Hamil di Malam Pertama
Part 74 : Sama-sama Single
“Dek, kok kamu main terima pengasuh sembarangan gitu?” protes Zaki sambil menarik tangan Vaulin ke kamar mereka, ia sangat terkejut pagi tadi ketika melihat wanita jadi-jadian yang ia lihat sedang terjatuh di depan restoran kemarin, tahu-tahu malah menjadi pengasuh Fatihah dan hari ini menemani putrinya ke sekolah.
“Kenapa emangnya, Kak? Eh ... ini baru pukul 09.30 loh, kok udah pulang dari kantor?” tanya Vaulin dengan menautkan alisnya.
“Sengaja pulang lagi untuk membicarakan masalah ini, Kakak nggak tenang setelah melihat pengasuh Fatihah tadi pagi ... siapa namanya?” tanya Zaki dengan raut serius.
“Namanya Siti, Kak. Katanya dia janda, suaminya udah meninggal, jadi lagi butuh kerjaan dan nggak enak hidup numpang di rumah tantenya,” jelas Vaulin santai, sebab dia sudah mengantongi KTP Siti.
“Hah ... dia bilang begitu? Kalau nggak salah ... waktu malam kakak janjian sama Pak Yoseph di
Hamil di Malam PertamaPart 75 : Ditaksir Tetangga“Mbak Siti, ayo main ke depan!” Fatihah dan Nazwa menarik tangan Siti.“Bilang Mamanya dulu, boleh gak?” tanya Siti karena takut salah bertindak sebab Vaulin selalu memarahinya jika salah sedikit saja pun.“Ada Ayah kok di depan, dia lagi nyuci mobil. Ayo, Mbak ke depan ... kami mau main sepeda,” rengek Fatihah.Vaulin yang baru keluar dari dapur dengan membawa sepiring nasi goreng untuk kedua putrinya itu mendekat ke arah Siti dan anak-anaknya.“Buk, anak-anak ngajakin main ke depan, boleh nggak?” tanya Siti.“Boleh, tapi kamu harus jagain mereka,” jawab Vaulin sambil menuju teras.Sedangkan di depan rumahnya, Zaki terlihat menyuci mobilnya karena ini hari minggu, jadi ia memilik olahraga ringan ini.“Lagi nyuci mobil, Kak?” sapa Willy sambil berdiri depan pagar pembatas rumah mereka, ia berusaha me
Hamil di Malam PertamaPart 76 : Salah Sasaran[Teruntuk kamu yang kukagumi dan suatu hari berharap bisa kupersunting. Rasa itu menyapaku, Sayang, sejak awal jumpa dirimu. Terpikat aku akan manis senyummu, terus membekas dalam pikiran. Hati ini mulai gelisah, menahan gejolak asa akan keinginan untuk bisa menghabiskan sisa umur bersamamu. Duhai ciptaan Tuhan yang paling indah, sudikah dirimu untuk membuka hati pada sosok yang akan membahagiakanmu sampai kiamat ini? Aku berjanji akan selalu menyayangimu hingga mati dan akan memujamu setiap waktu. Teruntuk kamu yang menjadi doaku di malam hari, entah bagaimana aku harus bertindak? Bak hujan yang datang dengan kilat, tiba-tiba mengingat harap padamu membuatku sesak. Terimalah aku menjadi pendampingmu duhai cantik, kita akan menjadi pasangan sejati selamanya. Tertanda : Willy Syaqiel (Calon imam sejatimu). I love you.]
Hamil di Malam PertamaPart 77 : Digarap SatpamPria itu menelan ludah saat melihat penampakan wanita bertubuh bahenol dengan pakaian mini yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Tank-top berwarna putih dan celana pendek di atas paha membuat gejolak kelelakiannya yang sudah lama terpendam itu bangkit ke permukaan.“Yang ... yang mana ... yang ... yang sakit .... “ tanya pria itu dengan bergetar, karena organ bawahnya kini ikutan bergetar dengan gejolak yang tak dapat untuk dikendalikan.Siti mengerutkan dahi saat sebuah tangan kasar mendarat di pundaknya juga suara yang menurutnya bukan suara Zaki. Ia langsung membalikkan badan dan terkejut saat melihat Pak Karmin, Satpam paruh baya itu kini menatapnya dengan penuh napsu.Napas Pak Karmin terengah-engah, ia tak dapat lagi menaha
Hamil di Malam PertamaPart 78 : Gejala Kehamilan“Siti!” Willy yang sedang mengintai dari balik pagar segera berlari keluar saat melihat Siti baru saja kembali dari Supermarket dengan motornya sebab Vaulin menyuruhnya untuk membelikan mainan untuk anak-anaknya.“Siti, kamu dari mana? Aku punya hadiah untuk kami. Yang kemarin itu, kamu terima ‘kan?” Willy menghentikan motor yang dikendarai Siti dan memegang tangan sang pujaan hati.“Apaan sih?!” ketus Siti sambil menarik tangannya.“Ini aku punya hadiah untuk kamu.” Willy berusaha pasang tampang manis walau Siti ketus terhadapnya.“Halahh ... palingan isinya cokelat lagi, aku nggak suka!” Siti menepis hadiah dari Willy.“Hmm ... bukan cokelat, tapi sesuatu yang lain. Oh, begini saja, karena kita susah ketemunya walau pun tinggal berdekatan, aku mau bilang sekarang saja niat baikku sama kami. Siti ... aku jatuh cin
