Hancur Karena Notifikasi M-banking
Part 37**
Ba'da Maghrib Deva baru sampai di rumahku, katanya ada kepentingan mendadak sehingga ia tak bisa segera datang ke rumah. Kami baru saja selesai Sholat Maghrib ketika Deva mengucap salam di depan pintu. Aku lantas membukakan pintu untuknya, lalu menyuruhnya masuk dan ikut makan malam bersamaku dan kedua orang tuaku.
"Tidak usah repot-repot, aku makan nanti aja di rumah," ucapnya pelan saat aku mengjaknya ke ruang makan.
"Tidak apa-apa. Ayo ... Nanti Bapak marah, loh. Lagian juga cuma makan," ajakku lagi.
"Deva, ayo sini. Nggak usah malu, cuma makan aja kok. Nggak apa-apa," teriak Bapak dari arah ruang makan.
Deva menggaruk kepalanya asal, lalu tersenyum dan berjalan di belakangku. Persis seperti anak muda yang tengah malu saat bertemu dengan orang tua kekasihnya. Lucu sekali.
Hingga akhirnya kami makan dengan hangat, Bapak pun juga tak terlihat kaku pada Deva. Membuatku merasa nyaman d
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 38**Pertemuanku kemarin sore dengan Jihan membuat kepalaku sedikit pening. Aku tak tahu harus memulai semuanya dari mana, Deva pun juga terlihat kesulitan dalam hal ini.Hampir semalaman aku tak bisa tidur karena memikirkan bagaimana caranya bisa meyakinkan Mira agar ia mau berkata sejujurnya dan menceritakan detail peristiwa yang ia ketahui.Kupegang kepalaku yang masih sedikit pening, berusaha bangkit dari ranjang meski aku baru tidur beberapa jam karena harus berangkat kerja seperti biasa. Jika dulu aku selalu bersemangat ketika akan berangkat kerja, sekarang aku menjadi sedikit tak bersemangat karena ada Adit di puskesmas.Tokk tokk tokkKudengar daun pintu kamar di ketok oleh seseorang dari luar, pasti itu Ibu atau kalau tidak Mbak di rumah.Aku lantas bangkit dan membuka pintu perlahan, rupanya Ibu lah yang berdiri di depan pintu dengan membawa senampan sarapan untukku."Bu,
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 39**Deva memandangku lekat saat kami baru saja keluar dari ruangan sidang putusan perceraianku. Pada akhirnya, hari ini aku resmi menyandang status janda dari Bayu Pradipta."Kamu baik-baik saja, kan?""Em ... Iya, aku baik." Sedikit berbohong, aku kemudian duduk disebuah kursi.Deva berdiri di depanku, seakan ia paham apa yang kini sedang kurasaka. Seharusnya aku dan Mas Bayu bisa hidup bahagai meski tanpa seorang anak, tapi ternyata semuanya semu, bohong, dan dusta. Selama ini ternyata Mas Bayu hanyalah menjadikanku sebagai tameng atas kemiskinan dan perbuatan buruknya."Kamu harua bangkit, tidak semestinya kagi terpuruk," ucap Deva menguatkanku.Aku memandangnya sekilas dan tersenyum tipis, semoga saja setelah perceraianku ini semua akan berjalan lebih baik lagi. Tugasku sekarang hanyalah mengusut tuntas di mana Linda dan Rio berada."Nurma," sapa Mas Bayu saat aku hendak
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 40(POV Deva)Namanya Nurma, perempuan bermata cokelat yang kukenal beberapa waktu yang lalu. Dia adalah perempuan yang tangguh dan pekerja keras.Awal mula aku mengenalnya saat ia memintaku untuk menyelidiki sebuah kasus yang menyangkut rumah tangganya. Hingga akhirnya hubungan kami lebih sering terjalin karena hal itu. Ia juga tak segan membayarku dengan tarif mahal setiap kali aku berhasil membongkar sebuah rahasia yang ia cari.Hari ini, dia resmi bercerai dengan lelakinya. Pria yang telah menemaninya selama hampir lima tahun karena sebuah alasan yang sangat jahat.Dia duduk termenung sendiri di kursi taman, menungguku yang sedang membeli minuman dingin.Beberapa hari yang lalu kami sudah berhasil mendapatkan bukti perihal kejahatan mantan suami dan iparnya. Semua sudah terkuak, kami hanya tinggal menunggu polisi menemukan keberadaan Linda dan anaknya yang hilang bak di telah bumi.
