Bukankah naluri seorang ibu selalu ingin melindungi anaknya? Dari kejadian ini antara Sony dan Hando bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya Riti juga sangat mencintai Tama—suaminya. Buktinya perempuan itu pergi dengan tekad ingin melindungi anaknya dan juga suaminya. Riti tidak menginginkan keluarga dari suaminya itu, terpecah belah hanya karena dirinya, serta ia juga berharap dengan kepergiannya maka suami dan keluarganya baik-baik saja.“Awas saja kalau terjadi apa-apa pada istriku dan dia sedang mengandung anakku, maka aku tidak akan pernah membiarkan kalian semua hidup dengan nyaman! Aku tidak akan tinggal diam! Camkan itu!” Tama berkata sambil berdiri lalu mengarahkan telunjuknya kepada paman dan kakeknya. Laki-laki itu bisa merasakan mungkin seperti inilah perasaan ibunya saat mengetahui ayahnya pergi, dengan ancaman dari keluarganya. Sama seperti yang dilakukan pada istrinya saat ini. Tentu saja ayahnya dulu juga pergi meninggalkan ibunya, dengan harapan wanita itu tidak ak
Sementara itu di belahan bumi yang berbeda, Riti sedang duduk termenung di sisi danau Yosiana yang sepi. Ia mendengarkan suara kicauan burung yang bernyanyi diiringi musik angin dan gesekan dedaunan di sekitarnya.Sesekali ia melemparkan batu kerikil ke tengah danau hingga menimbulkan gelombang kecil berbentuk bulat mirip spiral secara beriringan.“Maafkan aku, Sayang! Kamu mungkin tidak akan pernah melihat ayahmu, kita akan tinggal di sini untuk selamanya!” gumam Riti sambil mengusap perutnya. Ia sudah hamil dua bulan saat pergi dari pesta malam itu. Kesalahannya adalah, tidak mengabarkan soal kehamilan itu pada Tama.“Jangan protes padaku kalau kamu sudah lahir nanti, karena semua yang aku lakukan padamu, sudah aku pikirkan baik-baik dan inilah yang terbaik untuk kita!”Riti mengungkapkan perasaannya setiap kali dia sendiri dan berbicara pada anak yang ada dalam rahimnya sebagai teman. Tentu saja bayinya itu masih kecil dan belum punya nyawa. Akan tetapi sang ibu tetap merasakan
“Kamu tidak perlu takut padaku kalau memang kamu jujur dan baik seperti yang selalu kamu katakan, Sony!” kata Riti dengan suara rendah.Sony dan Riti berpandangan untuk sesaat lamanya. Dua insan berbeda jenis itu harus tetap bersama untuk saat ini. Bagaimana tidak, mereka dalam keadaan yang saling membutuhkan. Bisa dikatakan Sony tidak akan bisa hidup dan mendapatkan uang kalau tidak bersama Riti, sedangkan gadis itu merasa tidak akan bisa bertahan tanpa dibantu Sony.Sony sebenarnya pria yang kurus dan lemah di hadapan Riti. Tanpa ada orang yang tahu bahwa, pria itu memiliki masa lalu yang buruk dan kelam sehingga dia bertahan, dengan keadaan yang tidak menetap seperti sekarang. Bisa dibilang kekerasan dari masa kecilnya, telah membuat dirinya menjadi orang yang mirip preman. Dia berbohong pada Riti kalau dirinya seorang penyanyi jalanan, padahal dia adalah seorang pembunuh bayaran. Orang yang mengerjakan perintah manusia jahat dan melakukan perbuatan yang jahat pula.Namun, Riti seb
