Share

Bab 72 : Bertemu

Penulis: Evhae Naffae
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hamil di Malam Pertama

Bab 72 : Bertemu

“Tolong .... “

Terdengar suara teriakan seseorang dari arah kanan tempat parkiran, saat Zaki sudah berpisah dengan partner bisnisnya di depan restoran. Ia melangkah menuju mobilnya dan melihat seorang wanita sedang terduduk di lantai parkiran, sepertinya wanita berpakaian sexy itu tersandung karena high heelnya yang terlalu tinggi.

“Kenapa, Mbak?” tanya Zaki sedikit risih saat melihat wanita dengan pakaian yang serba kekurangan bahan itu, ia langsung teringat pesan Vaulin agar tak menyapa wanita mana pun jika sedang berada di luar begini.

Sang wanita yang ternyata adalah Cinta alias Yuta yang kini telah berevolusi itu sedikit terkejut saat melihat orang yang menyapanya sekarang, tapi ia berusaha bersikap wajar sebab kini identitasnya telah berubaha 100%.

“Eh ... saya jatuh, Mas. Bisa bantu saya berdiri?&

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 73 : Lowongan Pengasuh

    Hamil di Malam PertamaBab 73 : Lowongan PengasuhCinta tersenyum puas sambil memacu mobilnya menuju pulang, ia bahagia bisa mengerjai Willy, musuh bebuyutannya itu. Ia mulai berpikir untuk mengerjainya lebih dari ini lagi sebab Willy terlihat benar-benar sudah jatuh cinta kepadanya.“Hahaaa ... dasar pria bodoh, membedakan wanita yang ori ama yang kloningan saja dia tak bisa!” Cinta tertawa puas. “Lihat saja ... akan kukerjai kamu lagi sampai akhirnya kamu pun operasi kelamin sepertiku juga .... “ sambungnya dengan tak hentinya tertawa sebab hatinya begitu geli saat ini.***“Udah tidur, Dek?” Zaki melingkarkan tangannya di pinggang Vaulin yang sudah terlelap sejak beberapa saat yang lalu.

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 74 : Sama-sama Single

    Hamil di Malam Pertama Part 74 : Sama-sama Single “Dek, kok kamu main terima pengasuh sembarangan gitu?” protes Zaki sambil menarik tangan Vaulin ke kamar mereka, ia sangat terkejut pagi tadi ketika melihat wanita jadi-jadian yang ia lihat sedang terjatuh di depan restoran kemarin, tahu-tahu malah menjadi pengasuh Fatihah dan hari ini menemani putrinya ke sekolah. “Kenapa emangnya, Kak? Eh ... ini baru pukul 09.30 loh, kok udah pulang dari kantor?” tanya Vaulin dengan menautkan alisnya. “Sengaja pulang lagi untuk membicarakan masalah ini, Kakak nggak tenang setelah melihat pengasuh Fatihah tadi pagi ... siapa namanya?” tanya Zaki dengan raut serius. “Namanya Siti, Kak. Katanya dia janda, suaminya udah meninggal, jadi lagi butuh kerjaan dan nggak enak hidup numpang di rumah tantenya,” jelas Vaulin santai, sebab dia sudah mengantongi KTP Siti. “Hah ... dia bilang begitu? Kalau nggak salah ... waktu malam kakak janjian sama Pak Yoseph di

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 75 : Ditaksir Tetangga

    Hamil di Malam PertamaPart 75 : Ditaksir Tetangga“Mbak Siti, ayo main ke depan!” Fatihah dan Nazwa menarik tangan Siti.“Bilang Mamanya dulu, boleh gak?” tanya Siti karena takut salah bertindak sebab Vaulin selalu memarahinya jika salah sedikit saja pun.“Ada Ayah kok di depan, dia lagi nyuci mobil. Ayo, Mbak ke depan ... kami mau main sepeda,” rengek Fatihah.Vaulin yang baru keluar dari dapur dengan membawa sepiring nasi goreng untuk kedua putrinya itu mendekat ke arah Siti dan anak-anaknya.“Buk, anak-anak ngajakin main ke depan, boleh nggak?” tanya Siti.“Boleh, tapi kamu harus jagain mereka,” jawab Vaulin sambil menuju teras.Sedangkan di depan rumahnya, Zaki terlihat menyuci mobilnya karena ini hari minggu, jadi ia memilik olahraga ringan ini.“Lagi nyuci mobil, Kak?” sapa Willy sambil berdiri depan pagar pembatas rumah mereka, ia berusaha me

