadapi oleh Reina. Bukan tanpa alasan, aku pun juga turut sedih dengan keadaan yang menimpanya. Terlebih dia selalu saja menganggapku sebagai musuh. Aku ingin kami berdamai karena memang aku tidak memiliki masalah dengannya."Tapi aku mohon dengan sangat, jangan katakan hal ini pada Adit karena aku tidak ingin dia menghabisi kakak iparnya."Ah, perilaku macam apa ini? Itu artinya dia rela menjebak Adit supaya mau rujuk dengannya dan Adit tak akan pernah tahu bahwa anak yang sedang dikandungnya adalah darah daging kakak iparnya?"Kenapa? Kenapa kamu lakukan ini?" tanyaku dengan gerap.Jujur saja, setelah aku tahu apa maksud dibalik dia menginginkan kembali dengan Adit rasanya hatiku telah mati rasa. Jika sebelumnya aku merasa sangat khawatir padanya, tapi semenjak aku tau alasannya perasaanku seketika telah berubah."Nurma, kamu tahu 'kan Bang Dewa nggak akan ce
Janda Terhormat (11).Reina yang semula bak seekor burung beo, kini diam seribu bahasa ketika Adit datang dan memergoki kami yang tengah berdebat mengenai bayi yang dikandung olehnya. Dia bisa saja menyembunyikan kenyataan ini dari orang-orang disekitarnya, tapi apakah mungkin jika bangkai lambat laun tak akan tercium juga?"Kenapa diam? Emangnya ada yang hamil?" tanya Adit sekali lagi ketika aku dan Reina masih terdiam.Seketika Reina tersadar dari lamunannya, lalu menggeleng keras. "Enggak, apaan, sih. Hamil apa? Salah denger kali," ujarnya tak jujur membuatku menghela nafas panjang.Kenapa harus berbohong lagi untuk menutupi kesalahannya? Bukankah satu kebohongan akan menimbulkan kebohongan berikutnya?Shima diturunkan dari gendongan, lalu berlari memelukku yang masih berdiri tak jauh dari ibunya. Gadis sekecil ini selalu tahu, di mana tempat yang membuatnya nyaman."Shima. Kemari," kata Reina datar, tapi dijawab dengan gelengan k
Janda Terhormat (12).Seburuk-buruknya hidupku, sebuah kesetiaan dan kehormatan harga diriku selalu kujunjung tinggi. Mungkin boleh saja Reina bersikap demikian padaku, tapi dalam kamus hidupku memang tak akan pernah ada namanya berkhianat dari pasangan, merebut pasangan orang lain, atau yang lebih parah menggoda suami orang hingga hamil di luar nikah.Sungguh, aku sendiri pernah merasakan hal itu. Mana mungkin aku akan melakukan hal yang sama pada sesama wanita? Bahkan telah kutanamkan dalam hatiku bahwa sebisa mungkin aku akan menjadi seorang janda terhormat yang tak akan dengan mudahnya di dekati oleh pria lain.Dan kini, setelah kebaikan yang kuberikan pada Reina, dia justru menyulut api amarah lagi padaku. Betapa jahatnya? Ketika aku telah berusaha untuk menepis semua keburukan yang dia lakukan, tapi dengan bangganya dia justru menuduhku demi menyelamatkan nama baiknya.Oh ... Reina, aku sungguh tak habis pikir. Bukan kah hidup dalam kejujura