Mendengar ucapan itu, Tama hanya diam walau ia sebenarnya ingin banyak bicara, tentang segala rencana dan keinginannya pada Riti. Namun, ia memilih menelan kata-katanya sendiri. Sebagai seorang laki-laki ia harus lebih banyak memahami. Kalaupun ibu tirinya dan Listi hendak berbuat buruk pada Riti, ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Ia tidak akan memaksa Riti untuk tetap tinggal di rumahnya kalau memang gadis itu merasa tidak nyaman di sana.Lalu, Tama memeluk Riti lebih erat lagi sambil menciumi kepalanya.“Baiklah, sekarang aku mengerti kalau begitu aku akan sering-sering datang ke sini!” katanya.“Apa tidak apa-apa kalau kamu sering ke sini bagaimana urusan pekerjaanmu?”“Aku bisa mengaturnya Jangan pikirkan soal itu, sekarang tidurlah!”Tidak lama kemudian, Riti mendengar suara halus dari nafas Tama yang teratur, menandakan laki-laki itu sudah tidur. Sementara dirinya belum bisa memicingkan mata. Gadis itu sama sekali tidak berniat mengatakan tentang kehamilannya.
Tama tahu siapa laki-laki yang sedang berdiri dengan canggung di tepi jalan itu. Lalu, ia menoleh pada Riti yang sedang menyiapkan sarapan. “Apa ada laki-laki yang sering menemanimu di sini?” katanya, sambil memakai pakaiannya. Dalam hatinya kesal, karena tidak ada laporan yang datang, tentang Riti yang bersama laki-laki di rumahnya. Soal keberadaan Jojo, sebenarnya Jasin sudah mengetahuinya. Semua sudah dilaporkan oleh para pengawalnya. Namun, pria itu menganggap Jojo bukanlah ancaman bagi Tama. Jadi, ia merasa tidak perlu melaporkannya. Ia pikir justru akan membuat konsentrasi Tama terganggu karenanya. Lagi pula pria muda itu datang hanya untuk menemani Ritu saja. Walaupun, terkadang Jojo membelikan sesuatu yang menyenangkan, tapi ia tahu diri dan tidak akan berbuat lebih pada Riti karena ia sudah berjanji pada Tama. “Siapa maksudmu?” tanya Riti sambil membereskan pakaiannya, lalu membantu Tama mengancingkan kemejanya. Tama memakai pakaian yang baru saja di antar oleh Jasin ke
“Bu Wendy tenang saja karena masalahnya bukan soal pekerjaan tapi masalah pribadi, Riti sama Rina, ini juga kebetulan, kan?” kata Salu sambil melirik meja Riti –temannya yang sekarang kosong.“Iya, tidak mungkin kalau bus juga ikut menghukum anggota divisi kita, jadi ayo kita kerja lagi!” kata Tia.Lalu, Wendy, Tia dan Salu, kembali ke tempatnya masing-masing sedangkan, Rina hanya mengangkat kedua bahu, dan melangkah juga ke ruangannya.Sampai di sana, Rina mengirimkan beberapa pesan panjang kepada Listi, untuk menceritakan keberhasilannya dalam mempengaruhi Riti, hingga ia yakin, jika gadis itu tidak akan mengulangi perbuatannya serta menjauh dari keluarga Brawijaya. Bahkan, ia sedikit melebih-lebih kan jika Riti sangat tidak kooperatif dan juga menuduhnya macam-macam, hingga ia meminta sesuatu pada temannya itu sebagai kompensasi nya.Rina merasa dirinya berada di atas awan karena sudah berhasil melakukan sebuah misi yang awalnya ia pikir tidak mungkin.Kemudian mereka berjan