“Kalau begitu, aku harus melakukan sesuatu!” kata Sony sambil berlalu.Laki-laki itu pergi mengendarai mobilnya yang terparkir sangat jauh dari lokasi danau dan saat ia menaikinya, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Tak lama setelah ia menjalankan kendaraan sedikit jauh dari lokasi, ia dikepung oleh beberapa mobil hingga membuatnya berhenti secara terpaksa.Sony dibawa pergi ke sebuah tempat dan ia terpaksa meninggalkan mobil itu begitu saja di jalanan. Tangannya diikat dan matanya pun ditutup hingga ia tidak bisa melihat, dengan bebas.Sony di bawa ke sebuah gedung yang belum selesai dibangun. Di sana ia digelandang ke sebuah ruangan yang tertutup dan sedikit gelap.Pria itu bisa menebak ke mana dia akan dibawa dan untuk apa orang-orang melakukan semua itu kepadanya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena jumlah mereka terlalu banyak. Sony bukan pria yang jago berkelahi dia hanya jago taktik dan strategi.“Buka matanya!” data seorang pria ketika Sony sudah duduk di k
Laki-laki itu sudah memastikan kalau istrinya, dalam keadaan aman dan baik-baik saja. Walaupun, ia cemburu karena ada teman laki-laki Riti yang selalu menemaninya, tapi Tama tetap percaya. Dua orang itu bersahabat, jadi tidak akan berbuat yang tidak pantas atau berselingkuh di belakangnya. “Kurung dia!” kata Tama setelah ia selesai melampiaskan kemarahan pada Sony. Beberapa anak buah Tama, langsung membawa Sony ke dalam sebuah tahanan yang sudah mereka siapkan di sana. Pria itu sudah mengalami luka lebam dan memar di sekujur tubuhnya dan ia harus bertahan dalam ruang tahanan itu entah sampai kapan. Tama memperhatikan hal itu sambil mengusap hidung dengan punggung tangannya. “Tahan dia di sana sampai urusanku selesai!” katanya. “Sebenarnya apa yang akan kamu selesaikan dengan keluargamu itu, bukankah kamu sudah sepakat untuk menyerahkan semua hartamu agar istrimu bisa kembali padamu?” Sony berteriak dari balik jeruji besi. Tama heran dengan Sony yang masih bisa bicara, pada
Tama berjalan kaki menyusuri danau tempat Riti sering duduk sendiri. Ia mendekat dan duduk di sampingnya di atas batu yang ada di sana, dengan perlahan. Riti seketika menoleh dengan terkejut karena ia melihat orang yang bukan Jojo atau Sony duduk di sebelahnya.“Tama?” katanya setengah memekik tak percaya. Ia langsung berdiri dan menatap langsung suaminya itu dengan tatapan yang penuh pertanyaan.“Apa kamu tidak merindukan aku?” Tama berkata sambil beridiri dan mendekat lalu memegang dagu istrinya dengan lembut.Mereka saling bertatapan, ada air mata membayang di pelupuk mata istrinya. Riti sangat merindukan Tama seperti Tama pun merindukannya.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Tama saat Riti menatapnya.“Tidak ada!” jawab Riti seraya memalingkan pandangannya.“Ayo! Ikut aku, Tama! Gimana kamu bisa tahu aku ada di sini?”“Aku tahu dari kemarin, tapi aku melihat situasi aman, baru aku ke sini! Apa kamu baik-baik saja?”“Ya! Kamu jangan marah padaku, ya? Aku punya alasan, semua de
“Apa? Jangan bilang kalau kamu memberikan rumah seni itu juga!” kata Riti setelah Tama selesai bicara.“Ya, aku menyerahkan sertifikat rumah itu, dan lima perusahaanku! Sekarang, jangan tinggalkan aku lagi, Riti ...! Aku hanya punya kamu seorang!”Mendengar ucapan Tama itu, Riti memeluknya erat dan menciumnya.“Terima kasih, semua yang kamu lakukan itu demi aku? Sebenarnya aku ini orang yang tidak pantas mendapatkan kebaikan seperti itu!”“Kamu pantas, apalagi sekarang kamu hamil anakku! Dia adalah harta terbaikku! Nanti, setelah dia lahir, kita buat anak yang lebih banyak!”“Satu aja belum lahir dan kamu sudah memikirkan bayi lain? Ada-ada saja!” Riti berkata sambil melepaskan pelukannya.Sementara Tama tertawa, dan kbali memeluk istrinya yang sangat ia cintai itu.Tama sengaja menyerahkan semua yang diinginkan Hando demi ketenangan dirinya dan istrinya. Namun, bukan berarti kekayaannya benar-benar habis. Ia masih memiliki simpanan lainnya dan tidak diketahui oleh siapa pun be