Hamil di Malam PertamaPart 79 : Sakit Apa?Willy menatap pengacara dari Caroline itu, juga bocah laki-laki berusia 4 tahun di hadapannya.“Maafkan anakku,Wil, gara-gara dia ... kamu jadi jatuh,” ujar Margareta dengan cemas karena takut Willy mengenali putranya bersama Caroline yang dikatakan sudah meninggal ketika dilahirkan. Ia menyayangi Crisly dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.“Dia ... anakmu, Margareta?” tanya Willy dengan menautkan alisnya, menatap bocah laki-laki dengan kulit kuning langsat dan beralis tebal itu. Sekilas, ia mirip dengan Fatihah, putrinya bersama Vaulin.“Hmm ... iya, dia putraku. Maafkan kelakuannya yang menyeberang tiba-tiba. Kamu nggak apa-apa ‘kan, Wil? Apa perlu aku teleponkan ambulan atau tukang derek ... untuk membenarkan motormu yang rusak itu?” Margareta berusaha bersikap santai dan berharap Willy tak mengenali Crisly.“Nggak perlu, aku Cuma mau mint
Hamil di Malam PertamaPart 80 : Vonis Dokter“Kayaknya cuma masuk angin, Buk, Si Siti ... soalnya kemarin dia makan mangga muda dan nggak makan nasi lagi.” Sari mencoba membela teman seprofesinya itu.“Hmm ... semoga saja benaran Cuma masuk angin. Kalau kamu sampai hamil di luar nikah, maka kamu saya pecat, Siti!” ujar Vaulin dengan nada tegas sambil mengarahkan jari telunjuknya di depan wajah Siti.Siti dan Sari hanya bisa saling lirik, Vaulin bergegas keluar dari kamar pengasuh dari putrinya itu.“Ya udah, aku keluar dulu dan nanti ke sini lagi. Kamu istirahat saja dulu.” Sari segera berlari keluar, mengikuti sang majikan.Karena Siti tak bisa melakukan tugasnya hari ini, jadi Zaki yang akan mengantar Fatihah ke sekolahnya. Sari segera mengemasi dapur, lalu membersihkan rumah. Ia cemas akan keadaan Siti, jadi ia akan membereskan pekerjaannya dengan cepat dan setelah itu baru bisa menemui Siti dan menolo
Hamil di Malam PertamaPart 81 : PulangUntuk beberapa saat, kedua Ibu dan anak itu saling tatap.“Mau cari siapa, ya?” tanya Utami, wanita paruh baya yang sudah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Prayuta Aulian yang kini telah meninggal, begitu kabar yang ia dengan walau tak diketahui di mana makamnya.Cinta alias Yuta langsung menangis dan berlutut di depan kaki mamanya. Utami yang tak mengenali lagi putra semata wayangnya tentu saja keheranan.“Kamu ini siapa? Dan ada apa?” tanya Utami sambil menarik kaki mundur ke belakang.Cinta masih saja berjongkok dengan air mata yang terus mengalir, perasaannya semakin mudah tersentuh layak seorang wanita sejak fisiknya berubah total.“Bangun, Mbak, jangan berjongkok seperti ini! Kamu ini siapa dan ada keperluan apa?” tanya Utami dengan sebuah praduga di kepalanya.Cinta alias Yuta segera bangkit sambil menyeka air matanya, ia menggigit
Hamil di Malam PertamaPart 82 : Putraku Sudah Mati“Kalau Yuta meninggal nanti ... Yuta harap ... bisa diproses sebagai pria walau bentuk tubuh ini sudah berubah. Yuta menyesal melakukan ini semua, Ma.” Cinta alias Yuta kembali menyeka air matanya. “Papa mana, Ma? Yuta mau minta maaf sama dia. Setelah ini, Yuta akan pergi.”“Nak, maafkan Mama juga ... yang tak mensupportmu ketika di penjara ... sehingga kamu menjadi seperti ini. Andai mama tak ikut papamu ke luar negeri dan tetap memperhatikanmu, mungkin kamu takkan mengalami hal-hal buruk itu. Maafkan Mama, Yuta.” Utami memeluk putra tunggalnya itu.“Mama nggak salah, terima kasih sudah mengenali Yuta, Ma.” Cinta alias Yuta mengusap bahu mamanya.Aulian yang sejak beberapa menit yang lalu mendengarkan pembicaraan Utami dan wanita muda yang mengaku Yuta itu mengerutkan dahi, sambil menatap adegan tangis-tangisan itu.“Kamu sakit kanker l