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 76 : Salah Sasaran

    Hamil di Malam PertamaPart 76 : Salah Sasaran[Teruntuk kamu yang kukagumi dan suatu hari berharap bisa kupersunting. Rasa itu menyapaku, Sayang, sejak awal jumpa dirimu. Terpikat aku akan manis senyummu, terus membekas dalam pikiran. Hati ini mulai gelisah, menahan gejolak asa akan keinginan untuk bisa menghabiskan sisa umur bersamamu. Duhai ciptaan Tuhan yang paling indah, sudikah dirimu untuk membuka hati pada sosok yang akan membahagiakanmu sampai kiamat ini? Aku berjanji akan selalu menyayangimu hingga mati dan akan memujamu setiap waktu. Teruntuk kamu yang menjadi doaku di malam hari, entah bagaimana aku harus bertindak? Bak hujan yang datang dengan kilat, tiba-tiba mengingat harap padamu membuatku sesak. Terimalah aku menjadi pendampingmu duhai cantik, kita akan menjadi pasangan sejati selamanya. Tertanda : Willy Syaqiel (Calon imam sejatimu). I love you.]

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 77 : Digarap Satpam

    Hamil di Malam PertamaPart 77 : Digarap SatpamPria itu menelan ludah saat melihat penampakan wanita bertubuh bahenol dengan pakaian mini yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Tank-top berwarna putih dan celana pendek di atas paha membuat gejolak kelelakiannya yang sudah lama terpendam itu bangkit ke permukaan.“Yang ... yang mana ... yang ... yang sakit .... “ tanya pria itu dengan bergetar, karena organ bawahnya kini ikutan bergetar dengan gejolak yang tak dapat untuk dikendalikan.Siti mengerutkan dahi saat sebuah tangan kasar mendarat di pundaknya juga suara yang menurutnya bukan suara Zaki. Ia langsung membalikkan badan dan terkejut saat melihat Pak Karmin, Satpam paruh baya itu kini menatapnya dengan penuh napsu.Napas Pak Karmin terengah-engah, ia tak dapat lagi menaha

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 78 : Gejala Kehamilan

    Hamil di Malam PertamaPart 78 : Gejala Kehamilan“Siti!” Willy yang sedang mengintai dari balik pagar segera berlari keluar saat melihat Siti baru saja kembali dari Supermarket dengan motornya sebab Vaulin menyuruhnya untuk membelikan mainan untuk anak-anaknya.“Siti, kamu dari mana? Aku punya hadiah untuk kami. Yang kemarin itu, kamu terima ‘kan?” Willy menghentikan motor yang dikendarai Siti dan memegang tangan sang pujaan hati.“Apaan sih?!” ketus Siti sambil menarik tangannya.“Ini aku punya hadiah untuk kamu.” Willy berusaha pasang tampang manis walau Siti ketus terhadapnya.“Halahh ... palingan isinya cokelat lagi, aku nggak suka!” Siti menepis hadiah dari Willy.“Hmm ... bukan cokelat, tapi sesuatu yang lain. Oh, begini saja, karena kita susah ketemunya walau pun tinggal berdekatan, aku mau bilang sekarang saja niat baikku sama kami. Siti ... aku jatuh cin

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 79 : Sakit Apa?

