“Oke! Kabari aku kalau kamu sudah pulang!” kata Jojo, sebelum telepon mereka benar-benar terputus. Dalam hati pria itu senang, punya kesempatan bertemu Riti walau dalam rangka membersihkan rumah.Keesokan harinya di kantor, Riti kembali bertemu dengan Tina dan seperti biasa, ia mengingatkan tentang Tama. Rina melakukan ancaman itu sesuai perintah Listi—temannya yang sudah memberikan banyak barang bagus padanya. Ia mendapat informasi yang salah dari Listi hingga mau saja mengikuti keinginannya, untuk mengintimidasi Riti. “Kamu berani juga, ya, tetap bertahan di sini? Dasar tidak tahu malu! Seharusnya kamu berhenti bekerja!” kata Rina. “Menurutmu, aku harus pergi ke mana?” tanya Riti sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Ke mana saja asal jangan di sini!” “Tempat ini dan di mana pun di duni bukanlah hakmu!” “Apa? Kamu tidak takut mati? Hah! Seharusnya pikirkan bagaimana kalau nanti kamu hamil, apa kamu mau mereka membunuh bayimu?” “Aku akan melindunginya!” kata Riti samb
Tanpa berpikir panjang, Tama langsung pergi menemui Riti“Kamu tahu, kan di mana dia sekarang? Katanya pada Jasin begitu keluar dari rumahnya.“Ya!” Jasin menjawab dengan penuh rasa bersalah.Sementara Sima bisa bernafas lega sebab Tama tidak melakukan apa-apa padanya. Meskipun, ia tahu kalau Tama kecewa pada dirinya, tapi setidaknya pria itu bisa bersikap cukup bijaksana. Ia tidak menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Riti. Mulai sekarang ia harus lebih hati-hati.Jasin mengantarkan bosnya itu ke tempat yang di mana Riti berada. Tama tidak salah memberikan kepercayaan, karena hanya pada Jasin, Riti memberitahu tentang yang.Waktu itu, Jasin tidak bisa menolak keinginan Riti untuk pergi, saat ia menjemputnya pulang kantor beberapa hari yang lalu. Sementara Tama masih sibuk memproses akuisisi perusahaan yang diinginkannya. Setelah hari itu, Riti menolak untuk dijemput.Kepergian Riti, bukan ingin kabur dari Tama selamanya, akan tetapi demi kepentingan Tama juga, begitu alasan
“Kamu masih bertanya seperti itu, apa kamu masih meragukan aku?”Tanyakan Tama, membuat Riti tertegun sejenak dan berpikir, mungkin Tama hanya salah bicara, pria itu tidak mungkin benar-benar mengharapkan kepercayaannya. Selama ini, Riti sebenarnya masih penasaran dengan kekayaan dan juga kepribadiannya. Ia memang sudah menyerahkan dirinya pada Tama, tapi bukan berarti pria itu bisa mendapatkan hatinya.Dahulu ia pernah memberikan hatinya kepada Lery sampai rela membiarkan pria itu bahagia. Meskipun ia harus, kehilangan harga diri dan juga sahabatnya. Jadi, ia sekarang dalam dilema, apakah harus benar-benar mencintai Tama atau sebaliknya.“Aku bukannya meragukan kamu tapi, aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk di antara kita!” kata Riti kemudian setelah terdiam sekian lama.“Apa maksudmu?”“Aku tidak ingin memecah belah hubungan antara dirimu dan keluargamu hanya karena kamu menikah denganku!” Saat berkata, Riti turun dari pangkuan Tama dan ia duduk di sebelahnya.“Kamu pun
Mendengar ucapan itu, Tama hanya diam walau ia sebenarnya ingin banyak bicara, tentang segala rencana dan keinginannya pada Riti. Namun, ia memilih menelan kata-katanya sendiri. Sebagai seorang laki-laki ia harus lebih banyak memahami. Kalaupun ibu tirinya dan Listi hendak berbuat buruk pada Riti, ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Ia tidak akan memaksa Riti untuk tetap tinggal di rumahnya kalau memang gadis itu merasa tidak nyaman di sana.Lalu, Tama memeluk Riti lebih erat lagi sambil menciumi kepalanya.“Baiklah, sekarang aku mengerti kalau begitu aku akan sering-sering datang ke sini!” katanya.“Apa tidak apa-apa kalau kamu sering ke sini bagaimana urusan pekerjaanmu?”“Aku bisa mengaturnya Jangan pikirkan soal itu, sekarang tidurlah!”Tidak lama kemudian, Riti mendengar suara halus dari nafas Tama yang teratur, menandakan laki-laki itu sudah tidur. Sementara dirinya belum bisa memicingkan mata. Gadis itu sama sekali tidak berniat mengatakan tentang kehamilannya.