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 41**Roda mobil milik Deva melaju pelan, aku sengaja menurunkan kaca jendela agar udara segar dapat masuk ke dalam mobil. Sedangkan Deva memilih menyalakan audio dengan lagu romantis."Sejak kapan kamu suka lagu romantis?""Em ... Sejak ... Sejak dulu lah. Kamu aja yang nggak tau,"Aku mencibir, lalu kembali fokus pada pemandangan hijau di luar sana."Mana mungkin, kamu kan sukanya lagu remix. Baru sekali ini aku dengar kamu suka lagu romantis.""Yaudah, aku ganti, nih," sahut Deva sembari mengganti lagu yang masih terputar separuh menjadi lagu remix yang sangat memekakkan telinga.Kugelengkan kepalaku pelan, Deva memang pria yang sulit ditebak. Suasana hatinya pun bisa berubah sewaktu-waktu.Kedua orang tuaku pun juga sudah semakin dekat dengan Deva. Mereka mengatakan kalau Deva ini adalah pria yang sangat bertanggung jawab dan peduli dengan sesama.Mema
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 42**Kuhempaskan tubuhku kasar ke atas kursi ruang kerja. Rasanya hatiku geram saat bertemu dengan Adit di ambang pintu depan, ia tersenyum sinis tanpa menyapaku."Lho, kok kamu masuk?" tanya Santi saat tahu aku datang ke puskesmas.Lagi-lagi aku mendengus kesal, jika bukan karena Adit yang memaksaku maka aku pun juga tak akan berangkat kerja."Iya, tuh dokter baru yang songong itu. Nyuruh aku berangkat kerja. Katanya ada yang penting." Kubuka tas selempangku, lalu mengeluarkan ponsel tipisku.[Va, aku ada pekerjaan mendadak. Maaf, tidak bisa menemani Bu Maryam ke rumah sakit sekarang.]Kukirim pesan singkat itu pada Deva. Aku takut jika nanti Deva menungguku.Aku lantas memulai pekerjaanku, agar semua selesai dengan cepat dan aku pun bisa segera menemani Bu Maryam ke rumah sakit.Namun, belum sempat aku bernafas lega, Adit sudah berdiri di depanku dan meletakkan satu m
Hancur Karena Notifikasi M-bankingPart 43 ** "Nurma, sungguh. Aku minta maaf." Mas Bayu menunduk pasrah, saat polisi memanggilnya untuk bertemu denganku dan Deva. "Minta maaf katamu? Mas, dia orang yang udah masukin kita ke penjara. Masa kamu masih minta maaf sama dia," sahut Linda tak berakal. Kulirik sekilas wanita congkak itu, rupanya jerat jeruji besi pun tak mengubah sifatnya sedikit pun. "Diam. Ini semua gara-gara kamu. Andai aku tak menuruti apa yang kamu inginkan, pasti semua ini tidak akan terjadi!" bentak Mas Bayu berang, sedangkan Deva hanya terlihat menyandarkan tubuhnya dan tersenyum sinis. "Tutup mulutmu ya, Mas. Salahku katanya? Kamu lupa, siapa yang merengek nggak mau aku tinggalin? Udaj mandul, suka fitnah." Astaghfirullah ... Mandul? Apa yang dikatakan Linda. "Heh, dengar, ya Nurma. Kamu itu udah dibohongi sama laki-laki ini. Dia itu sebenarnya mandul. Nggak bisa punya anak. Semua data yang
Hancur Karena Notifikasi M-bankingSeason 2Part 1~~~~~~"Jangan mendekatiku atau aku akan membunuhmu!"Hidup itu bagai sebuah rollercoaster. Saat ia merangkak naik, perlahan dan tenang. Namun, saat ia turun. Semua akan berbanding terbalik dengan pada saat ia naik. Menukik tajam dan sangat kencang, hingga membuat hati siapapun seakan hancur. Dan hanya orang-orang yang kuat lah yang sanggup bertahan hingga akhir dengan perasaan damai.Seperti itulah pengibaratanku kepada wanita yang kini tengah duduk di sampingku, Nurma. Janda muda yang baru beberapa hari ini resmi bercerai dengan suaminya karena suatu hal. Ya, karena suatu hal. Karena kisahnya tak pantas untuk aku ceritakan lagi, cukup kami lah yang tahu dan patut diambil pelajarannya.Dia wanita yang baik, berpendidikan, dan penyayang. Namun sayang, ternyata masih ada orang berhati kotor yang tega menyakiti hatinya.Dengan tawa nyaring ia kembali fokus ke makanan yang ada di hada
