"Ingat itu, Riti!"Ucapan Dion membuat Riti tertegun sambil berpikir kalau Tama tidak tahu latar belakang keluarganya. Sementara Dion juga tidak tahu kalau Tama tidak diakui di keluarga Brawijaya. Jadi, seharusnya mereka tidak perlu khawatir akan hal itu. “Jadi, dia memang benar anak dari keluarga itu?” tanya Riti mencoba meyakinkan diri. “Ya! Makanya kamu harus hati-hati!” “Bagaimana kalau aku menyukainya dan akan menikah dengan Tama?” Dion diam sejenak sambil menggeretakkan gigi. “Terserah! Aku sudah mengingatkanmu, Riti! Kalau terjadi apa-apa, aku tidak peduli! Anggap ini adalah pertemuan terakhir kita!” katanya, sambil mengibaskan tangan dan berlalu meninggalkan Riti. Dion pergi lewat pintu samping gedung, dengan mengendarai motor besarnya. Sementara Riti kembali ke hadapan Tama dengan segudang pikiran dan prasangka dalam benaknya. Namun, perasaan di hatinya lebih kuat dari pada, ketakutannya akan masa depan dirinya sendiri. “Apa aku jatuh cinta pada Tama?” pikirnya. “Sud
Di saat yang sama Tama mendapatkan pesan dari Jasin, yang menginformasikan keberhasilannya, dalam penyelidikan selama beberapa hari. Mereka harus membicarakan tentang orang, yang dicurigai terlibat dalam kecelakaan Hadi.Tama mengajak Riti turun dan mengizinkan Riti untuk tetap tinggal di kamarnya.“Hanya kamu yang tahu rahasia tentang kamar ini, Sima juga tidak tahu!” Riti hanya mengangguk, ia mengerti arti ucapan Tama yang mengisyaratkan bahwa, dirinya harus menjaga rahasia, setelah diberi kepercayaan sebesar itu olehnya.“Aku pergi sebentar mungkin nanti malam baru pulang, jangan menungguku!”Tama pergi setelah meletakkan beberapa makanan di kamar dan menutup pintunya.Sebenarnya Tama tidak pergi, ia hanya pindah ke kamar kerjanya. Di sana Jasin sudah menunggu untuk memberikan beberapa file rekaman dari beberapa hari sebelum kejadian itu.Tama duduk dan melihat semua rekaman yang berhasil digabungkan oleh Jasin dalam satu file. Ia bisa menyimpulkan sendiri tentang, apa yang
“Oh! Jadi, sekarang kamu baik-baik saja?” tanya Kia.“Tentu, aku baik, sekarang bisa merelakan kepergian ibuku ... dia memang sudah sakit sejak lama, aku tahu hal ini akan terjadi tetapi, ya, tetap sedih juga!”“Aku tahu bagaimana perasaanmu ... kehilangan orang tua itu tidak mudah untuk dilewati kesedihannya, kamu yang sabar ya!” kata Salu.“Terima kasih, teman-teman! Sudahlah, aku tidak apa, yang penting sekarang kita bekerja!” Riti berkata seraya memaklumi dirinya sendiri.Kesedihan bagi seseorang, belum tentu menjadi kesedihan bagi orang lainnya. Empati terdalam tidak dimiliki oleh setiap orang. Biasanya hanya dimiliki oleh mereka yang sudah pernah merasakan penderitaan yang sama.Semua pekerjaan Riti berjalan lancar seperti biasanya, tapi masalah muncul ketika ia hendak pulang. Seorang wanita memintanya masuk ke mobilnya, saat ia menunggu Jasin yang tidak juga datang menjemputnya. “Kamu Riti, kan? Ayo ikut aku!” “Ya! Siapa kamu?” tanya Riti, pada seorang wanita yang berd
Namun, Riti tidak menggubris ucapan Listi dan pergi ke halaman Haruna lagi.Di mobil, Listi terus mengumpat.“Kurang ajar sekali dia!” katanya, pada teman yang duduk di depannya.“Aku tidak akan bisa tenang kalau punya saudara ipar seperti dia!”“Ya, aku juga begitu untuk saja kami tidak dekat!”“Lalu apa ya kan kamu lakukan sekarang, dia tidak mau mengakuinya!”Listi menggelengkan kepala, dan pindah posisi duduknya ke depan. Awalnya ia hanya ingin membuktikan tentang, apa yang dia dengar bahwa, gadis itu menikah dengan Tama karena terpaksa. Lalu, setelah Riti mengaku, maka ia akan membuat gadis itu pergi dengan suka rela.Namun setelah berbicara dengannya hari ini, Listi melihat jika Riti tidak selemah yang ia kira. Bisa jadi apa yang dia katakan kepada ayahnya adalah kebohongan belaka.Seandainya Riti hamil, maka itu akan menjadi ancaman bagi ibunya yang memiliki saham 20 persen, pada tanah yang akan diwariskan kepada Tama.Beberapa hari setelah kejadian itu, Riti mendapatk
