Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 43**
"Nurma, sungguh. Aku minta maaf." Mas Bayu menunduk pasrah, saat polisi memanggilnya untuk bertemu denganku dan Deva.
"Minta maaf katamu? Mas, dia orang yang udah masukin kita ke penjara. Masa kamu masih minta maaf sama dia," sahut Linda tak berakal.
Kulirik sekilas wanita congkak itu, rupanya jerat jeruji besi pun tak mengubah sifatnya sedikit pun.
"Diam. Ini semua gara-gara kamu. Andai aku tak menuruti apa yang kamu inginkan, pasti semua ini tidak akan terjadi!" bentak Mas Bayu berang, sedangkan Deva hanya terlihat menyandarkan tubuhnya dan tersenyum sinis.
"Tutup mulutmu ya, Mas. Salahku katanya? Kamu lupa, siapa yang merengek nggak mau aku tinggalin? Udaj mandul, suka fitnah."
Astaghfirullah ... Mandul? Apa yang dikatakan Linda.
"Heh, dengar, ya Nurma. Kamu itu udah dibohongi sama laki-laki ini. Dia itu sebenarnya mandul. Nggak bisa punya anak. Semua data yang
Hancur Karena Notifikasi M-bankingSeason 2Part 1~~~~~~"Jangan mendekatiku atau aku akan membunuhmu!"Hidup itu bagai sebuah rollercoaster. Saat ia merangkak naik, perlahan dan tenang. Namun, saat ia turun. Semua akan berbanding terbalik dengan pada saat ia naik. Menukik tajam dan sangat kencang, hingga membuat hati siapapun seakan hancur. Dan hanya orang-orang yang kuat lah yang sanggup bertahan hingga akhir dengan perasaan damai.Seperti itulah pengibaratanku kepada wanita yang kini tengah duduk di sampingku, Nurma. Janda muda yang baru beberapa hari ini resmi bercerai dengan suaminya karena suatu hal. Ya, karena suatu hal. Karena kisahnya tak pantas untuk aku ceritakan lagi, cukup kami lah yang tahu dan patut diambil pelajarannya.Dia wanita yang baik, berpendidikan, dan penyayang. Namun sayang, ternyata masih ada orang berhati kotor yang tega menyakiti hatinya.Dengan tawa nyaring ia kembali fokus ke makanan yang ada di hada
Part 2~~~~~~Hariku kembali berwarna setelah kehadiran Nurma, perempuan manis yang kini sedang menikmati kesendiriannya pasca kandasnya hubungannya yang pertama dengan suaminya, Bayu. Ya, Bayu namanya. Laki-laki tak beradab yang tega mempermainkan perasaan Nurma begitu dalam.Ah ... Andai saja ia bertemu denganku lebih dulu, pasti aku tidak akan mengecewakan wanita seperti Nurma. Namun, tak masalah, karena tanpa rasa sakit itu mungkin kini aku tak akan tahu bahwa sesungguhnya Nurma adalah wanita yang kuat dan tangguh.Kutatap wajah mungilnya dari balik kaca mobil, ia berjalan pelan menghampiri mobil yang berhasil kulunasi dengan bayaran yang kuterima darinya, yaitu mencari tahu tentang masalalu mantan suami dan iparnya.Hari ini ia terlihat lebih segar, dengan memakai atasan warna hijau muda, celana jins dan tas selempang kecil terpasang di bahunya. Ia juga tak pernah lupa mengenakan jam tangan kecil di lengan kirinya, meskipun kecil tapi aku bisa
Part 3~~~~~~Jika biasanya aku selalu semangat setiap kali jam kerja Nurma selesai, tapi tidak kali ini. Itu semua karena Yosy memaksaku untuk bertemu dengannya. Ya ... Tepat saat aku akan bertemu dengan Nurma. Padahal tahu sendiri kan, saat-saat bersama Nurma itu sangatlah aku nanti. Tapi Yosy merusak segalanya."Va, kamu nggak pulang?" ucap Nesa, wanita yang meminta bantuanku untuk menyelidiki dimana ayahnya yang pergi tanpa kabar selama sebulan ini."Bentar deh. Kamu duluan aja, jangan lupa kirimin berkas-berkas bokap kamu, ya. Kalau bisa besok mau aku kerjain," jawabku singkat dengan dijawab anggukan kepala olehnya.Kubuka benda pipih di saku celanaku. Pukul setengah dua belas, sedangkan Nurma pulang pukul satu.[Nur, seandainya kamu jemput Mira sendiri bisa nggak? Sama Bu Maryam aja? Aku mendadak ada urusan penting nih]Dengan lesu kukirim pesan singkat itu pada Nurma. Semoga saja ia tak keberatan dengan permintaanku.[Ba