Wisa menghubungi kekasihnya Wisa menghubungi kekasihnya, dan mengatakan semua perbuatan Listi pada istri dari anak tirinya, yaitu Riti—istrnya Pratama.Lalu, laki-laki itu memberi beberapa pandangan jika kemungkinan ada dua hal yang bakal terjadi dalam keluarga Brawijaya. Seandainya keluarga itu menyetujui maka mereka akan membiarkan perbuatan Listi, tapi juga mereka tidak menyukainya maka bisa jadi anak itu akan mendapatkan akibatnya.“Tapi menurutku, Listi tidak akan mendapatkan kerugian apapun dari mereka, sebaliknya gadis jalanan itu yang akan mendapatkan sesuatu!” kata Wisa dengan telepon genggam nya.Laki-laki di seberang telepon kembali membicarakan jika bisa jadi pikiran wanita itu benar. Mereka hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi pada Pratama dan istrinya selanjutnya. Pria itu juga memikirkan jika pratama sudah siap dengan segalanya apapun yang akan dilakukan oleh keluarganya pada istrinya itu jika dia benar-benar mencintainya.“Sepertinya kita bisa membuat sebuah
Setelah rapat keluarga itu selesai, Hando menghubungi seseorang yang ia percaya dan pernah melakukan beberapa kegiatan bersamanya. Pria itu mengatakan rencananya pada temannya yang bernama Soni. Pria bertubuh kekar dengan kepala plontos dan memiliki banyak tato di badannya. Saat Hando mengatakan secara detail tentang rencananya dan siapa target mereka kali ini, Soni mendengarnya dengan seksama tapi kemudian dia tersenyum lebar setelahnya. “Kenapa? Apa kamu pikir rencanaku ini lucu?” tanya Hando sambil melipat kedua tangannya di depan dada mereka bertemu di salah satu dan mengambil ruang privat yang hanya diisi oleh mereka berdua. “Tidak, tidak aku hanya pernah mendengar rencana seperti ini sebelumnya dari seseorang!” katanya sambil menegakkan badan terlihat ia sangat serius. “Siapa? Apa orang itu merencanakan sesuatu juga pada Pratama denganmu?” Soni terdiam sejenak sambil berpikir ia tidak mungkin mengatakan apa yang dia bicarakan dengan kekasihnya saat di telepon beberapa waktu
Sony mulai dan bernyanyi dan mendekati Riti, hingga gadis itu merasa gugup sekaligus senang karena merasa tersanjung.Tama membiarkan aksi penyanyi pria itu, tapi ia terlihat kesal saat tiba-tiba melihat Sony memegang tangan istrinya, kemudian mencium punggung tangan wanita itu dengan lembut. Dengan sekuat hati dia menahan cemburu, karena banyak mata yang tertuju pada mereka bertiga. Hingga akhirnya aksi penyanyi itu pun berakhir dengan tepuk tangan yang meriah. Tama bertanya pada Riti, “apa kamu menyukai aksi laki-laki itu sepertinya dia sangat akrab denganmu apakah dia salah satu mantan yang dulu sekolah bersamamu?” saat bicara ia terlihat begitu cemburu. Rasa geram dan jengkel menyelimuti jiwanya hingga ingin rasanya membawa Ritu segera pergi dari sana.Riti sangat mengerti kecemburuan suaminya apalagi pria itu seorang introvert, hingga berada di keramaian seperti itu seperti siksaan baginya. Namun ia berusaha menenangkan Tama dengan baik, hingga suasana kembali kondusif.Na
Hando dan Rodi saling menatap satu sama lain saling bertanya dan saling memberi informasi. Kemarin malam kakek tua Rodi, tidak hadir dan gigi juga tidak mengetahui informasi, maklumlah, orang tua itu lebih banyak menikmati waktu luang, dan masa tuanya dengan memanjakan diri. Jadi dia tidak tahu apa yang terjadi dengan cucunya di pesta itu. Sementara anak bungsu nya, Hando, mengisyaratkan melalui tatakan matanya kepada ayahnya. Sorot matanya itu sekolah berkata bahwa, semua baik-baik saja dan yang terjadi pada Tama, saat ini adalah, bagian dari rencana mereka untuk memisahkan laki-laki itu dengan istrinya. Namun rodi segera mengerti dan iya menanggapi ungkapan tama itu dengan watak dinginnya.“Memangnya, apa yang kamu lakukan itu sudah menjadi risiko yang harus kamu tanggung karena kamu tidak menuruti perintahku!” kata Rodi, setelah ia mendengar sendiri semua keluhan utama pada istrinya.Laki-laki tua itu juga heran kenapa Nelin istrinya bisa terlihat dekat dengan Tama. Wanit