    Hamil di Malam PertamaPart 79 : Sakit Apa?Willy menatap pengacara dari Caroline itu, juga bocah laki-laki berusia 4 tahun di hadapannya.“Maafkan anakku,Wil, gara-gara dia ... kamu jadi jatuh,” ujar Margareta dengan cemas karena takut Willy mengenali putranya bersama Caroline yang dikatakan sudah meninggal ketika dilahirkan. Ia menyayangi Crisly dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.“Dia ... anakmu, Margareta?” tanya Willy dengan menautkan alisnya, menatap bocah laki-laki dengan kulit kuning langsat dan beralis tebal itu. Sekilas, ia mirip dengan Fatihah, putrinya bersama Vaulin.“Hmm ... iya, dia putraku. Maafkan kelakuannya yang menyeberang tiba-tiba. Kamu nggak apa-apa ‘kan, Wil? Apa perlu aku teleponkan ambulan atau tukang derek ... untuk membenarkan motormu yang rusak itu?” Margareta berusaha bersikap santai dan berharap Willy tak mengenali Crisly.“Nggak perlu, aku Cuma mau mint

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 80 : Vonis Dokter

    Hamil di Malam PertamaPart 80 : Vonis Dokter“Kayaknya cuma masuk angin, Buk, Si Siti ... soalnya kemarin dia makan mangga muda dan nggak makan nasi lagi.” Sari mencoba membela teman seprofesinya itu.“Hmm ... semoga saja benaran Cuma masuk angin. Kalau kamu sampai hamil di luar nikah, maka kamu saya pecat, Siti!” ujar Vaulin dengan nada tegas sambil mengarahkan jari telunjuknya di depan wajah Siti.Siti dan Sari hanya bisa saling lirik, Vaulin bergegas keluar dari kamar pengasuh dari putrinya itu.“Ya udah, aku keluar dulu dan nanti ke sini lagi. Kamu istirahat saja dulu.” Sari segera berlari keluar, mengikuti sang majikan.Karena Siti tak bisa melakukan tugasnya hari ini, jadi Zaki yang akan mengantar Fatihah ke sekolahnya. Sari segera mengemasi dapur, lalu membersihkan rumah. Ia cemas akan keadaan Siti, jadi ia akan membereskan pekerjaannya dengan cepat dan setelah itu baru bisa menemui Siti dan menolo

Bab terbaru

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 5

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 5 (Kisah Caroline)Setelah berhasil membobol berangkas milik Erlin, Caroline segera memindahkan uang dan perhiasan itu ke dalam tasnya. Senyum mengembang sambil menatap suami dan madunya yang tertidur dengan pulas karena pengaruh obat tidur racikannya, mantan dokter ahli kandungan. Ia tak menyangka kalau madunya itu menyimpan uangnya di rumah dan kodenya berangkas itu tanggal lahir Rendy—suami mereka.Taklama kemudian, Caroline sudah berada di dalam mobil Erlin dan memacunya pelan untuk keluar dari perkarangan rumah bertingkat dua itu. Tak lupa ia tutup kembali pintu pagar, lalu mulai melajukan mobil hitam itu membelah jalanan. Hatinya begitu puas karena sudah berhasil merampok seluruh uang dan perhiasan milik Erlin, madunya yang tajir melintir namun pelit itu.“Selamat tinggal Erlin, Mas Rendy kuberikan kepadamu. Milikilah dia seutuhanya, sedangkan aku akan memiliki uang, perhiasan juga mobilmu,” lirih

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 4

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 4 (Kisah Caroline)Saat Rendy dan Caroline kembali ke meja mereka, ada seorang pria yang duduk di sana, bersama Erlin.“Nah ini dia Caroline, Mas Rohit. Gimana, dia cantik ‘kan? Cocok ‘kan dia kalau kerja sama Mas Rohit?” Erlin menyunggingkan senyum sambil menunjuk ke arah sang madu yang terlihat sedang kesal itu.“Hmm ... sangat cocok. Mana berkas yang saya suruh siapakan kemarin? Saya akan urus pasport juga kelengkapan lainya,” jawab Rohit, yang bekerja sebagai agen TKW untuk dikirim ke Hongkong. Tatapan matanya menatap Caroline dari atas hingga bawah, ia terpesona akan kecantikan wanita blasteran Jerman itu.“Kalian sedang membicarakan apa ini, Er? Siapa dia?” Rendy menatap sang istri dan pria di hadapannya.“Ini berkasnya sudah saya siapkan, Mas Rohit. Semoga prosesnya cepat.” Erlin segera menyerahkan berkas yang ia keluarkan dari dalam ta