“Kalau kamu menyukai sesuatu, tidak seharusnya kamu menyerahkannya, bukan? Seperti aku, kamu pasti tidak akan menyerahkan pada orang lain yang menginginkan aku!”“Oh, itu hal yang berbeda! Rumah seperti itu aku bisa membelinya lagi, tapi kamu tidak!”Tama memeluk dan mencium istrinya sekilas.“Apa kamu menyukai rumah itu?” katanya.“Ya!”Setelah itu, Tama menghubungi seseorang untuk mengetahui, bagaimana kondisi keluarga Brawijaya, setelah mereka bisa memiliki semua kekayaannya. Ia pikir Hando akan puas dan menjadi tenang, tapi nyatanya mereka masih saja mempermasalahkan brankas yang kosong, gudang yang kehabisan stok serta, keuntungan proyek yang tidak mengalir ke rekeningnya.“Mereka tetap saja serakah!” gumam Tama sambil mematikan telepon.Di saat yang sama, Riti berjalan menjauh dari Tama karena Dion menelepon. Pria itu sudah melihat kenyataan bahwa Riti sebenarnya sudah menikah.“Apa kamu mencoba menipuku selama ini, Riti?” kata Dion setelah Riti menyapanya lebih dulu di
“Apa aku salah menjadi orang seperti itu?” Tama dia meski dia tidak tahan, ia hanya melirik istrinya yang tertawa geli di sampingnya. Riti menahan tawanya saat melihat ibu dan anak yang beradu argumen karena berbeda pandangan. “Riti, bagaimana pendapatmu kalau suamimu kehilangan semua kekayaannya dan kamu terpaksa hidup di desa seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan?” tanya Deliza dengan tatapan serius kepada menantunya. Riti tahu bahwa Tama memang kehilangan kekayaannya selama mereka bersembunyi di desa. Namun, Iya juga tahu bahwa sekarang Tama kembali memiliki semua perusahaannya. “Apa Ibu kira hidup di desa itu susah? Itu tidak sulit, lebih sulit lagi saat aku harus hidup sendiri dan mengurus ibuku!” “Oh!” gumam Deliza, “Maafkan aku soal ibumu, Riti, Aku senang bertemu denganmu, dan aku lebih senang lagi setelah tahu bahwa kamu adalah, anak dari saudaraku!” “Aku mengerti! Tapi, Bu! hidup di desa itu sangat menyenangkan dan di sana semua orang hidup seperti
Tama kembali menemui Riti dan ibunya di rumah sakit yang menjadi rumah mereka. Sementara itu Jasin sudah kembali ke perusahaan dan menenangkan semua pemegang saham. Lalu, ia menyelesaikan masalah di sana satu persatu. Tentu saja ia bekerja sama dengan semua teman dan orang-orang kepercayaan Tama, hingga keadaan Grup Unitama dan perusahaan-perusahaan Pratama, kembali seperti semula. Hando sebentar lagi akan mendapatkan jadwal sidangnya, dan sudah dipastikan hukuman seumur hidup yang akan diterimanya. Kerusakan yang dilakukannya di berbagai tempat, juga memberatkan pasal-pasal yang dituduhkan padanya. Demikian juga Sony ia mendapatkan pengadilan juga, tapi ia tidak di hukum dengan hukuman seumur hidup. Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Wisa sangat bersedih, karenanya, secara tidak sengaja wanita itu mengucapkan kekhawatirannya, “Sony, Bagaimana kalau kamu dihukum selama itu Bagaimana jika terjadi apa-apa denganku dan anakmu Listi?” katanya sambil menangis. Dari