Bukankah naluri seorang ibu selalu ingin melindungi anaknya? Dari kejadian ini antara Sony dan Hando bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya Riti juga sangat mencintai Tama—suaminya. Buktinya perempuan itu pergi dengan tekad ingin melindungi anaknya dan juga suaminya. Riti tidak menginginkan keluarga dari suaminya itu, terpecah belah hanya karena dirinya, serta ia juga berharap dengan kepergiannya maka suami dan keluarganya baik-baik saja.“Awas saja kalau terjadi apa-apa pada istriku dan dia sedang mengandung anakku, maka aku tidak akan pernah membiarkan kalian semua hidup dengan nyaman! Aku tidak akan tinggal diam! Camkan itu!” Tama berkata sambil berdiri lalu mengarahkan telunjuknya kepada paman dan kakeknya. Laki-laki itu bisa merasakan mungkin seperti inilah perasaan ibunya saat mengetahui ayahnya pergi, dengan ancaman dari keluarganya. Sama seperti yang dilakukan pada istrinya saat ini. Tentu saja ayahnya dulu juga pergi meninggalkan ibunya, dengan harapan wanita itu tidak ak
“Apa aku salah menjadi orang seperti itu?” Tama dia meski dia tidak tahan, ia hanya melirik istrinya yang tertawa geli di sampingnya. Riti menahan tawanya saat melihat ibu dan anak yang beradu argumen karena berbeda pandangan. “Riti, bagaimana pendapatmu kalau suamimu kehilangan semua kekayaannya dan kamu terpaksa hidup di desa seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan?” tanya Deliza dengan tatapan serius kepada menantunya. Riti tahu bahwa Tama memang kehilangan kekayaannya selama mereka bersembunyi di desa. Namun, Iya juga tahu bahwa sekarang Tama kembali memiliki semua perusahaannya. “Apa Ibu kira hidup di desa itu susah? Itu tidak sulit, lebih sulit lagi saat aku harus hidup sendiri dan mengurus ibuku!” “Oh!” gumam Deliza, “Maafkan aku soal ibumu, Riti, Aku senang bertemu denganmu, dan aku lebih senang lagi setelah tahu bahwa kamu adalah, anak dari saudaraku!” “Aku mengerti! Tapi, Bu! hidup di desa itu sangat menyenangkan dan di sana semua orang hidup seperti
Tama kembali menemui Riti dan ibunya di rumah sakit yang menjadi rumah mereka. Sementara itu Jasin sudah kembali ke perusahaan dan menenangkan semua pemegang saham. Lalu, ia menyelesaikan masalah di sana satu persatu. Tentu saja ia bekerja sama dengan semua teman dan orang-orang kepercayaan Tama, hingga keadaan Grup Unitama dan perusahaan-perusahaan Pratama, kembali seperti semula. Hando sebentar lagi akan mendapatkan jadwal sidangnya, dan sudah dipastikan hukuman seumur hidup yang akan diterimanya. Kerusakan yang dilakukannya di berbagai tempat, juga memberatkan pasal-pasal yang dituduhkan padanya. Demikian juga Sony ia mendapatkan pengadilan juga, tapi ia tidak di hukum dengan hukuman seumur hidup. Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Wisa sangat bersedih, karenanya, secara tidak sengaja wanita itu mengucapkan kekhawatirannya, “Sony, Bagaimana kalau kamu dihukum selama itu Bagaimana jika terjadi apa-apa denganku dan anakmu Listi?” katanya sambil menangis. Dari