Part 2~~~~~~Hariku kembali berwarna setelah kehadiran Nurma, perempuan manis yang kini sedang menikmati kesendiriannya pasca kandasnya hubungannya yang pertama dengan suaminya, Bayu. Ya, Bayu namanya. Laki-laki tak beradab yang tega mempermainkan perasaan Nurma begitu dalam.Ah ... Andai saja ia bertemu denganku lebih dulu, pasti aku tidak akan mengecewakan wanita seperti Nurma. Namun, tak masalah, karena tanpa rasa sakit itu mungkin kini aku tak akan tahu bahwa sesungguhnya Nurma adalah wanita yang kuat dan tangguh.Kutatap wajah mungilnya dari balik kaca mobil, ia berjalan pelan menghampiri mobil yang berhasil kulunasi dengan bayaran yang kuterima darinya, yaitu mencari tahu tentang masalalu mantan suami dan iparnya.Hari ini ia terlihat lebih segar, dengan memakai atasan warna hijau muda, celana jins dan tas selempang kecil terpasang di bahunya. Ia juga tak pernah lupa mengenakan jam tangan kecil di lengan kirinya, meskipun kecil tapi aku bisa
Janda Terhormat (39)Extra Part.."Pakeettt ...."Kutajamkan indera pendengaranku. Sepertinya ada seorang kurir yang mengantarkan paket di depan sana.Aku lantas berdiri dan membukakan pintu depan. Rupanya Pak Amin, satpam di rumahku hendak membawakan paket itu ke dalam rumah."Maaf, Bu. Ada paket," katanya.Aku tersenyum, lalu mengambil bungkusan itu dari tangannya. "Terimakasih, Pak," kataku lalu kembali masuk ke dalam rumah dan hendak membuka paket itu.Aku sedikit heran, karena setahuku aku sama sekali tidak mempunyai paket atau barang yang kubeli melalui online. Shima masih sekolah hari ini, jadi aku hanya di rumah sendirian.Kubuka perlahan paket yang tak kutahu dari siapa itu. Ukurannya besar, tapi tak terlalu berat. Sebetulnya aku sedikit khawatir, takut jika ternyata ini adalah sesuatu yang membahayakanku ataupun keluargaku karena memang paket ini ditujukan untukku, tertera nama dan nomor ponselku. Besar kemungkinan, orang yang mengirimkan paket ini adalah orang yang tela
Janda Terhormat (38).."Kenalkan, ini Adis, calon istriku," ucap Deva membuatku dan Adit terkejut.Secepat itu dia mendapatkan calon istri?Wanita itu mengulurkan tangannya padaku, lalu kusambut dengan senyuman lebar. Tak masalah bagiku Deva telah mendapatkan penggantiku, toh memang ini yang aku inginkan."Nurma ...." Dia tersenyum, manis sekali."Dia anak dari guru ngajiku, ayahnya memintaku untuk menikahinya. Jadi kuputuskan untuk menikah dua minggu lagi. Dan aku harap, kalian jadi anggota yang turut serta mengurus semua acaraku nanti, ya," tutur Deva menerangkan, bahwa ternyata wanita itu adalah anak dari seorang guru tempatnya belajar soal agama. Mungkin bisa jadi dia dan Adis bertaaruf, itulah sebabnya mereka langsung akan menikah."Tentu, kami akan menjadi orang pertama yang akan mengurus acara pernikahan kalian. Tenanf saja," terang Adit dengan gembira.Aku lantas menganggukkan kepala, setuju dengan kata-kata Adit bahwa kami akan membantu semua acara pernikahannya. Aku senang,