“Kalau begitu, aku tarik kata-kataku kalau dia baik!” kata Riti dan Tama tertawa.“Tidak boleh bilang laki-laki lain itu baik, kecuali aku, oke?” kata Tama sambil mencium istrinya.Setelah itu Tama mengajak Dion pergi ke tempat yang pernah ia gunakan untuk menyekap Sony. Mereka pergi diiringi dengan beberapa pengawal Tama. Tentu saja Jasin ikut bersama dengan mereka. Sony terlihat kurus dan luka-lukanya belum sembuh sempurna, masih banyak bekas luka yang diakibatkan oleh pukulan dari Tama. Pria itu hanya diam dan pasrah akan dibawa ke mana pun juga.Tama langsung membawa Sony ke lokasi yang sudah dibagikan, oleh orang tak di kenal yang menghubunginya. Ternyata ia adalah seorang pria bertubuh kurus yang mengaku sebagai adik sepupu ibunya.Di tempat itu mereka merekam pengakuan Sony dan mengirimkannya pada Brawijaya. Tentu saja disertai ancaman.Mereka ingin agar Hando, anak bungsunya itu, mau mengaku dan mengembalikan semua aset milik Tama yang sudah diambilnya. Jika tidak, maka
Keesokan harinya, Tama memuaskan istrinya hingga seharian penuh, dengan berbelanja di kota. Ia membeli apa pun yang diinginkannya. Terakhir mereka menyewa sebuah salon dan memanjakan tubuh hanya berdua dengan pelayanan VIP yang pernah ada.Riti sangat bahagia dan bersyukur dengan kemanjaan yang diberikan Tama. Sungguh, menghabiskan sepanjang sore dengan dipijat, itu hal yang luar biasa. Apalagi ia melakukannya berdua dengan suami tercinta.Mereka selesai dipijat dan melakukan rangkaian pelayanan di salon sampai puas. Baik Tama dan Riti kini terlihat segar kembali, dan acara di akhiri dengan makan malam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menginap di hotel karena besok akan melanjutkan perjalanan menengok Delizah.Keesokan harinya, saat sepasang suami istri itu tiba di kamar Delisa, yang terdapat di sebuah rumah sakit swasta, mereka melihat wanita paruh baya itu, dalam keadaan baik-baik saja. Riti ingin menghabiskan beberapa hari bersama ibu mertuanya dan sang suami pun setuj
“Bukannya kamu mau berhenti peduli? Atau sebenarnya kamu ini terlalu cerdik, sengaja membuat syarat-syarat itu, karena kamu tahu Hando akan membuat kekacauan?” Jasin balik bertanya.“Jas, aku hanya penasaran! Awalnya aku hanya tidak mau keuntungan proyek kita berada di tangannya semuanya! Enak saja dia!”Jasin pergi dari rumah itu dan kembali ke kota seorang diri, demi memuaskan keinginan Tama untuk mencari informasi. Ia juga untuk sementara tidak mengaktifkan ponselnya. Oleh karena itu ia menemui beberapa orang secara langsung. Dari pertemuan dengan mereka, ia tahu bahwa ada beberapa investor yang ternyata akrab dengan anggota keluarga Prapanca. Mereka ini yang memiliki ide untuk menarik uangnya dan mereka tahu bersamaan dengan kejadian Hando yang pergi ke kantor pusat grup Pratama.Mengetahui hal itu, Jasin senagaja makan malam sambil mengikuti salah satu anggota keluarga Prapanca yang mengadakan pertemuan dengan para pemegang saham ini.Jasin mendengar sendiri strategi mereka
“Ibuku itu sama seperti aku! Jadi untuk apa aku berharap pada keluarga itu?”Tiba-tiba perang kesedihan di hati Tama, dirinya dan istrinya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama dikucilkan dari keluarganya.“Tapi, Tama! Apa kira-kira yang dilakukan oleh ibu dan Dion, saat kalian bertemu sebulan yang lalu?” Jasin berusaha menginformasikan dugaannya tentang, sikap Dion dan Delizah saat mereka bertemu dikuburan Tina.“Memangnya apa yang bisa dilakukan dua orang itu? Baru kemarin kamu bilang kalau Dion itu bekerja menjadi satpam!”“Ya, dia itu bukan satpam biasa, dia seorang informan juga!”“Kenapa baru bilang sekarang?”“Aku pikir itu tidak penting!” kata Jasin sambil mengingat kembali informasi tentang Dion. Tidak banyak yang ia dapatkan, selain informasi tentang tanggal lahir, orang tua, tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut, ternyata Dion orang yang hampir sama dengan dirinya. Dahulu, mereka juga pernah bekerja sama, tapi kemudian Dion membat