“Kalau begitu, aku tarik kata-kataku kalau dia baik!” kata Riti dan Tama tertawa.“Tidak boleh bilang laki-laki lain itu baik, kecuali aku, oke?” kata Tama sambil mencium istrinya.Setelah itu Tama mengajak Dion pergi ke tempat yang pernah ia gunakan untuk menyekap Sony. Mereka pergi diiringi dengan beberapa pengawal Tama. Tentu saja Jasin ikut bersama dengan mereka. Sony terlihat kurus dan luka-lukanya belum sembuh sempurna, masih banyak bekas luka yang diakibatkan oleh pukulan dari Tama. Pria itu hanya diam dan pasrah akan dibawa ke mana pun juga.Tama langsung membawa Sony ke lokasi yang sudah dibagikan, oleh orang tak di kenal yang menghubunginya. Ternyata ia adalah seorang pria bertubuh kurus yang mengaku sebagai adik sepupu ibunya.Di tempat itu mereka merekam pengakuan Sony dan mengirimkannya pada Brawijaya. Tentu saja disertai ancaman.Mereka ingin agar Hando, anak bungsunya itu, mau mengaku dan mengembalikan semua aset milik Tama yang sudah diambilnya. Jika tidak, maka
Keesokan harinya, Tama memuaskan istrinya hingga seharian penuh, dengan berbelanja di kota. Ia membeli apa pun yang diinginkannya. Terakhir mereka menyewa sebuah salon dan memanjakan tubuh hanya berdua dengan pelayanan VIP yang pernah ada.Riti sangat bahagia dan bersyukur dengan kemanjaan yang diberikan Tama. Sungguh, menghabiskan sepanjang sore dengan dipijat, itu hal yang luar biasa. Apalagi ia melakukannya berdua dengan suami tercinta.Mereka selesai dipijat dan melakukan rangkaian pelayanan di salon sampai puas. Baik Tama dan Riti kini terlihat segar kembali, dan acara di akhiri dengan makan malam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menginap di hotel karena besok akan melanjutkan perjalanan menengok Delizah.Keesokan harinya, saat sepasang suami istri itu tiba di kamar Delisa, yang terdapat di sebuah rumah sakit swasta, mereka melihat wanita paruh baya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Riti ingin menghabiskan beberapa hari bersama ibu mertuanya dan sang suami pun setuj
“Bukannya kamu mau berhenti peduli? Atau sebenarnya kamu ini terlalu cerdik, sengaja membuat syarat-syarat itu, karena kamu tahu Hando akan membuat kekacauan?” Jasin balik bertanya.“Jas, aku hanya penasaran! Awalnya aku hanya tidak mau keuntungan proyek kita berada di tangannya semuanya! Enak saja dia!”Jasin pergi dari rumah itu dan kembali ke kota seorang diri, demi memuaskan keinginan Tama untuk mencari informasi. Ia juga untuk sementara tidak mengaktifkan ponselnya. Oleh karena itu ia menemui beberapa orang secara langsung. Dari pertemuan dengan mereka, ia tahu bahwa ada beberapa investor yang ternyata akrab dengan anggota keluarga Prapanca. Mereka ini yang memiliki ide untuk menarik uangnya dan mereka tahu bersamaan dengan kejadian Hando yang pergi ke kantor pusat grup Pratama.Mengetahui hal itu, Jasin senagaja makan malam sambil mengikuti salah satu anggota keluarga Prapanca yang mengadakan pertemuan dengan para pemegang saham ini.Jasin mendengar sendiri strategi mereka
“Ibuku itu sama seperti aku! Jadi untuk apa aku berharap pada keluarga itu?”Tiba-tiba perang kesedihan di hati Tama, dirinya dan istrinya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama dikucilkan dari keluarganya.“Tapi, Tama! Apa kira-kira yang dilakukan oleh ibu dan Dion, saat kalian bertemu sebulan yang lalu?” Jasin berusaha menginformasikan dugaannya tentang, sikap Dion dan Delizah saat mereka bertemu dikuburan Tina.“Memangnya apa yang bisa dilakukan dua orang itu? Baru kemarin kamu bilang kalau Dion itu bekerja menjadi satpam!”“Ya, dia itu bukan satpam biasa, dia seorang informan juga!”“Kenapa baru bilang sekarang?”“Aku pikir itu tidak penting!” kata Jasin sambil mengingat kembali informasi tentang Dion. Tidak banyak yang ia dapatkan, selain informasi tentang tanggal lahir, orang tua, tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut, ternyata Dion orang yang hampir sama dengan dirinya. Dahulu, mereka juga pernah bekerja sama, tapi kemudian Dion membat