Janda Terhormat (37)...Hari ini kami bertiga berencana pergi ke kebun binatang. Tak lain, itu semua untuk menyenangkan hati anak perempuan kami, Shima. Sedari pagi dia sudah sangat antusias dengan liburan kami kali ini.Sudah seminggu ini aku resmi tinggal di rumah Adit, menemani tumbuh kembang Shima sembari belajar menjadi istri yang baik dari sebelumnya. Jika kemarin aku gagal dalam pernikahan, tapi kali ini aku tidak boleh gagal lagi. Sebisa mungkin pernikahan ini harus menjadi yang terakhir di hidupku."Bundaaa ... Ayo berangkat," teriak Shima dari ruang tamu ketika aku tengah menyiapkan bekal.Ya, sejak aku resmi menjadi ibunya dia memanggilku dengan sebutan bunda. Bukan aku yang meminta, melainkan dia sendiri yang memanggilku seperti itu.Tak masalah, toh semua panggilan itu tetap bagus, terlebih jika ditujukan kepada orang tersayang. Adit pun juga setuju ketika Shima ingin memanggilku dengan sebutan bunda."Iya, sebentar, Sayang. Panggil papamu, sudah siap belum," jawabku dar
Janda Terhormat (36)..Tiga bulan kemudian ...."Bagaimana para saksi? Sah?" ucap penghulu menggema di ruangan yang telah di dekor dengan nuansa warna pastel ini.Dadaku bergemuruh, ketika kutunggu jawaban dari para saksi yang duduk di samping penghulu. Kulihat butiran bening sebesar jagung juga memenuhi dahi Adit yang tengah duduk di sampingku dengan berjabat tangan dengan penghulu.Ya, hari ini adalah hari pernikahanku dan ayah mewakilkan kepada penghulu karena tak kuasa menikahkanku sendiri. Seketika tubuhku terasa ringan ketika para saksi mengatakan kata 'SAH' secara serempak. Adit mengulurkan tangannya, lalu kusambut dengan menciumnya penuh takzim. Hatiku sejuk, ketika bibirku menyentuh punggung tangan Adit yang kini telah menjadi suamiku.Akhirnya, kesendirianku selama ini terbayar sudah dengan acara hari ini. Kekosongan dalam hatiku beberapa tahun ini telah terisi dengan hadirnya sosok Adit di sampingku saat ini.Adit lantas mengambil kotak cincin, lalu memasangkannya di jari
Janda Terhormat (35).."Hallo, Tante ...." sapa Shima begitu sampai di rumahku.Aku sengaja menunggunya di teras, selain tak ada pekerjaan juga karena memang aku sangat senang begitu Shima akan kemari. Meskipun dia tidak ada ikatan darah denganku, tapi rasa sayangku melebihi apapun padanya. Mungkin jika aku memiliki seorang anak, rasaku akan seperti ini juga."Hallo, Sayang," sapaku dengan mencium pipinya singkat.Adit berdiri di belakang Shima, lalu mengelus singkat puncak kepala anaknya itu. Tak kusangka, sebentar lagi Shima akan menjadi anakku. Semoga saja aku bisa menjadi seorang ibu yang baik untuknya."Kamu nggak sibuk, Nur?" tanya Adit begitu Shima telah melepaskan pelukannya dari tubuhku.Aku menggeleng singkat lalu menatapnya, "enggak, emangnya kenapa?""Kalau kamu sibuk, Shima nggak aku tinggalin."Mendengar penuturannya aku lantas mencebik. "Enggak lah. Kalau aku sibuk mana mungkin sekarang santai-santai di sini," jawabku dengan sedikit cemberut."Ya siapa tahu kamu sedang