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 3

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 3 (Kisah Caroline)Pukul 13.00, Rendy berserta dua istrinya juga anak kembarnya sudah berangkat menuju restoran. Ternyata Erlin mau merayakan ulang tahun pernikahan mereka sekalian bertemu agency yang menangani tentang TKW yang akan dikirim ke Hongkong dan Rendy tak mengetahui tentang hal itu, dia tahunya mereka akan makan siang bersama hanya untuk merayakan anniversary mereka saja.“Mbak Car, tolongin antar Mona dan Moni ke toilet dong!” perintah Erlin kepada Caroline yang saat itu baru saja hendak menikmati makanan di hadapannya.Caroline meletakkan kembali sendok makanannya lalu menuruti perintah madunya itu, digandengnya dua anak kembar Erlin dan suaminya yang kini berusia 4 tahun itu. Ia menyayangi Mona dan Moni walau membenci mamanya, sebab ia ikut andil dalam merawatnya sejak baru dilahirkan.Taklama kemudian, Caroline sudah menggandeng kedua anak kembar suaminya itu keluar dari toilet. Ia lantas

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 2

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 2 (Kisah Caroline)“Mas, aku nggak minta kamu kerja, aku cuma mau kamu menceraikan Caroline!” pekik Erlin kesal.“Aku tak mau menceraikan siapa pun, aku takkan mau melakukan hal yang dibenci Allah itu. Maafkan aku, Er .... “ Rendy pura-pura sedih sambil duduk di pinggir tempat tidur.“Mas, aku nggak sanggup lagi ... kalau harus terus begini, aku nggak sanggup harus berbagi suami begini. Hatiku sakit, Mas.” Erlin tak dapat lagi menahan tangisnya.Rendy mendekati istri keduanya itu, yang wajahnya tak secantik Caroline. Erlin hanya memiliki tinggi 150 cm saja, sedangkan Caroline 168 cm. Warna kulit keduanya pun jauh berbeda, Caroline berkulit putih, sedangkan Erlin sawo matang. Itu juga alasan Rendy tetap mempertahankan Caroline, ia menikahi Erlin si janda kaya raya itu hanya demi kesejahteraan hidupnya karena Erlin mempuny

  • Hamil di Malam Pertama   Extra Part 1

    Hamil di Malam PertamaExtra Part 1 (Kisah Caroline)Caroline menyeka keringat di dahinya setelah selesai membersikan rumah yang akan mereka kontrakan, yang letaknya berada tepat di sebelah rumah madunya yang kini juga menjadi tempat tinggalnya. Ia tak punya pilihan lain, selain harus menuruti keinginan suaminya yang ingin berpoligami agar mereka bisa tetap hidup. Semua ia lakukan karena rasa cinta yang teramat sangat, yang membuatnya rela diperlakukan seperti pembantu sejak beberapa tahun terakhir ini.“Car, aku lapar.” Pria pengangguran tapi memiliki dua istri itu menghampiri Caroline lalu duduk di depan meja makan.“Hmm ... Mas ... maaf ... aku belum sempat masak,” jawab Caroline.“Ah ... kamu ini, kok belum masak sih?” Rendy—sang suami terlihat berang karena sudah menjadi kebiasaannya setelah bangun tidur, makanan harus sudah terhidang di atas meja.“Aku baru selesai bersihin rumah sebelah,

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 84 (Tamat)