“Apa Ibu dan Ayah masih mengingatku?” tanya Deliza, dengan menahan air matanya sekuat tenaga.Ibunya menghambur dalam pelukannya, mana ada ibu yang rela melihat kondisi anaknya hingga terlihat lebih tua dari dirinya. Delizah tahu jika ilmunya sangat merasa bersalah karena penampilannya itu. “Ibu jangan kuatir aku baik-baik saja aku tidak selama yang ibu kira, selama ini aku sudah bertahan tanpa kalian jadi apa yang aku alami sekarang bukanlah apa-apa!” kata Delizah sambil menepuk bahu ibu yang sedang memeluknya. “Maafkan Ibu dan Ayahmu yang tak berguna ini, yang tidak mampu membela di hadapan kakakmu saat itu!”“Ibu tidak perlu meminta maaf padaku, aku tetap akan menjadi anak ibu untuk selamanya! Sekarang lihatlah, mungkin kita tidak akan lama lagi kembali bersatu seperti dulu, kita hanya perlu menyelesaikan masalah ini bukan?”Sang ibu mengangguk dan mengusap air matanya, setelah itu Deliza melambaikan tangan. Ia dan Dion terus berlalu, sambil mendorong kursi rodanya sampai ke
Tanpa sepengetahuan Tama dan Riti, dua orang itu pergi menuju ke rumah keluarga Prapanca.Saat Delizah dan Dion tiba di kediaman keluarga itu, mereka tidak mengalami hambatan yang berarti. Para pengawal yang ada di sana mempersilahkan mereka, karena Deliza dan Dion memakai tanda kebesaran keluarga itu di pakaiannya. Mereka memang orang-orang terbuang dan memilih untuk, keluar dari keanggotaan keluarga terpandang. Namun, bukan berarti kedua belah pihak saling melupakan. “Sudah aku duga, kalian akan datang ke sini juga pada akhirnya!” kata Prapanca, ia muncul setelah dua tahunnya menunggu satu jam lamanya. Namun, Deliza dan Dion merasa lega karena orang tua itu, akhirnya mau menemui mereka setelah sekian lama.“Kakek! Haruskah aku berlutut padamu, untuk meminta maaf atas kekeliruanku?” kata Deliza.“Ya! Memohonlah dan berlututlah!” kata Prapanca.Deliza berlagak begitu kesulitan turun dari kursi roda, hingga dua orang pengawalnya membantunya untuk, bisa berlutut dengan posisi
Setelah kedatangan Dion hari itu, Tama dan istrinya pergi ke kota di mana ibunya berada. Namun, setelah sampai di sana para penjaga mengatakan jika ibunya sedang berkunjung ke rumah keluarganya. Riti khawatir jika ibu mertuanya pergi ke keluarga besar Prapanca. Sehingga ia mencoba menghubungi Dion untuk menanyakan kebenarannya.“Halo! Dion, apa kamu tahu, ibu Deli pergi ke keluarga Prapanca?” “Aku tidak tahu, aku belum siap mengatakan semuanya pada Bibi Deliza!” Kata dion dari balik telepon.“Jadi kamu belum menemui Ibu Deliza?” “Riti, seharusnya kamu dan suamimu lah yang harus mengatakan secara langsung pada ibu mertuamu itu! Bilang padaku kalau kamu menemuinya aku akan datang juga!”Sementara Tama masih mencoba menghubungi ibunya tapi tidak bisa juga.Akhirnya Rity mengusulkan agar mereka pergi menengok makam ibunya. Kebetulan ia sudah lama tidak ke sana. Laki-laki itu pun setuju dan langsung mengadakan perjalanan ke pemakaman Ibu mertuanya. Tak lupa mereka membawa rangk