Janda Terhormat (34).."Bagas gimana, Nur?" tanya Adit ketika aku telah berada di dalam mobilnya.Aku yang semula masih melamun lantas menoleh kearahnya. "Em ... Dia udah mendingan. Semoga saja dalam waktu dekat ini kondisinya semakin membaik."Kuhela nafas panjang, "sedih rasanya melihat ada orang yang sampai sedepresi itu hanya karena kegagalan cinta."Adit justru terkekeh, "untung aja kamu dulu enggak, ya?""Maksud kamu?""Ya, untung aja kamu nggak depresi setelah kegagalam cintamu yang berkali-kali itu. Kamu kan bucin parah sama suamimu dulu," ucapnya meledek.Aku hanya mencebik, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela lagi. Memang benar kata Adit, dulu aku terlalu cinta dengan mantan suamiku. Hingga rasanya duniaku telah tertutup dengan semua sikap manisnya yang palsu.Tak hanya sekali, aku seakan terombang-ambing dalam dunia percintaan tak hanya sekali. Dengan Deva sekalipun. Saat itu hatiku sempat patah, rapuh dan seakan tak ingin membuka hati lagi sampai pada akhirnya soso
Janda Terhormat (33)..Aku masih berdiri dengan seluruh tubuhku bergetar. Ya, sejujurnya saja aku juga takut kalau Bagas beralih menyerangku. Hanya saja aku tak punya pilihan lain ketika Della pun sedang ada di posisi sulit.Kuhembuskan nafasku panjang, berusaha menenangkan diriku untuk berusaha mendekati Bagas. Sebenarnya dia tidak jahat, hanya saja saat ini pikirannya sedang terguncang. Jadi wajar jika dia bersikap demikian."Bagas, tolong lepaskan pecahan vas itu dari tanganmu," kataku lembut.Entah kenapa Bagas bisa kambuh seperti ini. Aku belum sempat mencari tahu penyebabnya, yang penting sekarang adalah aku menyelamatkan Della terlebih dahulu.Bagas masih terdiam, memandangku tanpa menurunkan vas bunga dari hadapan Della. Aku maju selangkah demi selangkah mendekatinya.Meskipun Della memberi isyarat agar aku tak mendekat, tapi rasa kemanusiaanku tetap berjalan di depan. Terlebih, aku tahu bahwa sebe
Janda Terhormat (32)..Hari ini mungkin bisa kukatakan adalah hari yang sangat bahagia untukku. Dimana hari ini, Adit menyatakan perasaannya langsung di depan kedua orang tuaku.Ya, setelah kemarin siang aku juga mengutarakan perasaanku bahwa aku pun juga memiliki rasa padanya. Malam ini dia datang dengan di temani Shima, anak perempuannya yang sebentar lagi akan menjadi anakku juga."Nak Adit. Terimakasih kamu sudah mau menerima kekurangan dan keburukan Nurma. Bapak dan Ibu tidak bisa berbuat banyak untuk kalian. Semua hal kami serahkan pada kalian," tutur ayahku menasehati.Aku dan Adit saling berpandangan, tapi kini aku sudah mulai membiasakan diri untuk tidak terlihat gugup di depannya. Padahal sebelum ini, aku sama sekali tidak canggung ataupun gugup jika sedang berada di dekatnya. Namun entah kenapa, sekarang justru seperti ini."Baik, Pak. Terimakasih juga, Bapak dan Ibu mau menerima saya. Semoga kedepannya kita bisa menjadi keluarga
Janda Terhormat (31)..Dear Nurma ....Hai, semoga kamu selalu dalam keadaan baik-baik saja. Maaf jika aku terkesan seperti pecundang yang tak berani menghampirimu secara langsung, atau mengatakan hal ini secara langsung padamu.Nurma, maaf jika kehadiranku selama ini selalu mengganggu harimu, membuat hidupmu seakan penuh dengan tekanan. Kini aku sadar, bahwa aku tidak bisa memaksakan apa yang kuinginkan. Aku salah ... Dan sangat berdosa.Tidak sepantasnya, aku memaksa cintaku pada Adit. Atau menginginkan agar Adit kembali lagi padaku. Sejujurnya, aku melakukan semua itu semata-mata bukan karena aku terlalu tergila-gila atau terobsesi pada Adit, melainkan semua itu hanya kujadikan pelarian atas kisah cintaku dengan Bang Dewa.Sekarang kamu tahu, bagaimana rusaknya hidupku, kan? Mengenai skandalku dengan Bang Dewa hingga akhirnya aku keguguran. Rasanya hidupku sangat hina, ketika aku telah menyia-nyiakan pria sebaik Adit. Bahkan kini kamu pu