Tama tahu siapa laki-laki yang sedang berdiri dengan canggung di tepi jalan itu. Lalu, ia menoleh pada Riti yang sedang menyiapkan sarapan. “Apa ada laki-laki yang sering menemanimu di sini?” katanya, sambil memakai pakaiannya. Dalam hatinya kesal, karena tidak ada laporan yang datang, tentang Riti yang bersama laki-laki di rumahnya. Soal keberadaan Jojo, sebenarnya Jasin sudah mengetahuinya. Semua sudah dilaporkan oleh para pengawalnya. Namun, pria itu menganggap Jojo bukanlah ancaman bagi Tama. Jadi, ia merasa tidak perlu melaporkannya. Ia pikir justru akan membuat konsentrasi Tama terganggu karenanya. Lagi pula pria muda itu datang hanya untuk menemani Ritu saja. Walaupun, terkadang Jojo membelikan sesuatu yang menyenangkan, tapi ia tahu diri dan tidak akan berbuat lebih pada Riti karena ia sudah berjanji pada Tama. “Siapa maksudmu?” tanya Riti sambil membereskan pakaiannya, lalu membantu Tama mengancingkan kemejanya. Tama memakai pakaian yang baru saja di antar oleh Jasin ke
“Bu Wendy tenang saja karena masalahnya bukan soal pekerjaan tapi masalah pribadi, Riti sama Rina, ini juga kebetulan, kan?” kata Salu sambil melirik meja Riti –temannya yang sekarang kosong.“Iya, tidak mungkin kalau bus juga ikut menghukum anggota divisi kita, jadi ayo kita kerja lagi!” kata Tia.Lalu, Wendy, Tia dan Salu, kembali ke tempatnya masing-masing sedangkan, Rina hanya mengangkat kedua bahu, dan melangkah juga ke ruangannya.Sampai di sana, Rina mengirimkan beberapa pesan panjang kepada Listi, untuk menceritakan keberhasilannya dalam mempengaruhi Riti, hingga ia yakin, jika gadis itu tidak akan mengulangi perbuatannya serta menjauh dari keluarga Brawijaya. Bahkan, ia sedikit melebih-lebih kan jika Riti sangat tidak kooperatif dan juga menuduhnya macam-macam, hingga ia meminta sesuatu pada temannya itu sebagai kompensasi nya.Rina merasa dirinya berada di atas awan karena sudah berhasil melakukan sebuah misi yang awalnya ia pikir tidak mungkin.Kemudian mereka berjan
Wisa menghubungi kekasihnya Wisa menghubungi kekasihnya, dan mengatakan semua perbuatan Listi pada istri dari anak tirinya, yaitu Riti—istrnya Pratama.Lalu, laki-laki itu memberi beberapa pandangan jika kemungkinan ada dua hal yang bakal terjadi dalam keluarga Brawijaya. Seandainya keluarga itu menyetujui maka mereka akan membiarkan perbuatan Listi, tapi juga mereka tidak menyukainya maka bisa jadi anak itu akan mendapatkan akibatnya.“Tapi menurutku, Listi tidak akan mendapatkan kerugian apapun dari mereka, sebaliknya gadis jalanan itu yang akan mendapatkan sesuatu!” kata Wisa dengan telepon genggam nya.Laki-laki di seberang telepon kembali membicarakan jika bisa jadi pikiran wanita itu benar. Mereka hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi pada Pratama dan istrinya selanjutnya. Pria itu juga memikirkan jika pratama sudah siap dengan segalanya apapun yang akan dilakukan oleh keluarganya pada istrinya itu jika dia benar-benar mencintainya.“Sepertinya kita bisa membuat sebuah
Setelah rapat keluarga itu selesai, Hando menghubungi seseorang yang ia percaya dan pernah melakukan beberapa kegiatan bersamanya. Pria itu mengatakan rencananya pada temannya yang bernama Soni. Pria bertubuh kekar dengan kepala plontos dan memiliki banyak tato di badannya. Saat Hando mengatakan secara detail tentang rencananya dan siapa target mereka kali ini, Soni mendengarnya dengan seksama tapi kemudian dia tersenyum lebar setelahnya. “Kenapa? Apa kamu pikir rencanaku ini lucu?” tanya Hando sambil melipat kedua tangannya di depan dada mereka bertemu di salah satu dan mengambil ruang privat yang hanya diisi oleh mereka berdua. “Tidak, tidak aku hanya pernah mendengar rencana seperti ini sebelumnya dari seseorang!” katanya sambil menegakkan badan terlihat ia sangat serius. “Siapa? Apa orang itu merencanakan sesuatu juga pada Pratama denganmu?” Soni terdiam sejenak sambil berpikir ia tidak mungkin mengatakan apa yang dia bicarakan dengan kekasihnya saat di telepon beberapa waktu