“Oke! Kabari aku kalau kamu sudah pulang!”Keesokan harinya di kantor, Riti kembali bertemu dengan Tina dan seperti biasa, ia mengingatkan tentang Tama.Rina melakukan ancaman itu sesuai perintah Listi, temannya yang sudah memberikan banyak barang bagus padanya. Ia diberi informasi yang salah oleh Listi hingga mau saja mengikuti keinginannya.“Kamu berani juga, ya, tetap bertahan di sini? Dasar tidak tahu malu!” kata Rina.“Menurutmu, aku harus pergi ke mana?” tanya Riti sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Kamu tidak takut mati, kalau nanti kamu hamil dan mereka akan membunuh bayimu!”“Aku akan melindunginya!” kata Riti sambil berbalik badan, dan saat itu Rina menarik tangannya dengan kuat.Riti secara reflex memegang tangan Rina yang mencengkeram tangannya, dalam sekali gerakan. Hal itu membuat Rina tercengang.“Apa yang kamu yang mencoba membunuhku?” kata Riti sambil melancarkan satu totok tubuh, ke tulang pundak Rina sebelah kiri.“Kalau kamu yang diutus keluarg
“Oke! Kabari aku kalau kamu sudah pulang!” kata Jojo, sebelum telepon mereka benar-benar terputus. Dalam hati pria itu senang, punya kesempatan bertemu Riti walau dalam rangka membersihkan rumah.Keesokan harinya di kantor, Riti kembali bertemu dengan Tina dan seperti biasa, ia mengingatkan tentang Tama. Rina melakukan ancaman itu sesuai perintah Listi—temannya yang sudah memberikan banyak barang bagus padanya. Ia mendapat informasi yang salah dari Listi hingga mau saja mengikuti keinginannya, untuk mengintimidasi Riti. “Kamu berani juga, ya, tetap bertahan di sini? Dasar tidak tahu malu! Seharusnya kamu berhenti bekerja!” kata Rina. “Menurutmu, aku harus pergi ke mana?” tanya Riti sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Ke mana saja asal jangan di sini!” “Tempat ini dan di mana pun di duni bukanlah hakmu!” “Apa? Kamu tidak takut mati? Hah! Seharusnya pikirkan bagaimana kalau nanti kamu hamil, apa kamu mau mereka membunuh bayimu?” “Aku akan melindunginya!” kata Riti samb
Tanpa berpikir panjang, Tama langsung pergi menemui Riti“Kamu tahu, kan di mana dia sekarang? Katanya pada Jasin begitu keluar dari rumahnya.“Ya!” Jasin menjawab dengan penuh rasa bersalah.Sementara Sima bisa bernafas lega sebab Tama tidak melakukan apa-apa padanya. Meskipun, ia tahu kalau Tama kecewa pada dirinya, tapi setidaknya pria itu bisa bersikap cukup bijaksana. Ia tidak menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Riti. Mulai sekarang ia harus lebih hati-hati.Jasin mengantarkan bosnya itu ke tempat yang di mana Riti berada. Tama tidak salah memberikan kepercayaan, karena hanya pada Jasin, Riti memberitahu tentang yang.Waktu itu, Jasin tidak bisa menolak keinginan Riti untuk pergi, saat ia menjemputnya pulang kantor beberapa hari yang lalu. Sementara Tama masih sibuk memproses akuisisi perusahaan yang diinginkannya. Setelah hari itu, Riti menolak untuk dijemput.Kepergian Riti, bukan ingin kabur dari Tama selamanya, akan tetapi demi kepentingan Tama juga, begitu alasan
“Kamu masih bertanya seperti itu, apa kamu masih meragukan aku?”Tanyakan Tama, membuat Riti tertegun sejenak dan berpikir, mungkin Tama hanya salah bicara, pria itu tidak mungkin benar-benar mengharapkan kepercayaannya. Selama ini, Riti sebenarnya masih penasaran dengan kekayaan dan juga kepribadiannya. Ia memang sudah menyerahkan dirinya pada Tama, tapi bukan berarti pria itu bisa mendapatkan hatinya.Dahulu ia pernah memberikan hatinya kepada Lery sampai rela membiarkan pria itu bahagia. Meskipun ia harus, kehilangan harga diri dan juga sahabatnya. Jadi, ia sekarang dalam dilema, apakah harus benar-benar mencintai Tama atau sebaliknya.“Aku bukannya meragukan kamu tapi, aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk di antara kita!” kata Riti kemudian setelah terdiam sekian lama.“Apa maksudmu?”“Aku tidak ingin memecah belah hubungan antara dirimu dan keluargamu hanya karena kamu menikah denganku!” Saat berkata, Riti turun dari pangkuan Tama dan ia duduk di sebelahnya.“Kamu pun