    Hamil di Malam PertamaBab 84 (Tamat)Dengan percaya diri, Willy langsung membeli sebuah cincin dan buket bunga untuk ia berikan kepada Margareta, Mama dari Cris, anak laki-laki yang ia sayangi itu dan ingin menjadi sosok ayah yang baik untuknya. Ia tak peduli akan umur mereka yang terpaut hampir sepuluh tahun itu, yang ia inginkan hanya menyempurnakan agamanya. Ia berharap ridho dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa, ia ingin menjadi pelindung untuk keduanya apalagi Cris pernah berkata kepadanya, kalau ia ingin punya ayah meski mamanya sudah baik, namun tetap saja ia menginginkan keluarga yang lengkap.“Mar, maaf ... jika saya lancang tapi ... saya tetap harus mengatakan semua ini, agar kamu tahu kesungguhan ini. Saya ... ingin melamarmu jadi istri, saya ingin menjadi ayah untuk Cris, putramu. Saya ... ingin ... kita bisa

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 83 : Hilangnya Cinta

    Hamil di Malam PertamaPart 83 : Hilang CintaCinta alias Yuta kembali ke rumahnya dengan perasaan yang tak menentu, ia sudah lelah menangis dan semuanya takkan kembali seperti semula. Walau menangis darah pun, fisiknya takkan bisa kembali lagi seperti semula.“Apa yang harus kulakukan dengan tubuh ini?” Yuta menatap dirinya di depan cermin, penyesalannya begitu mendalam atas perbuatan yang hanya karena emosi sesaat namun berakibat sangat fatal.Pria dengan bentuk fisik wanita itu menghela napas berat lalu duduk di tempat tidur. Diraihnya ponsel dari dalam tas lalu mulai berselancar di sosial media, mencari informasi tentang pesantren yang dapat ia datangi untuk memulai tobatnya.***Sedan

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 82 : Putraku Sudah Mati

    Hamil di Malam PertamaPart 82 : Putraku Sudah Mati“Kalau Yuta meninggal nanti ... Yuta harap ... bisa diproses sebagai pria walau bentuk tubuh ini sudah berubah. Yuta menyesal melakukan ini semua, Ma.” Cinta alias Yuta kembali menyeka air matanya. “Papa mana, Ma? Yuta mau minta maaf sama dia. Setelah ini, Yuta akan pergi.”“Nak, maafkan Mama juga ... yang tak mensupportmu ketika di penjara ... sehingga kamu menjadi seperti ini. Andai mama tak ikut papamu ke luar negeri dan tetap memperhatikanmu, mungkin kamu takkan mengalami hal-hal buruk itu. Maafkan Mama, Yuta.” Utami memeluk putra tunggalnya itu.“Mama nggak salah, terima kasih sudah mengenali Yuta, Ma.” Cinta alias Yuta mengusap bahu mamanya.Aulian yang sejak beberapa menit yang lalu mendengarkan pembicaraan Utami dan wanita muda yang mengaku Yuta itu mengerutkan dahi, sambil menatap adegan tangis-tangisan itu.“Kamu sakit kanker l

  • Hamil di Malam Pertama   Bab 81 : Pulang

    Hamil di Malam PertamaPart 81 : PulangUntuk beberapa saat, kedua Ibu dan anak itu saling tatap.“Mau cari siapa, ya?” tanya Utami, wanita paruh baya yang sudah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Prayuta Aulian yang kini telah meninggal, begitu kabar yang ia dengan walau tak diketahui di mana makamnya.Cinta alias Yuta langsung menangis dan berlutut di depan kaki mamanya. Utami yang tak mengenali lagi putra semata wayangnya tentu saja keheranan.“Kamu ini siapa? Dan ada apa?” tanya Utami sambil menarik kaki mundur ke belakang.Cinta masih saja berjongkok dengan air mata yang terus mengalir, perasaannya semakin mudah tersentuh layak seorang wanita sejak fisiknya berubah total.“Bangun, Mbak, jangan berjongkok seperti ini! Kamu ini siapa dan ada keperluan apa?” tanya Utami dengan sebuah praduga di kepalanya.Cinta alias Yuta segera bangkit sambil menyeka air matanya, ia menggigit

DMCA.com Protection Status