Part 4~~~~~~Untuk beberapa saat tubuhku membeku setelah mendengar penuturan Nurma, bahwa seorang teman yang ia ceritakan juga bernama Yosy. Sama seperti wanita yang kini mengikat cinta denganku."Va, kamu kenapa?" tanya Nurma membuyarkan lamunanku."Ah ... Maaf, aku tidak sengaja. Tiba-tiba saja kepalaku pening," kilahku dengan memijit pelan pelipisku."Gantian aku yang nyetir, ya? Kamu duduk aja di sini,""Nggak usah, aku masih kuat," jawabku lantas menginjak pedal gas pelan. Masih terngiang jelas di telingaku saat Nurma menceritakan detail tentang temannya yang juga bernama Yosy."Nur, mengenai temanmu tadi, emang namanya Yosy siapa?" tanyaku sedikit penasaran, aku hanya ingin memastikan bahwa Yosy yang ia ceritakan bukanlah Yosy yang kukenal."Oh, tadi. Namanya Yosy Maharani. Kamu kenal?"DeghYosy Maharani? Sama persis dengan Yosy yang siang tadi sudah memaksaku untuk memenuhi semua kemauannya.Astaga
Part 5~~~~~"Adit! Tunggu. Sudah cukup kamu memperlakukanku seperti ini. Entah apa yang mendasari rasa bencimu hingga kini kamu merasa sangat dendam kepadaku, tapi aku mohon, maafkan aku, lupakan ... Mari kita hidup dengan lembaran baru," tandas Nurma saat kami berpapasan dengan seorang pria yang beberapa kali bertemu denganku dan Nurma.Pria yang disebut sebagai Adit itu menoleh, sesaat setelah ia dengan sengaja menabrak bahu Nurma kasar. Suasana ramai parkiran rumah sakit tak menjadikannya diam dan tak mencari gara-gara dengan Nurma."Jika memang kamu menginginkanku tak menemui dan ada di depan matamu lagi, akan aku lakukan, tapi tolong ... Jangan bersikap seperti anak kecil seperti ini. Toh semua sudah berlalu, tak seharusnya kita terus terjerat pada kenangan masa lalu." Nurma kembali berceloteh, membuatku semakin bingung dengan mereka berdua. Sebenarnya, ada hubungan apa?Tanpa menjawab perkataan Nurma, pria itu melengos dan pergi meninggalkan
Part 6~~~~~~Aku bagai orang b*doh yang sedang dipergoki tengah bertelanjang di depan umum. Ya, aku merasa sangat malu dan serasa tak punya harga diri ketika Nurma bercengkerama manis dengan Yosy, tunanganku.Andai saja aku dapat memutar waktu, pasti aku akan lebih dulu melepas Yosy meski apapun terjadi daripada harus seperti ini. Aku tak beda jauh dengan Bayu yang menjalani hubungan dengan dua wanita sekaligus, dan mereka pun saling kenal.Entah, apa yang akan Nurma lakukan jika ia tahu bahwa aku ini adalah tunangan Yosy."Kamu ngapain di sini?" Kudengar samar Yosy bertanya pada Nurma.Dengan sengaja aku berdiri dibalik tembok tempat mereka bertemu, aku takut jika mereka membicarakan tentangku. Lebih baik aku jujur daripada mereka harus tahu dengan cara seperti ini."Tadi jenguk ibunya temenku. Kamu ngapain di sini? Siapa yang sakit?""Oh ... Ini, calon mertuaku masuk rumah sakit. Penyakit jantungnya kambuh," sahut Yosy
Part 7~~~~~~Selama perjalanan, Yosy terlihat menekuk wajahnya. Ia juga terus menatap ke luar jendela mobil. Entah, apa yang sedang ia pikirkan. Tak biasanya dia bersikal seperti itu. Tapi tak apalah, apa peduliku?Kau sungguh merebut akal sehatkuTentang cinta dan pengertiannyaSampai 'ku tak jadi diriku sendiri'Tuk mendapatkan hatimuCinta tulus yang ada di hatikuMembutakan semua logikaDan apa yang akhirnya kuterimaTernyata 'ku hanya pelarianmuSeharusnya 'ku mundur sajaSaat pertama kau beriku rasaRasa cinta yang ternyata tak bisaTak bisa 'tuk memilihSatu di antara dua hatiCinta tulus yang ada di hatikuMembutakan semua logikaDan apa yang akhirnya kuterimaTernyata 'ku hanya pelarianmuSeharusnya 'ku mundur sajaSaat pertama kau beriku rasaRasa cinta yang ternyata tak bisaTak bisa 'tuk memilihSatu di antara dua hatiSeharusnya 'ku mundur
Part 8~~~~~~Kami saling terdiam untuk beberapa saat, tak sekali pun netra ini mampu menatap Nurma. Sudah pasti setelah ini aku akan kehilangan Nurma. Ah, kenapa nasibku selalu saja seperti ini."Nur, maaf, aku mau bicara," ucap Yosy memecah keheningan.Nurma terlihat mendongakkan kepala, sedangkan degub jantungku semakin tak terkendali."Ya, bicara lah."Singkat dan dingin, Nurma menjawab perkataan Yosy, tak seperti Nurma yang biasa kukenal."Em ... Setelah pertemuan kita beberapa saat yang lalu, aku kini sadar, bahwa semua ini salah. Aku tak seharusnya seperti ini," kata Yosy yang membuatku semakin bingung."Ada apa? Katakan saja, bukankah kita adalah teman baik?""Ya, karena itulah. Aku sangat menyayangimu, bahkan telah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri." Yosy menatap Nurma lekat, entah apa artinya, "aku sadar aku telah salah memaksakan kehendak seperti ini. Dia, pantas bahagia meski tak bersamaku," lanjut Yosy