“Apa Ibu dan Ayah masih mengingatku?” tanya Deliza, dengan menahan air matanya sekuat tenaga.Ibunya menghambur dalam pelukannya, mana ada ibu yang rela melihat kondisi anaknya hingga terlihat lebih tua dari dirinya. Delizah tahu jika ilmunya sangat merasa bersalah karena penampilannya itu. “Ibu jangan kuatir aku baik-baik saja aku tidak selama yang ibu kira, selama ini aku sudah bertahan tanpa kalian jadi apa yang aku alami sekarang bukanlah apa-apa!” kata Delizah sambil menepuk bahu ibu yang sedang memeluknya. “Maafkan Ibu dan Ayahmu yang tak berguna ini, yang tidak mampu membela di hadapan kakakmu saat itu!”“Ibu tidak perlu meminta maaf padaku, aku tetap akan menjadi anak ibu untuk selamanya! Sekarang lihatlah, mungkin kita tidak akan lama lagi kembali bersatu seperti dulu, kita hanya perlu menyelesaikan masalah ini bukan?”Sang ibu mengangguk dan mengusap air matanya, setelah itu Deliza melambaikan tangan. Ia dan Dion terus berlalu, sambil mendorong kursi rodanya sampai ke
Tanpa sepengetahuan Tama dan Riti, dua orang itu pergi menuju ke rumah keluarga Prapanca.Saat Delizah dan Dion tiba di kediaman keluarga itu, mereka tidak mengalami hambatan yang berarti. Para pengawal yang ada di sana mempersilahkan mereka, karena Deliza dan Dion memakai tanda kebesaran keluarga itu di pakaiannya. Mereka memang orang-orang terbuang dan memilih untuk, keluar dari keanggotaan keluarga terpandang. Namun, bukan berarti kedua belah pihak saling melupakan. “Sudah aku duga, kalian akan datang ke sini juga pada akhirnya!” kata Prapanca, ia muncul setelah dua tahunnya menunggu satu jam lamanya. Namun, Deliza dan Dion merasa lega karena orang tua itu, akhirnya mau menemui mereka setelah sekian lama.“Kakek! Haruskah aku berlutut padamu, untuk meminta maaf atas kekeliruanku?” kata Deliza.“Ya! Memohonlah dan berlututlah!” kata Prapanca.Deliza berlagak begitu kesulitan turun dari kursi roda, hingga dua orang pengawalnya membantunya untuk, bisa berlutut dengan posisi
Setelah kedatangan Dion hari itu, Tama dan istrinya pergi ke kota di mana ibunya berada. Namun, setelah sampai di sana para penjaga mengatakan jika ibunya sedang berkunjung ke rumah keluarganya. Riti khawatir jika ibu mertuanya pergi ke keluarga besar Prapanca. Sehingga ia mencoba menghubungi Dion untuk menanyakan kebenarannya.“Halo! Dion, apa kamu tahu, ibu Deli pergi ke keluarga Prapanca?” “Aku tidak tahu, aku belum siap mengatakan semuanya pada Bibi Deliza!” Kata dion dari balik telepon.“Jadi kamu belum menemui Ibu Deliza?” “Riti, seharusnya kamu dan suamimu lah yang harus mengatakan secara langsung pada ibu mertuamu itu! Bilang padaku kalau kamu menemuinya aku akan datang juga!”Sementara Tama masih mencoba menghubungi ibunya tapi tidak bisa juga.Akhirnya Rity mengusulkan agar mereka pergi menengok makam ibunya. Kebetulan ia sudah lama tidak ke sana. Laki-laki itu pun setuju dan langsung mengadakan perjalanan ke pemakaman Ibu mertuanya. Tak lupa mereka membawa rangk